WWF-INDONESIA AJAK PUBLIK UNTUK MELAKSANAKAN PROGRAM KONSUMSI-PRODUKSI RENDAH EMISI
Oleh: Sela Ola Olangi Barus
Program “Sustainable Consumption and Production in Thailand, Indonesia, and Philippines” (SCP-TIP) merupakan program yang dipimpin oleh WWF-Jerman yang implementasinya dilakukan di tiga negara di Asia Tenggara (Thailand, Indonesia, dan Filipina). Peluncuran program yang dilakukan pada Rabu (26/7) di Goethe-Institut Indonesia, Jakarta, bertujuan untuk membantu mendorong masyarakat di ketiga negara untuk mengintegrasikan dan menerapkan prinsip-prinsip produksi dan konsumsi berkelanjutan sebagai pendukung strategi mitigasi perubahan iklim nasional dalam hal politik, praktik bisnis, dan gerakan masyarakat sipil.
Kegiatan peluncuran dihadiri oleh para undangan yang terdiri dari para pemangku kepentingan, yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK), Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), perwakilan perusahaan dan asosiasi pengusaha dari industri ritel dan produk konsumen, serta perwakilan NGO dan komunitas yang bergerak dalam isu produksi dan konsumsi berkelanjutan. Termasuk jurnalis dari sejumlah media yang diundang untuk meliput kegiatan peluncuran. Keterlibatan pemangku kepentingan dalam implementasi program SCP-TIP sangat signifikan untuk mencapai tujuan-tujuan progam, yaitu pengembangan aksi mitigasi perubahan iklim dan kebijakan strategis pengurangan emisi gas rumah kaca di sektor pertanian/pangan, integrasi prinsip-prinsip produksi dan konsumsi berkelanjutan dalam kegiatan usaha dan peningkatan pengetahuan dan pemahaman konsumen mengenai kegiatan produksi dan konsumsi berkelanjutan.
Kegiatan peluncuran program SCP-TIP terdiri dari dua agenda utama, yaitu pemaparan narasumber dari instansi-instansi terkait program SCP-TIP dan lokakarya yang mengikutsertakan perwakilan pemerintah, bisnis dan komunitas untuk memetakan inisiatif dan program yang mendukung pencapaian tujuan program SCP-TIP.
Pemaparan narasumber menampilkan dua perwakilan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu Ibu Nurmayanti selaku Kepala Bidang Standardisasi Produk, Pusat Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Pustanlinghut) dan Ibu Emma Rachmawati selaku Asisten Deputi Mitigasi dan Pelestarian Fungsi Atmosfer. Pemaparan sektor swasta menampilkan Bapak Budi Santosa selaku Executive Director Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) dan pemaparan program SCP-TIP dilakukan oleh Ibu Dewi Satriani selaku Campaign and Mobilization Manager WWF-Indonesia.
Dalam sesi lokakarya yang berlangsung di paruh kedua kegiatan, peserta dibagi ke dalam dua kelompok diskusi mewakili kelompok pemerintah dan swasta, serta kelompok komunitas dan lembaga masyarakat madani. Peserta lokakarya kelompok pemerintah dan swasta terdiri dari IBCSD, Unilever, RSPO, FSC, ISPO, Tessa Tissue, Astra Agro, PT. Inovasi, serta Avani Eco. Tujuan diskusi pada kelompok ini adalah mengindentifikasi praktik sustainable production yang telah dilakukan sektor swasta, serta mempertimbangkan peran consumen good brands dan retailer yang menghubungkan sektor produksi dengan end consumers.
Mengenai praktik sustainable production, beberapa perusahaan swasta yang menjadi peserta lokakarya mengaku telah melakukan serangkaian upaya dalam mengurangi produksi karbon. Unilever menyatakan sudah mengurangi CO2 dari penggunaan energi dan air, serta telah mencapai zero waste dalam kegiatan produksinya.
Hal ini dibuktikan dengan melakukan inovasi produk secara global yang menerapkan aspek keberlanjutan. Hal senada dinyatakan juga oleh Tessa Tissue sebagai produsen tisu yang telah mendapat label FSC. Label tersebut menandakan bahwa produk tisunya berasal dari perkebunan yang tidak merusak lingkungan. Sebagai salah satu penguasa industri kelapa sawit, Astra Agro juga menyatakan telah melakukan praktik produksi berkelanjutan seperti pengurangan pestisida, efisiensi penggunaan solar, pembelian alat untuk mencegah kebakaran, dan lain-lain. Selain itu, Astra Agro juga telah memperhatikan keberlanjutan pada aspek limbah.
Namun, menurut PT. Inovasi masih adanya gap antara produsen dan konsumen mengenai pengetahuan akan produk yang berkelanjutan. Banyak perusahaan swasta yang telah melakukan upaya sustainable production, namun banyak pula konsumen yang tidak mengetahuinya. FSC dan RSPO (lembaga sertifikasi produk olahan kertas dan kelapa sawit) menyatakan hal yang serupa bahwa konsumen Indonesia belum memahami sustanaible product. Padahal produk berlabel lingkungan mengeluarkan biaya produksi yang besar dan bisa mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan jika belum banyak konsumen yang memahaminya.
Oleh karena itu peran konsumen sangat penting untuk menyukseskan program SCP-TIP. Jika jumlah permintaan konsumen akan produk yang tersertifikasi meningkat, secara otomatis tentu akan mengurangi produksi produk yang tidak ramah lingkungan. Berdasarkan survei yang dilakukan RSPO, konsep keberlanjutan sulit dimengerti oleh konsumen. Jika hanya memberi tahu produk mana saja yang berkelanjutan, tanpa adanya penjelasan, konsumen tidak akan mudah merasa bahwa keberadaan produk berkelanjutan juga tanggung jawab konsumen.
