DKP TARAKAN DAN WWF INDONESIA KUATKAN KOMITMEN ADOPSI BMP BUDIDAYA UDANG WINDU DI KOTA TARAKAN
oleh Fajrina Nissa
Setelah Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara (Kaltara) dan Aceh mengadopsi Better Management Pratice (BMP) Udang Windu Tanpa Pakan Tanpa Aerasi, kini WWF-Indonesia mencoba menerapkan adopsi BMP untuk Kota Tarakan. Sesuai dengan perjanjian kerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tarakan pada bulan Juli 2012 lalu, Pemkot Tarakan akan mendukung secara penuh praktik BMP dengan memberi WWF-Indonesia kesempatan untuk melakukan percontohan awal di salah satu tambak Kota Tarakan.
Tambak seluas ± 4,6 Ha ini merupakan milik H.Muhidin yang merupakan ketua kelompok “Tambak Mandiri”. Telah berjalan mulai September 2012 lalu dan pada tambak inilah adopsi BMP dilakukan untuk menjadi percontohan di Kota Tarakan. Tim WWF Indonesia juga merekrut warga setempat sebagai fasilitator lokal (faslok) yang bertugas untuk mengawasi tambak mulai dari penebaran benur sampai ke panen. Selain aktifitas tambak, WWF-indonesia juga melakukan penanaman mangrove di area tambak yang berperan sebagai tempat mencari makan organisme perairan di daerah pasang surut.
Dengan mengadopsi BMP Budidaya udang windu, proses yang dilakukan pun mengikuti aturan di dalamnya seperti, pemilihan dan penebaran benur (benih udang;red) yang bebas penyakit. Benur yang didapat berasal dari hatchery PT MMA yang telah dites dan dinyatakan bebas penyakit, fasilitator lokal rutin melakukan kontrol kualitas air. Sesuai dengan perhitungan, tambak sudah mengalami dua kali musim panen. Namun keduanya mengalami kegagalan yang diakibatkan oleh penyakit white spot yang menyerang udang windu pada tambak. Hal itu diketahui setelah dilakukan uji lab di DKP Kota Tarakan.
Kuatkan Komitmen
Belajar pada kegagalan tersebut, tim WWF-Indonesia melakukan evaluasi terhadap aktifitas tambak. Saat ini, sudah dilakukan kembali aktifitas tambak yang ketiga dan umur benur sudah mencapai satu bulan. Butuh waktu sekitar 60 hari lagi untuk mencapai waktu panen dan seluruh faslok bahu membahu untuk meminimalisir kegagalan dengan melakukan pengecekan kondisi air secara rutin pada area tambak, memperketat keluar masuknya air yang menjadi sumber penyebaran white spot, dan meningkatkan kepatuhan terhadap BMP Budidaya Udang Windu. Komitmen DKP dan WWF-Indonesia untuk menerapkan budidaya ramah lingkungan terus ditingkatkan melalui perbaikan konstruksi tambak hingga SDM yang mengelola tambak percontohan.