MENJADI PENYELAMAT LINGKUNGAN BERSAMA PANDA MOBILE WWF-INDONESIA
Oleh: Denaya Karenzi (Volunteer Panda Mobile)
Menjadi penyelamat lingkungan mungkin terdengar sangat berat. Harus menjelajah hutan, berperang melawan pemburu bersenjata, atau bahkan harus menjadi pemangku kekuasaan terlebih dahulu untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan. Padahal nyatanya, aksi kecil yang kita lakukan sehari-hari pun dapat berdampak besar bagi lingkungan.
Pemikiran inilah yang berusaha disebarkan oleh tim Panda Mobile WWF-Indonesia. Menjadi penyelamat lingkungan bisa dimulai sejak dini dengan aksi kecil sehari-hari. Para siswa pra sekolah pun dapat menjadi salah satu penyelamat lingkungan dengan kegiatan kecil yang dilakukan di kelas. Pesan tersebut disampaikan oleh tim Panda Mobile di Taman Bermain Kepompong pada Selasa (08/05) yang lalu.
Panda Mobile WWF-Indonesia mengajak siswa Taman Bermain Kepompong tentang cara melestarikan lingkungan, terutama orangutan. Untuk menambah semangat, kegiatan diawali dengan tarian “ramsamsam”. Tarian tersebut terasa lebih istimewa karena diiringi gitar akustik secara langsung oleh salah satu guru dari Taman Bermain Kepompong.
Usai asik menari, mereka diberi informasi tentang orangutan, habitat, serta ancamannya melalui presentasi yang dibawakan oleh tim Panda Mobile. "Jadi walaupun adik-adik tinggal di kota sementara orangutan tinggal di hutan, kita tetap bisa membantu menyelamatkan mereka dari kepunahan," ujar Denaya, volunteer Panda Mobile.
Tim Panda Mobile juga menjelaskan bahwa sekolah dapat turut melestarikan hutan dengan cara menggunakan kertas secara bijak. Orangutan yang ada di Indonesia terancam punah karena habitatnya yang semakin mengecil. Salah satu penyebabnya adalah deforestasi demi memenuhi kebutuhan manusia atas kertas dan tisu yang bahan dasarnya berasal dari serat kayu. "Kalau habis cuci tangan nggak usah pakai tisu!" seru salah satu peserta dari kelas lebah ketika ditanya contoh perilaku ramah lingkungan.
Kemudian para siswa diajak menonton film animasi singkat tentang orangutan. Mereka menyimak dengan seksama dan tertawa kegirangan saat meyaksikan adegan yang menampilkan perilaku orangutan yang mirip dengan perilaku manusia. "Orangutan memiliki 97% kemiripan gen dengan manusia lho," ujar Sani Firmansyah, Supporter Center Officer WWF-Indonesia. Sementara itu, sebagian anak ada yang bermain engklek dengan tema orangutan. Dengan bermain, anak-anak dapat lebih mudah mencerna informasi seputar orangutan.
"Diharapkan kegiatan ini bisa membawa dampak positif bagi anak-anak dan lingkungan alam Indonesia yang kaya akan potensi. Walaupun sedikit, tetapi setidaknya ada upaya pelestarian," ujar Upik, kepala sekolah Taman Bemain Kepompong.