JERMAN BANTU SIAPKAN PROGRAM KEHUTANAN
Perlu Menghitung Karbon dalam REDD
PONTIANAK, KOMPAS - Pemerintah Jerman melalui lembaga Layanan Pembangunan Jerman memberikan bantuan hibah senilai 30 juta dollar AS bagi Pemerintah Indonesia untuk persiapan pelaksanaan program reduksi emisi dari deforestasi dan degradasi 2012.
Salah satu bentuk bantuan itu berupa peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan pembangunan sistem informasi geografi dan penginderaan jauh (geographic information system/remote sensing) di Dinas Kehutanan Kalimantan Barat
""Pengelolaan bantuan ini sepenuhnya diserahkan kepada Pemerintah Indonesia. Kami hanya membantu meningkatkan kapasitas sumber daya manusia untuk persiapan reduksi emisi dari deforestasi dan degradasi (REDD)."" kata Direktur Jenderal Layanan Pembangunan Jerman (DED) Juergen Wilhelm dalam peluncuran pusat kompetensi penggunaan sistem informasi geografis (GIS service center/GSQ di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu 04/10);
Skema REDD merupakan mekanisme mengurangi deforestasi di negara-negara berkembang. Mekanisme yang diterapkan adalah memberikan insentif kepada organisasi atau kelompok masyarakat yang menjaga agar mereka tidak menebang hutan.
Pemberian insentif didasarkan pada jumlah emisi karbon yang dihindari terbuang akibat deforestasi dan degradasi hutan sehingga perlu perhitungan dan pemantauan kandungan karbon.
Sementara itu, GIS dan penginderaan jauh merupakan teknologi yang berisi informasi spasial kehutanan. Dalam implementasi perdagangan karbon melalui mekanisme REDD, GIS bisa digunakan untuk estimasi kandungan karbon dan memantaunya.
Menurut Juergen, bantuan kepada Indonesia itu merupakan salah satu bentuk komitmen Jerman untuk bersama-sama mengatasi persoalan perubahan iklim dan pemanasan global. Bantuan ini juga diberikan kepada negara lain, seperti Brasil.
Wakil Gubernur Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya yang meresmikan peluncuran program GSC itu menyambut baik kerja sama dan bantuan tersebut ""Dengan adanya pelatihan ini diharapkan semua kabupaten mempunyai tenaga yang mampu memprediksi dan menghitung berapa kandungan karbon dalam hutannya,"" katanya. (WHY)