ENAM SAHABAT HUTAN KUMPULKAN 60 RIBU POHON
10 Agustus 2010
Jakarta, Indonesia – Memasuki bulan ke tiga kompetisi “Forest Friends” atau “Sahabat Hutan” yang diadakan oleh WWF, enam orang pemuda finalis kompetisi telah berhasil mengumpulkan hampir 60 ribu pohon untuk menghijaukan kembali habitat kritis harimau di Sumatera. Jumlah pohon ini akan terus bertambah sejalan dengan bertambahnya dukungan yang berhasil mereka kumpulkan secara online.
Kompetisi Forest Friends atau Sahabat Hutan adalah jejaring pertemanan online, inisiatif bersama WWF-Indonesia dan WWF-Jerman yang ditargetkan untuk pemuda usia 18 - 25 tahun. Enam finalis yang sudah terpilih, terbagi menjadi tiga tim dengan komposisi satu pemuda Indonesia dan satu pemuda Jerman. Kompetisi ini dimulai pada akhir Mei 2010 hingga akhir Agustus 2010. Di akhir kompetisi, dua pemenang utama – yang mewakili Sahabat Hutan dari Indonesia dan Jerman— akan berkunjung ke habitat harimau Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo Riau, serta kawasan konservasi hutan dan air tawar di Schaalsee, Jerman.
Setiap tim berkompetisi menyuarakan kepedulian mereka tentang konservasi hutan dan keanekaragamanhayati. Hal ini memungkinkan mereka menjalin pertemanan dan bertukar informasi secara online tentang upaya pelestarian hutan, gaya hidup ramah lingkungan, maupun aktivitas lainnya terkait konservasi hutan dan alam, memberikan tips dan contoh praktis, serta mengajak pemuda lainnya untuk melakukan aksi nyata dalam upaya penyelamatan hutan. “Lewat blog yang mereka bangun bersama dan perbarui secara berkala, para finalis juga mengajak pendukungnya (fans) berkontribusi langsung mendukung upaya rehabilitasi hutan habitat harimau Sumatera”, kata Desmarita Murni, Koordinator Komunikasi Program Hutan, Spesies dan Air Tawar WWF-Indonesia.
Tidak hanya berlangsung di dunia maya, dukungan yang berhasil dikumpulkan para finalis selama kompetisi ini akan di wujudkan secara nyata dengan dengan aksi penanaman pohon di habitat kritis harimau Sumatera. “Hanya satu bulan sejak kampanye online ini berlangsung, masing-masing tim finalis telah berhasil mengumpulkan dukungan sebanyak 10 ribu pohon dan jumlahnya terus bertambah, “ lanjut Desmarita.
“WWF melihat maraknya penggunaan jejaring sosial, khususnya dikalangan usia muda, sebagai sebuah kesempatan positif untuk menyampaikan berbagai pesan pelestarian alam, termasuk rehabilitasi hutan. Kami melihat jejaring sosial memungkinkan komunikasi ke seluruh dunia secara real-time, cepat,dan menyenangkan,” kata Dr. Efransjah Direktur Eksekutif WWF Indonesia.
Bentuk online juga mempermudah para finalis untuk mengunggah media pendukung seperti video, foto dan artikel penunjang kampanye mereka.Selain lewat blog, kompetisi forest friends juga bisa diakses melalui situs facebook.
“Jumlah fans atau pendukung yang berhasil mereka kumpulkan lewat kampanye online, tidak saja menentukan finalis mana yang menjadi pemenang utama, tapi juga menentukan seberapa besar kontribusi nyata para finalis pada restorasi hutan. Jumlah pendukung yang diperoleh oleh tiap tim akan dikalikan 10 pohon jenis lokal untuk ditanam di Taman Nasional Tesso Nilo, habitat kritis harimau Sumatera,” kata Dr Efransjah. Inisiatif ini sejalan dengan ditetapkannya tahun 2010 sebagai kampanye global Year of Tiger atau tahun harimau untuk mendorong upaya pelestarian harimau di dunia.
Harimau Sumatera adalah satu-satunya sub-spesies yang tersisa di Indonesia dan merupakan satu dari enam sub spesies harimau yang ada di dunia. Taman Nasional Tesso Nilo merupakan salah satu lokasi dengan populasi penting harimau Sumatera di Provinsi Riau, Sumatera. Saat ini harimau Sumatera keberadaannya terancam oleh kerusakan habitat, perburuan liar, dan berkurangnya satwa mangsa.
Terkait dengan upaya melibatkan generasi muda dalam pelestarian alam, selain kompetisi ""Forest Friends"", WWF-Indonesia juga akan mengirimkan delegasi muda dalam Youth Tiger Summit– dimana perwakilan pemuda dari berbagai negara akan berkumpul menyuarakan kepeduliannya terhadap pelestarian harimau dunia -- bertepatan dengan pertemuan tingkat tinggi Global Tiger Summit di Russia 2010 dalam waktu dekat ini.
