PENINGKATAN KAPASITAS PETANI MADU DI DESA SEDAU, LOMBOK
Oleh: Natalia Trita Agnika
Pada Rabu (27/12/2017) yang lalu, sekitar 30 peserta dari kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKM) dan anggota Kelompok Masyarakat Pelestari Hutan (KMPH) Sesaot mengikuti kegiatan pelatihan kapasitas petani madu di Sekretariat KMPH, Desa Sedau. Suadi, pendamping budidaya madu memberikan beberapa materi pelatihan, di antaranya teknik memindahkan lebah trigona ke dalam stup madu, teknik dan cara pemanenan madu trigona, serta teknik pengolahan bee pollen yang terdapat di sarang madu trigona.
Muhammad Ridha Hakim, Small Island Partnership and Governance Leader WWF-Indonesia mengatakan bahwa kegiatan pelatihan tersebut bertujuan meningkatkan kapasitas, pengetahuan, dan keterampilan petani KMPH dalam budidaya madu. Pelatihan budidaya ini merupakan yang pertama kali diikuti oleh para petani madu sekaligus menjadi pengalaman pertama mereka dalam melakukan budidaya madu. Para peserta merasa sangat terbantu dengan pelatihan teknis yang telah mereka terima.
Sementara itu, pembangunan rumah produksi madu juga telah berjalan. Proses pembangunan rumah produksi madu telah dimulai pada Februari 2018 yang lalu. Pada saat itu, kendala utama proses pembangunan rumah produksi adalah intensitas hujan yang cukup tinggi. Lahan untuk pembangunan rumah produksi merupakan lahan yang dihibahkan oleh Ketua KMPH (seluas 4 are atau sekitar 0,04 hektare). Kini, bangunan tersebut sudah berdiri.
Selain rumah produksi madu, telah dilaksanakan pula pembuatan dua unit rumah stup madu. Apa perbedaan rumah produksi madu dan rumah stup madu? Rumah stup madu adalah bangunan yang terbuat dari kayu untuk menyimpan stup madu yang akan dibudidayakan. Satu rumah stup madu dapat menampung 100-150 stup madu. Pembangunannya sudah dilakukan terlebih dahulu, yaitu sejak Oktober-November 2017 silam. Sedangkan rumah produksi madu adalah bangunan permanen yang dimanfaatkan untuk proses pengolahan produksi, pasca panen, dan pengemasan hasil produksi budidaya madu. Selain itu, rumah produksi juga dijadikan sebagai tempat untuk pelaksanaan proses belajar di antara petani guna meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan dalam usaha budidaya madu.
Rumah produksi madu yang diinisiasi oleh WWF-Indonesia tersebut sangat membantu masyarakat di Desa Sedau dalam meningkatkan manfaat ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sehingga dapat mengurangi dan mencegah perambahan di kawasan hutan lindung. Setiap minggu, KMPH melaksanakan pertemuan rutin untuk membahas rencana kerja pengelolaan kawasan hutan, termasuk di dalamnya membahas tentang budidaya madu.
Terima kasih kepada para Suporter WWF yang telah dengan ikhlas hati membantu pembangunan rumah produksi madu melalui program donasi “Rumah Produksi Madu”. Donasi Anda telah turut serta meningkatkan kesejahteraan petani di sekitar kawasan Hutan Sesaot dan sekaligus menjaga kelestarian hutan. Anda yang masih ingin membantu menjaga hutan melalui RUMAH PRODUKSI MADU tersebut dapat berkontribusi melalui donasi di wwf.id/rumahproduksimadu.
Untuk informasi lebih lanjut, atau jika Anda ingin dihubungi oleh tim Telemarketing WWF-Indonesia, silakan menghubungi Contact Center di (021) 5761076 atau dengan mengirimkan surel ke supporter-service@wwf.id (tulis "Rumah Produksi Madu" sebagai judul surel Anda).
Pengembangan budidaya lebah madu yang didukung oleh Suporter WWF tersebut saat ini sudah terintegrasi ke dalam rencana kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Rinjani Barat. Dengan demikian kegiatan yang dilakukan oleh KMPH tersebut ke depannya akan mendapatkan dukungan dari pemerintah melalui KPH.