MENJADI GURU YANG AMANAH
Oleh: Novita
Menjadi guru sudah menjadi cita-cita Ibu Marsini saat masih masih remaja. Untuk mencapai cita-citanya, beliau melanjutkan sekolah pendidikan guru (SPG) di Yogyakarta. Pada tahun 1990an, cita-citanya untuk menjadi guru terwujud, setelah lulus saat tes PNS guru di Palangkaraya. Beliau mendapat SK penempatan guru di desa Mekartani, Kec. Mendawai, Kabupaten Katingan. Keinginan menjadi guru menjadi kenyataan, walaupun harus merantau dan jauh dari keluarga.
Saat sampai di desa Mekartani, beliau sangat terkejut. Timbul pertanyaan dalam diri beliau, “Kenapa saya ditempatkan di daerah seperti ini. Sekolah berada tempat terpencil, jauh dari kota, berada di tengah hutan dan kalau kemana-mana menggunakan perahu”. Beliau sempat menangis. Karena hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab yang sudah diamanahkan, maka beliau bertahan dan menyesuaikan diri.
Sekolah tempat beliau mengajar saat itu masih gersang, tidak ada bunga-bunga yang ada pohon-pohon perdu dan alang-alang. Materi pembelajaran yang beliau berikan menyesuaikan buku pelajaran yang ada saat itu. Metode pengajaran lebih dominan ceramah.
Setelah mengenal WWF-Indonesia melalui training dan workshop, beliau baru mencoba metode-metode yang di dapat dari pelatihan. Alam, lingkungan dan masyarakat menjadi sumber pembelajaran. Sistem mengajar tidak lagi seperti dulu, yang hanya teks book. Sekarang beliau lebih sering memberikan metode pembelajaran dengan wawancara masyarakat, diskusi, kunjungan ke narasumber seperti petani, pengrajin, warung dan kebun masyarakat , yang ada di Desa Mekartani.
Selain menambah metode pengajaran, bersama para guru, beliau mengajak komite dan masyarakat untuk bersama –sama membenahi sekolah. Pembenahan dimulai dari managemen sekolah, pengajaran dan pembelajaran, pelibatan murid, pelibatan masyarakat, memperbaiki sarana dan prasarana sekolah hingga memonitoring kegiatan yang dilakukan bersama komite dan masyarakat.
Pembenahan ini disambut postif oleh komite dan masyarakat. Secara bergilir setiap hari Jumat, orang tua datang untuk pengelolaan kebun sekolah. Bentuk kerjasama yang lain adalah memanfaatkan alang-alang dan rumput liar yang tumbuh subur untuk menjadi pakan ternak, dalam bentuk pakan fermentasi serta beternak kambing. Harapannya kegiatan ini bisa menjadi media pembelajaran bagi siswa sekolah dan masyarakat.
Semua pengalaman dan pembelajaran yang beliau dapatkan tidak lepas dari peran mantan kepala sekolahnya sebelumnya, Pak Mulyono. Pada tahun 2011, sekolah ini mendapat penghargaan Adiwiyata Tingkat Nasional. Ada kebanggaan mendapat nominasi ini, beberapa sekolah di luar kecamatan ini mengenal sekolah SDN Mekartani. saat ini Ibu Marsini, merasa bertanggung jawab untuk menjaga bahkan mengembangkan prestasi dan kerjasama yang telah ada.
Tawaran untuk berbagi pengalaman pun berdatangan. Mulai dari berbagi pengalaman mengembangkan sekolah di kecamatan di forum KKG dan KKS, di tingkat nasional seperti konferensi guru nasional di Jakarta dan ditingkat internasional seperti Environmental Teacher’s International Convention 2012.
Berbagi pengalaman juga dilakukan di sekolah beliau sendiri. Seringnya pergantian guru yang ada di sekolah ini, membuat beliau merasa membimbing tidak ada habis-habisnya. Pesan beliau di hari guru ini, jangan cepat puas dengan apa yang ada. Kalau bisa terus mengembangkan diri dan perbaiki sistem pengajaran yang telah ada untuk peserta didik.