NELAYAN LABUAN BAJO LEPASKAN HIU AGAR HASIL TANGKAPAN TETAP MELIMPAH (2)
Oleh: Euis Zulfiaty (Bycatch and Sharks Conservation Program Assistant)
“Ini, Mbak, saya foto tadi ada 2 ekor mengiwang tersangkut, lokasinya di Takat Metela dekat Sebayur,” Bapak Sadam memperlihatkan galeri handphone-nya pada saya. Tampak di sana, mengiwang, merujuk pada hiu karang sirip hitam (black tip reef shark, Carcharhinus melanopterus) berukuran satu setengah meter. Dua ekor mengiwang ini tersangkut mata pancing di bagian bibirnya.
Hari itu (1/4/17), Bapak Sadam, nelayan Kampung Ujung, Labuan Bajo, mendaratkan hasil tangkapannya berupa 2 ekor ikan tenggiri dan 1 ekor bengkolo atau dikenal giant trevally (Caranx ignobilis). Tapi cerita mengiwang ini, dia kisahkan pada saya dengan bangga.
Hiu tersebut terlihat dalam kondisi sehat dan memberikan respon yang sangat aktif. “Mengiwang ini masih hidup dan bisa diselamatkan, jadi sebaiknya dilepas saja,” lanjut dia, membuat saya ikut senyum. Kami duduk di dermaga, di sisi ketinting, sampan kayu kecil yang dia gunakan untuk melaut.
Bapak Sadam mengisahkan, ia menarik ulur senar pancing tonda yang tergulung di tangannya, kemudian memposisikan hiu di samping ketinting. Ukuran hiu cukup besar dan tidak bisa diangkat ke atas ketinting, sehingga Pak Sadam segera menggunting senar sedekat mungkin dari bibir hiu sirip hitam itu. Tujuannya, agar saat hiu kembali berenang bebas, tidak akan terlilit oleh senar tersebut.
“Saya tidak mau e mendaratkan mengiwang, selagi dia berbahaya punya gigi, sekarang saya tau bahwa itu barang punya manfaat juga e bagi lautan,” tambahnya dengan logat khas orang Makassar bercampur Manggarai.
Bagi suku Bugis dan Makassar, semua jenis hiu disebut dengan nama lokal mengiwang, dan semua jenis mengiwang memiliki peran yang besar bagi ekosistem. Hal ini dikarenakan hiu hanya memakan ikan sakit, kemudian membebaskan ikan sehat dari tertularnya penyakit. Sehingga, ikan sehat lainnya tetap dapat dimanfaatkan sebagai hasil tangkapan nelayan.
Menurut Bapak Sadam, melepas hiu berarti sama saja menunjukan rasa syukur terhadap hasil laut yang beraneka ragam jenis. Bagaimana tidak, ikan bengkolo, tongkol, marlin, tenggiri - jumlahnya masih sangat melimpah dilautan. Sedangkan hiu, jumlahnya tidak sebanyak dengan ikan target lainnya.
“Kenapa harus mendaratkan hiu jika saya bisa menikmati hasil laut lainnya”, katanya.
Pendampingan nelayan ini masih setengah jalan, tetapi saya optimis, akan terus muncul nelayan-nelayan lain seperti Bapak Sadam di Kampung Ujung, Labuan Bajo.