Catatan Untuk Editor:
Info tentang Forest Friend dapat diakses di: Team Blog: http://www.wwf-jugend.de/durchstarten/forest-friends
Forest Friends on WWF-ID: www.savesumatra.org
Untuk mengunjungi aplikasi facebook Forest Friends (keyword search: Forest Friends Application)
Kontak:
- Desmarita Murni, Communications Coordinator for Forest, Freshwater, and Terrestrial Species Program, hp: +62 811793458, dmurni@wwf.or.id
- Annisa Ruzuar, Communications Officer (lead project Sahabat Hutan) hp: + 081320044343, asruzuar@wwf.or.id
Tentang WWF
WWF adalah organisasi konservasi global yang mandiri dan didirikan pada tahun 1961 di Swiss, dengan hampir 5 juta supporter dan memiliki jaringan yang aktif di lebih dari 100 negara dan di Indonesia bergiat di lebih dari 25 wilayah kerja lapangan dan 17 provinsi. Misi WWF-Indonesia adalah menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak ekologis aktivitas manusia melalui: Mempromosikan etika konservasi yang kuat, kesadartahuan dan upaya-upaya konservasi di kalangan masyarakat Indonesia; Memfasilitasi upaya multi-pihak untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan proses-proses ekologis pada skala ekoregion; Melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung konservasi, dan; Menggalakkan konservasi untuk kesejahteraan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
Selebihnya tentang WWF-Indonesia, silakan kunjungi website utama organisasi ini di www.panda.org; situs lokal di www.wwf.or.id
Profil Tiga ""Sahabat Hutan"" dari Indonesia
- Rima Putri Agustina
Ketertarikan Rima Putri Agustina, 24 tahun, pada pelestarian lingkungan hidup berawal dari Bumi Satu, organisasi pelajar di SMA-nya. Organisasi ini semakin mengasah kepekaan Rima yang sedari kecil tumbuh di pinggiran kota bandung yang masih cukup asri terhadap isu-isu lingkungan. Saat mengenyam pendidikan sebagai mahasiswi jurusan Biologi Institut Teknologi Bandung, ia bergabung dengan KMPA Ganesha.
Keterlibatannya dengan kegiatan alam tidak berhenti disitu. Setelah menyelesaikan pendidikannya di ITB, Rima menjadi kontributor lepas “Greeners Magazine”, asisten peneliti di Pulau Siberut, sampai akhirnya bekerja di YPBB, sebuah lembaga swadaya yang mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan bagi masyarakat perkotaan. Biarpun tidak bekerja langsung dilapangan seperti saat ia meneliti di Siberut, baginya kampanye di perkotaan sangat penting karena gaya hidup dan konsumsi masyarakat perkotaan berimbas langsung pada konversi hutan alam. Rima ada dalam satu tim dengan Lena, finalis dari Jerman dalam kompetisi Forest Friends.
Simak perjalanan Rima dan Lena di: http://www.wwf-jugend.de/community/channel.php?channel_id=1 - Mia Amelinda
Kesadaran lingkungan Mia Amelinda, 20 tahun, semakin kuat setelah mengikuti kuliah kejahatan lingkungan di jurusan kriminologi Universitas Indonesia. Matakuliah ini membuka matanya mengenai pentingnya sumber daya alam seperti air bersih. Bagi Mia alam memang diciptakan untuk menunjang kehidupan manusia, namun manusia juga harus melindunginya.
Kompetisi Forest Friends dimanfaatkan Mia sebagai tempat untuk bertemu dengan teman-teman yang peduli dengan lingkungan. Bersama rekan satu tim-nya Gerrit, ia berbagi ide untuk membuat perubahan. Selain tergabung dalam tim softball kampusnya, Mia juga aktif sebagai relawan WWF-Indonesia.
Kunjungi Blog Mia dan Gerrit di: http://www.wwf-jugend.de/community/channel.php?channel_id=2 - Yangki Imade Suara
Besar sebagai anak petani dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Yangki Imade Suara, 21 tahun, biasa hidup berdampingan dengan alam. Kedekatannya dengan lingkungan mendorong Yangki mendalami ilmu Ekonomi Lingkungan di Universitas Padjajaran. Mahasiswa yang aktif berorganisasi ini pernah menjadi wakil delegasi Indonesia di Harvard National Model United Nations di Boston, Bliss Point di Delhi, serta International Youth Climate Movement di Kopenhagen. Isu perubahan iklim menjadi perhatian utama Yangki, karena dampaknya sangat terasa bagi Ayah-nya. Perubahan iklim yang tidak menentu berimbas negatif bagi kehidupan petani. Kerusakan hutan terutama lahan gambut berdampak pada peningkatan emisi karbon yang menjadi salah satu penyebab perubahan iklim. Hal ini memotivasi Yangki terus menggali ilmu salah satunya melalui program Forest Friends dimana Ia dan rekan satu tim-nya dari Jerman, Hanna, dapat bertukar pikiran seputar isu lingkungan dan tindakan nyata untuk memitigasi dampak negatif kerusakan alam.
- Simak lebih jauh pemikiran Yangki dan Hanna di: http://www.wwf-jugend.de/community/channel.php?channel_id=3