WWF DORONG DIVERSIFIKASI KOMODITI PETANI SAWIT SWADAYA
Sintang – WWF-Indonesia terus berupaya mencari solusi dari serentetan persoalan yang dihadapi petani sawit swadaya di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Fluktuasi harga tandan buah segar (TBS) yang tidak stabil dan lamanya masa panen kelapa sawit adalah momok bagi para petani.
Guna meretas persoalan tersebut, WWF mencoba mendorong petani agar melebarkan sayap usahanya dengan komoditi lain. Hal ini dinilai dapat menjadi penyangga ekonomi bagi para petani sawit swadaya.
Market Transformation Initiative Coordinator, WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat Muhammad Munawir mengatakan petani sawit swadaya tidak bisa mengandalkan pundi-pundi ekonomi keluarganya hanya dengan sawit semata. “Perlu inovasi melalui komoditi lain seperti karet,” katanya dalam Focus Group Discussion (FGD) di Sintang, Senin (31/7/2017)
Kendati demikian, Munawir tak menampik upaya pengembangan komoditas lain ini tetap berbasis pada sumberdaya lokal. Misalnya ketersediaan lahan, saprodi, tingkat pengetahuan, dan pasar.
Strategi pengelolaan kelembagaan petani karet di Sintang ini sedang dibahas oleh WWF bersama para mitra dari kelompok/sentra, koperasi, dan perusahaan karet. “Kita bahas peningkatan kinerja lembaga yang mengoordinasikan pengelolaan dan pelaksanaan rencana pengembangan produksi karet bersih,” ucap Munawir. Sosial Ekonomi Officer WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat Faiza Libby S Lubis menambahkan, secara internal kelembagaan petani karet yang ada masih belum solid. “Mulai dari manajemen hingga kebijakan yang diterapkan di dalam kelompok,” katanya.
Hal inilah yang menjadi dasar dalam mendorong petani karet untuk menyusun strategi pengelolaan kelembagaan. Konteksnya adalah pengembangan potensi produksi karet melalui pendekatan penjaminan mutu.
Peningkatan mutu Bahan Olahan Karet (BOKAR) berbasis Internal Controlling System (ICS) dan pengembangan industri hilir karet melalui penguatan kelembagaan petani karet, dapat dilakukan dengan menggunakan strategi pengembangan. Di antaranya menumbuhkan inisiatif anggota, memerkuat peran kelembagaan petani karet melalui pemberdayaan anggota, pengetahuan petani tentang intensifikasi, pemasaran bersama, dan pengawasan.
Staf Pemasaran Sentra Karet Barese Kapuas Hulu Yosef Unja mengatakan selain mutu produk, peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang tergabung dalam kelompok juga tidak kalah penting. “Mutu produk yang baik sangat ditentukan oleh pengelolaan internal kelembagaan yang baik pula,” katanya saat berbagi pengetahuan dengan para peserta diskusi.
Walizar, Manajer Pembelian PT Kirana Prima mendukung penuh penerapan ICS pada BOKAR yang dihasilkan oleh petani karet. “Ini dapat meningkatkan daya saing, baik terhadap mutu maupun harga produk BOKAR sesuai dengan kriteria standar produk karet yang kami pasarkan,” jelasnya.
Untuk mengembangkan ICS, petani harus mengikat diri dalam organisasi. Sesama anggotanya harus menyepakati, menyusun, dan memenuhi prosedur standar yang telah disusun bersama yang dikoordinir oleh inspektor. Skema ICS inilah yang akan dikembangkan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan petani sawit di Sintang.
Kontak Person:
Lia Syafitri (Koordinator Komunikasi WWF-Indonesia Program Kalbar)
HP: +62 812 6734 743 | Email: lsyafitri@wwf.id
Untuk informasi lebih lanjut, bisa menghubungi:
Muhammad Munawir (Market Transformation Initiative Coordinator)
WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat
Jl. Karna Sosial Gg. Wonoyoso II No. 3 - Pontianak
HP: +62 81257 28740 | Email: mmunawir@wwf.id