PESERTA PELATIHAN POLE AND LINE FLORES TIMUR USUNG PERBAIKAN PRAKTIK PERIKANAN
Oleh Muhammad Maskur Tamanyira dan Saraswati Adityarini - Capture Fisheries Program
Begitu Ir. Erna da Silva masuk ke ruangan, empat puluh kapten kapal pole and line dan buoy-buoy bersama perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Flores Timur segera bersiap mengikuti pelatihan di Larantuka, 19 Agustus 2015 lalu. Hari itu diberikan pendalaman Better Management Practices (BMP) Pole and Line — cara tangkap ikan menggunakan joran dan mata pancing tidak berkait (barb-less) dengan ciri khas penggunaan umpan hidup dan penyemprot air sebagai atraktornya. Target tangkapan Pole and Line adalah ikan cakalang dan tongkol.
Pelatihan ini merupakan lanjutan konsultasi publik penyusunan “BMP Pole and Line” pada bulan November 2014. Selepas penyampaian arahan dari Kepala DKP Flores Timur, materi BMP disampaikan secara bertahap. Peserta diberikan pemahaman tentang latar belakang disusunnya BMP Pole and Line, pentingnya kelengkapan armada alat dan administrasi, penanganan umpan hidup, penanganan paska-tangkap, serta sisipan materi konservasi.
Ada beberapa penekanan dalam pelatihan ini. Pertama, pentingnya melengkapi berkas administrasi sebelum berangkat beroperasi untuk menghindari kendala administratif yang menghambat proses pendaratan hasil tangkapan. Kedua, terkait dengan isu krusial di Flores Timur yaitu ikan umpan dan penanganannya. Diskusi menghangat saat Hilmar — mewakili industri perikanan cakalang (PT. Okishin) — menyampaikan bahwa sebenarnya nelayan cukup paham dan tahu cara penanganan umpan yang baik. Sayangnya, ilmu tersebut belum dipraktikkan secara menyeluruh. Banyak nelayan pole and line yang mengambil umpan hingga “serok kering” saat harganya murah namun penanganannya belum baik hingga kebanyakan umpan mati.
Materi terakhir pelatihan adalah praktik pengisian log book. Setiap armada tangkap berukuran di atas lima gross tonnage (GT) diwajibkan mengisi log book penangkapan ikan sesuai Permen KP No. 48 Tahun 2014 Tentang Log Book Penangkapan Ikan. Armada pole and line di Flores Timur yang didominasi kapal berukuran 6 – 15 GT masuk dalam klasifikasi tersebut. Pencatatan log book akan memberikan informasi yang transparan mengenai produksi perikanan per armada sesuai alat tangkap, lokasi tangkap, lama penangkapan, ijin yang digunakan dan identitas armada. Data yang dikumpulkan bermanfaat untuk pengembangan strategi pengelolaan perikanan serta meminimalisir aktivitas praktik perikanan tidak bertanggung jawab (Ilegal, Unregulated, and Unreported Fishing).
Untuk mengukur efektivitas pelatihan, post-test dilakukan sebelum penutupan pelatihan. Pemahaman peserta rata-rata naik menjadi 63,96% atau meningkat 8.12% dari hasil pre-test yaitu 55,85%. Peserta yang telah memiliki pemahaman lebih baik kemudian setuju untuk mengusung kesepakatan bersama dalam menjalankan perbaikan praktik perikanan — terutama dalam penanganan umpan dan pencatatan log book— sesuai dengan BMP.
Putusan ini kemudian ditandatangani oleh perwakilan DKP Flores Timur, perusahaan, dan para nelayan Pole and Line Flores Timur. WWF-Indonesia, DKP Flores Timur, dan para pihak terkait, akan mendampingi pelaksanaannya. Pendampingan ini akan difokuskan pada tingkat industri yang kemudian akan disiapkan panduan teknis pelaksanaannya oleh DKP di tingkat nelayan.
Dengan pelatihan dan kesepakatan ini, diharapkan praktik Pole and Line terbaik dapat dilaksanakan baik oleh nelayan plasma/binaan perusahaan, maupun nelayan bakti yang mendapatkan armada bantuan dari DKP Flores Timur.