ICOPE 2014: SINERGI MEMBANGUN INDUSTRI KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN
Bali -- International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) 2014 bertajuk “Budidaya Kelapa Sawit: Menjadi Model untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Masa Depan”, hari ini (12/2) resmi dibuka oleh Menteri Pertanian, Suswono, dengan dihadiri oleh Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya, beserta Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Bidang Agribisnis dan Pangan, Franky O Widjaja.
Dalam sambutannya, Balthasar Kambuaya menyampaikan harapannya agar prinsip dan kriteria pembangunan berkelanjutan dijadikan acuan, sehingga generasi ini dan mendatang dapat memperoleh hak mereka atas lingkungan yang baik, sehat dan berkeadilan, yang menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan lingkungan. Beliau cukup optimis industri sawit bisa bergerak kearah keberlanjutan dengan keberhasilan 10 perusahaan sawit Indonesia memperoleh peringkat kinerja green sesuai kriteria PROPER (Program Peringkat Kinerja Perusahaan) yang dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
Keseimbangan antara konservasi dan perekonomian juga disampaikan oleh Zulkifli Hasan. Secara khusus beliau menghimbau kepada pabrik pengolah sawit untuk tidak membeli buah sawit ilegal dari kawasan hutan, “Saya juga ingin menyampaikan himbauan agar pabrik pengolah sawit jangan membeli tandan buah sawit yang kebunnya berada di dalam kawasan hutan produksi, hutan lindung, dan hutan konservasi seperti di Tesso Nilo. Hal ini penting karena tanpa ada yang membeli tandan buah sawit dari dalam kawasan hutan tersebut akan menghentikan perambahan kawasan hutan oleh pekebun yang tidak bertanggung jawab dan akhirnya akan menyelamatkan kawasan hutan alam yang tersisa di Indonesia.” Pernyataan ini menjadi catatan penting bagi WWF-Indonesia, dimana laporan “Sawit dari Taman Nasional: Menelusuri TBS Sawit Ilegal di Riau” secara khusus menyoroti mengenai fenomena ini. Lebih lanjut Menteri Kehutanan juga menyampaikan pentingnya berbagi pengalaman penyusunan SVLK (sertifikasi legalitas kayu) hingga diterima Uni Eropa untuk penyusunan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Bahasan mengenai ISPO juga diangkat oleh, Suswono pada sambutan pembukaan dan konferensi pers. “Pemerintah sangat mendukung pengembangan budidaya kelapa sawit berkelanjutan. Misalnya pada aspek kebijakan, paling signifikan yakni penerapan mengikat sertifikasi ISPO dengan batas akhir tahun 2014. Pemerintah menaruh harapan besar agar seluruh pemangku kepentingan khususnya industri kelapa sawit dapat mendukung pencapaian sertifikasi kelapa sawit Indonesia ini di tengah keberagaman sistem sertifikasi lainnya,” tegas Menteri Pertanian, Suswono.
ICOPE 2014 yang diselenggarakan bersama oleh WWF-Indonesia, lembaga riset CIRAD dan PT SMART Tbk., diharapkan dapat merespon tantangan terkini dalam merumuskan kebijakan dan bersama-sama mencari model pembangunan industri kelapa sawit yang meminimalkan deforestasi, mitigasi efek gas rumah kaca, solusi bagi penggunaan lahan, menjaga keanekaragaman hayati, serta pemberdayaan petani.
Bagi WWF-Indonesia, inovasi dan perbaikan praktik budidaya menjadi lebih bertanggung jawab adalah cara untuk mengubah predikat negatif yang melekat pada komoditas sawit. “Saya rasa semua pihak yang datang ke ICOPE 2014 memiliki tujuan sama, untuk mengubah citra negatif pada komoditas utama Indonesia yang bisa bersaing di luar negeri ini,” jelas Dr. Efransjah, CEO WWF-Indonesia. Hanya saja perubahan tidak dapat dilakukan oleh industri sawit tanpa dukungan dari para pihak seperti pemerintah sebagai pembuat kebijakan serta masyarakat madani (civil society). “Sebagai civil society yang menjadi counterpart para pelaku bisnis, WWF-Indonesia mendukung upaya transformasi industri sawit menjadi lebih bertanggung jawab. Salah satunya melalui konferensi yang mempertemukan berbagai pihak seperti ICOPE, sebagai ajang tukar pikiran dan berbagi informasi mengenai praktik terbaik,” lanjut Dr. Efransjah.
Selama tiga hari ke depan, sebanyak 400 peserta dari 20 negara yang terdiri dari para pakar, pengambil kebijakan, pelaku usaha perkebunan, perbankan, akademisi, lembaga swadaya masyarakat dari Eropa, Amerika Selatan, Afrika dan Asia akan berdiskusi, membagi pengalaman serta mencari pemahaman seputar pengembangan perkebunan kelapa sawit yang produktif, berdaya guna, namun tetap ramah lingkungan.