MENJADI PEJUANG UNTUK KELESTARIAN SPESIES KUNCI INDONESIA
Oleh: Natalia Trita Agnika
wwf.id/warrior
“Wah, harimaunya gagah dan warnanya bagus!” pekik seorang anak laki-laki berusia 6 tahun tatkala melihat tayangan televisi tentang kehidupan harimau di alam liar. Namun tak berapa lama kemudian, ekspresinya berubah sedih dan marah ketika sang pembawa acara memperlihatkan kulit harimau hasil sitaan polisi hutan dari perdagangan ilegal.
Sama seperti anak kecil tersebut, kita semua pasti merasa senang ketika melihat satwa liar dapat hidup dengan bebas di habitat asli mereka. Tak hanya membuat satwa tersebut bahagia, keberadaan mereka di habitat aslinya juga memiliki peran penting dalam memelihara keseimbangan ekosistem. Harimau misalnya, sebagai predator puncak, keberadaan spesies kharismatik ini mengindikasikan ekosistem hutan yang sehat dan ketersediaan sumber air yang cukup bagi seluruh makhluk hidup di kawasan tersebut. Demikian halnya dengan satwa liar lainnya, seperti gajah, orangutan, dan penyu. Kehadiran gajah yang dikenal sebagai “Satwa Payung” ini di suatu lokasi berarti bahwa tempat tersebut terdapat sumber daya yang mencukupi untuk mendukung kehidupan satwa lain yang mengindikasikan sehatnya suatu ekosistem. Sedangkan orangutan memiliki peran sebagai penjaga dan pemelihara hutan. Mereka membantu menyebarkan biji tanaman serta membantu pertumbuhan pohon baru.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi habitat bagi aneka satwa liar. Keanekaragaman sumber daya hayati yang terdapat di Indonesia sangat tinggi. Bahkan, Indonesia juga menjadi habitat bagi satwa-satwa endemik atau satwa yang hanya ditemukan di Indonesia. Berdasarkan IUCN 2013, terdapat 259 jenis mamalia endemik Indonesia, 384 jenis burung 384, dan 173 jenis amfibi.
Namun kini satwa-satwa tersebut menghadapi berbagai ancaman yang menggiring mereka terhadap kepunahan. Laju degradasi hutan yang semakin pesat menyebabkan habitat mereka semakin sempit. Meningkatnya perkembangan hutan industri, terutama untuk perkebunan kelapa sawit, ditengarai menjadi penyebab utama hilangnya hutan alami di Sumatera. “Kurang dari 25 tahun, lebih dari 12 juta hektare hutan hilang. Sekarang 40% dari luasan hutan yang tersisa juga terancam. Bahkan kawasan yang dilindungi pun tak aman lagi,” ungkap Sunarto, Species Specialist WWF-Indonesia.
Kerusakan habitat juga terjadi di wilayah laut. Sebut saja polusi di laut, perubahan iklim, hingga eksploitasi yang tak bertanggung jawab. Sering ditemukan kasus penyu tak bisa mendarat ke pantai untuk bertelur karena pantai tempat di mana dulu ia menetas kini mengalami abrasi. Ancaman terhadap keberadaan satwa liar tersebut juga muncul dari banyaknya perburuan serta perdagangan ilegal satwa liar.
Upaya konservasi diperlukan untuk menyelamatkan satwa-satwa tersebut. Mereka wajib diperjuangkan kelestariannya. Kehidupan liar tak dapat diciptakan. Apabila musnah dan punah, tak ada yang dapat menggantikannya. WWF-Indonesia telah melakukan berbagai upaya konservasi untuk menyelamatkan spesies kunci Indonesia. Spesies kunci adalah satwa ikon yang dipilih sebagai fokus kegiatan karena kemampuannya untuk meningkatkan kesadartahuan, menimbulkan aksi dan pendanaan bagi upaya konservasi secara umum.
Kehidupan satwa liar telah di ambang kepunahan apabila upaya konservasi tidak segera dilakukan secara maksimal dan didukung oleh berbagai pihak. Publik juga dapat turut mendukung dan berjuang dalam melakukan upaya konservasi demi menyelamatkan spesies kunci beserta habitat aslinya. Sebutan WWF Warrior pun disematkan untuk individu yang turut berjuang demi kelestarian spesies kunci bersama WWF-Indonesia, di antaranya Tiger Warrior, Orangutan Warrior, Elephant Warrior, dan Turtle Warrior. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program ini, silakan membuka tautan wwf.id/warrior. Apakah Anda sudah siap menjadi “Warrior” untuk kelestarian spesies kunci Indonesia?