Avani Eco juga berpendapat demikian, menurut pihaknya hal ini terjadi karena adanya gap antara masalah-masalah lingkungan dengan gaya hidup konsumen. Pihak Tessa Tissue menyarankan selain melakukan edukasi, perlu juga diubah lingkungan konsumen dengan menyasar pasar milenial. Diperlukan suatu gerakan untuk menggugah konsumen ikut berperan dalam program SCP-TIP. Salah satu contoh yang disarankan PT Inovasi, gerakan hidup sehat dapat dijadikan salah satu contoh sarana penyadartahuan mengenai produk berkelanjutan. WWF-Indonesia dalam hal ini telah melakukan kampanye #BeliYangBaik.
Dalam lokakarya kelompok komunitas dan kelompok masyarakat madani, pesertanya terdiri dari Burgreens, Project Semesta, Komunitas Organik Indonesia (KOI), Komunitas Earth Hour (Bandung, Jakarta, Depok, Bogor), IBCSD, Yayasan Pembangunan Berkelanjutan, GPIB Jatipon, HIVOS, dan Greeneration. Diskusi ini bertujuan untuk mengidentifikasi inisiatif, kegiatan, dan program komunitas yang telah atau sedang berjalan yang dapat berkontribusi pada target program SCP-TIP, sebagai usaha peningkatan kesadaran konsumen mengenai konsumsi dan produksi berkelanjutan dengan menyajikan ketersediaan informasi bagi konsumen.
Beberapa anggota lokakarya menyampaikan beberapa kegiatan dan program yang telah dan yang akan dilaksanakan. Burgreens telah melakukan promosi ‘clean eating’ dengan melakukan Burgreens goes to school and office dengan metode ‘train for trainers’. ‘Clean eating’ adalah suatu gaya hidup yang hanya mengonsumsi bahan-bahan organik. Lain halnya dengan Project Semesta, sebagai perkumpulan pengusaha muda kreatif yang mengedepankan aspek sustainability, fokus utama Project Semesta adalah menjadi wadah produsen local brands yang tengah menjajaki proses sertifikasi produk berkelanjutan. Maka, rencana ke depan akan mengadakan event perdana bertajuk Feel Good Market dengan menyasar publik untuk membentuk kesadaran konsumen akan produk tersertifikasi, namun sebelumnya akan dilakukan edukasi terlebih dahulu kepada pemiliki brand, mengenai prinsip-prinsip keberlanjutan.
KOI juga telah melakukan upaya serupa untuk menciptakan market place produk organik dengan membuat bazaar di pusat-pusat perbelanjaan dan mengembangkan website organik.id. Metode yang dilakukan KOI dalam menjalankan edukasi adalah “getok tular” (penyebaran cerita sukses dari orang yang merasakan manfaat produk organik), melakukan aktivasi dalam bentuk workshop dan cooking demo, edukasi ke sekolah dan kantor, serta yang terbaru adalah DiOn (Diskusi Online) melalui group chat Whatsapp dengan mengangkat topik-topik seputar organic lifestyle.
Sebagai mitra kerja WWF-Indonesia, komunitas Earth Hour memiliki peran penting dalam meningkatkan penyadartahuan konsumen akan konsumsi-produksi yang berkelanjutan, salah satunya mengampanyekan. #BeliYangBaik. Metode yang dilakukan pun bermacam-macam, ada yang menyebarkan informasi melalui media sosial mengenai produk apa saja yang telah tersertifikasi, ada yang mengunjungi sekolah, kantor, dan media untuk menyebarkan informasi tersebut, serta ada pula yang melakukannya di arisan ibu-ibu. Lain halnya dengan GPIB Jatipon, dalam mengedukasi #BeliYangBaik, pihaknya akan melakukan Teens Choir yang akan bekerja sama dengan beberapa komunitas, namun fokus kegiatan lebih pada mengelola produk dan sampah.
Greeneration yang menyasar pada masyarakat menengah ke bawah memiliki metode tersendiri untuk mengedukasi kebiasaan ramah lingkungan, yaitu melakukan program MRT (Masuk RT) dengan mengangkat topik ‘Waste Management’ dan ‘Berkebun Organik” . HIVOS yang memiliki target audience yang sama dengan Greeneration juga menciptakan program bertajuk ‘Food Lab’ kepada pedagang kaki lima bersama komunitas terkait yang ada di Bandung.
Hasil diskusi mengidentifikasi sejumlah gerakan dan inisiatif komunitas yang dapat mendukung upaya penyebaran informasi seputar produksi dan konsumsi berkelanjutan. Poin ini dipandang bernilai signifikan untuk menciptakan lebih banyak permintaan terhadap produk berkelanjutan. Sementara di sisi produksi, ketersediaan produk berkelanjutan yang masih terbatas masih menjadi kendala yang belum terpecahkan. Minimnya permintaan konsumen dan ketiadaan mekanisme atau kebijakan yang kuat yang mempromosikan konsumsi berkelanjutan membuat pelaku usaha tidak agresif memasarkan produknya yang tergolong sustainable.
Kurangnya representasi dari pihak pemerintah dalam diskusi menyebabkan gap dalam diskusi yang berlangsung sehingga diputuskan bahwa kegiatan serupa akan dilakukan kembali dengan melibatkan lebih banyak perwakilan pemerintah.
Pelaksanaan program SCP-TIP yang dikawal WWF-Indonesia diharapkan mampu semakin mendorong upaya realisasi praktik produksi dan konsumsi berkelanjutan sebagai norma yang berlaku luas di industri maupun konsumen. Tercapainya hal ini akan berkontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca yang berpotensi menekan laju perubahan iklim.