PERTEMUAN GUBERNUR DUNIA UNTUK PERUBAHAN IKLIM DAN HUTAN
Oleh: Diah R. Sulistiowati
Balikpapan, 27 September 2017. Sejumlah perwakilan gubernur dunia hadir di Balikpapan untuk diskusi tentang perubahan iklim dan hutan atau Governor's Climate and Forest Task Force (GCF) Annual Meeting 2017. Pertemuan ini dihadiri oleh Gubernur Acre, Brazil; Rondônia, Brazil; Wakil Gubernur Tocantins, Brazil dan lainnya.
Pada sambutannya Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek menyatakan ada tiga hal yang penting untuk didiskusikan dalam pertemuan ini, yaitu: Pertama, proteksi dan mengakui wilayah adat, khususnya yang berhubungan dengan perlindungan hutan; Kedua, berhubungan dengan partisipasi masyarakat adat dan masyarakat lokal di beberapa diskusi dan kebijakan di nasional dan sub-nasional; Ketiga, tentang skenario keuangan dan distribusi keuntungan dari program mitigasi perubahan iklim sama dengan kerangka yang dilakukan oleh masyarakat adat dan masyarakat lokal.
Pada tahun 2015 Provinsi Kalimantan Timur telah menerbitkan Perda No. 1 Tahun 2015 tentang Tata Cara Melindungi dan Mengakui Masyarakat Lokal. “Melalui peraturan ini, kami menginformasikan bahwa semua masyarakat adat yang berada di wilayah kami diidentifikasi, mendapatkan pengakuan dan menjadi entitas legal demi perlindungan wilayah adat dan juga pemberdayaan mereka,” jelas Gubernur Kalimantan Timur. Beliau juga menyebutkan bahwa masyarakat Dayak berkontribusi banyak untuk menyelamatkan hutan Wehea seluas 38,000 Ha.
Acara ini juga mendapat sambutan dari Duta Besar Norwegia, Per Pharo dan Perwakilan GCF, William Boyd. Selain itu, sambutan juga diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ibu Dr. Siti Nurbaya yang diwakili oleh Ibu Nur Masripatin, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dalam sambutannya tersebut, beliau menyatakan bahwa Indonesia terus berkomitmen untuk bekerja mengurangi dampak perubahan iklim.
Bambang Satrio, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI juga hadir dan memberikan sambutan. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa perkebunan Indonesia berkontribusi pada pelestarian hutan dan juga mengusahakan ISPO untuk seluruh perkebunan sawit di Indonesia.
Pada acara tersebut juga dibuat kesepakatan pembangunan hijau Kalimantan Timur. Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh para pihak yang hadir, seperti Global Green Growth Institute, The Nature Conservancy, pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, beberapa perusahaan, masyarakat dan lain-lain.