WWF WARRIOR MASUK HUTAN!
Oleh: Joe Taslim (WWF Tiger Warrior)
Kurang lebih sudah tiga tahun saya ditunjuk menjadi WWF Tiger Warrior, namun baru pertama kali saya terjun langsung ke habitat harimau Sumatera. Kesempatan yang sangat langka itu saya dapatkan pada Selasa (23/05) silam ketika mengunjungi Rimbang Baling, salah satu kantong populasi terbesar harimau Sumatera di Indonesia. Bersama saya, ada juga WWF Warrior lainnya, yaitu Ario Bayu.
Sungguh keren, kami harus menggunakan piyau (perahu kecil) menyusuri jernihnya Sungai Subayang untuk menuju kawasan Rimbang Baling. Rupanya pengalaman yang sangat berharga ini tak hanya membawa saya untuk melihat secara langsung “rumah” harimau Sumatera. Di sisi lain, saya juga bisa mengenali seluk-beluk kehidupan masyarakat yang berdampingan dengan habitat harimau Sumatera, mulai dari kearifan lokalnya hingga bagaimana manusia membina hubungan yang harmonis dengan alam.
Desa Tanjung Belit, itulah nama salah satu desa yang berada di kawasan penyangga Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling, Riau, yang kami kunjungi. Saya sangat terkejut dan terharu ketika salah seorang anak yang ada di desa ini memberikan hadiah kejutan. Sebuah gambar pemandangan Rimbang Baling hasil karyanya diberikan untuk saya. “Om Ajo, ini ada lukisan buat Om,” katanya sambil tersipu. Ario Bayu pun mendapat kejutan berupa kerajinan tangan dari salah seorang anak.
Ketika mengunjungi desa, kami juga melihat ada semacam tali yang terentang melintasi sungai di antara dua daratan. Ternyata itu merupakan tanda Lubuk Larangan. Di situlah saya tahu bahwa Lubuk Larangan adalah kearifan lokal untuk menjaga keseimbangan dan pelestarian alam setempat. Area di Lubuk Larangan tidak boleh diambil ikannya sebelum waktu yang ditentukan untuk panen bersama. Sungguh sebuah kearifan lokal yang dapat menginspirasi kita semua.
Perjalanan makin mengesankan saat kami mendapat banyak informasi dari Wishnu Sukmantoro, Program Manager WWF-Indonesia Sumatera Tengah dan Nurchalis Fadhli, Koordinator Proyek Konservasi Terintegrasi Habitat Harimau. Mereka menjelaskan mengenai kegiatan WWF-Indonesia di Rimbang Baling tentang upaya konservasi yang WWF lakukan di Sumatera Tengah. Tim riset harimau juga tidak ketinggalan menunjukkan kegiatan mereka sehari-hari dalam pelaksanaan penelitian harimau. Untuk pertama kalinya, saya melihat bagaimana kerja camera trap. Alat unik tersebut dipasang tersebar di hutan oleh para ranger untuk mengetahui perkembangan statistik populasi harimau Sumatera. Salah satu kamera berhasil menangkap gambar video harimau yang melewati titik tempat kamera tersebut dipasang. Wow! Artinya harimau itu pernah melewati lokasi yang sama tempat saya berdiri saat itu. Amazing feeling to experience this!
Mengunjungi langsung lokasi Rimbang Baling membuat saya bisa membayangkan bagaimana teman-teman ranger dan tim riset harimau harus bekerja keras demi pelestarian harimau Sumatera. Alamnya yang luas dan medannya yang sulit memberikan tantangan tersendiri. Dedikasi dan semangat teman-teman ranger dan tim riset harimau sungguh luar biasa. Sebagai seorang WWF Warrior Tiger, saya makin termotivasi untuk berjuang demi kelestarian harimau Sumatera.
Oya, dalam perjalanan tersebut, saya juga bertemu dengan salah seorang staf WWF-Indonesia, Rafselia Novalina yang akan mengikuti lari marathon untuk menyuarakan kampanye bagi kelestarian harimau Sumatera. She will #run4tigers. Dan jarak yang harus ditempuh adalah 40 km! Seperti halnya kepada para ranger dan tim riset harimau, saya pun menyemangati dan mendukungnya agar harimau Sumatera dapat menjadi kebanggaan Indonesia melalui aksi lari marathon tersebut. Dan tentunya, publik dapat makin sadar akan keberadaan dan kelestarian harimau Sumatera.
Perjalanan ke Rimbang Baling ini memompa kembali komitmen saya untuk mengkampanyekan perlindungan satwa dan habitatnya. Tak hanya saya dan teman-teman WWF yang ada di lapangan, semua orang juga bisa menjadi Warrior dengan turut berpartisipasi menekan aktivitas perburuan dan perdagangan satwa. Bergabunglah bersama saya menjadi WWF Tiger Warrior!