MENGENAL DUNIA MELALUI BUKU BERKAT PIYAU BARU
Oleh: Natalia Trita Agnika
Suatu sore di awal Agustus, sayup-sayup terdengar suara nyanyian ceria anak-anak dari arah Sungai Subayang. Tak lama kemudian, nampak sebuah piyau (sebutan untuk perahu kayu kecil -Red) yang merapat ke dermaga di Stasiun Lapangan Subayang WWF-Indonesia di kawasan Rimbang Baling, Riau. Dari atas piyau itu, terlihat wajah-wajah riang anak-anak usia sekolah dasar. Dengan sigap mereka melepas jaket pelampung dan turun dari piyau untuk bergegas naik ke arah Laboratorium Air Tawar Subayang didampingi oleh dua fasilitator dari WWF-Indonesia Program Riau.
Kesepuluh anak dari Desa Tanjung Belit itu memasuki perpustakaan yang terletak di lantai dua Laboratorium Air Tawar Subayang. Interior perpustakaan didominasi warna kuning ceria dan hijau asri. Lantainya seperti hamparan rumput hijau yang membuat anak-anak betah membaca. Di rak buku, berjajar rapi koleksi buku-buku donasi dari HSBC, CEO Mizan, dan Weber Shandwick. Ada buku pengetahuan, novel, komik, kamus, buku cerita, hingga Living Planet Magazine WWF-Indonesia. Masing-masing anak mengambil buku sesuai dengan minatnya. “Wah, aku mau ke Menara Eiffel di Paris,” seru Helmi yang baru saja membaca buku Around the World Seri Eropa.
Kehadiran beberapa siswa SD 002 Tanjung Belit di perpustakaan Laboratorium Air Tawar Subayang itu dapat terlaksana berkat adanya piyau baru yang menjemput dan memulangkan mereka ke desa asalnya. Piyau tersebut merupakan hasil donasi publik yang sudah terkumpul melalui kitabisa.com/doubletigers pada Global Tiger Day 2016 silam.
Ketika tidak sedang dipakai untuk operasional kegiatan WWF-Indonesia di daerah Subayang, piyau itu disulap menjadi floating library yang menyusuri sungai dan membawa koleksi buku ke desa-desa di sepanjang Sungai Subayang. Dengan berbekal kontainer berisi buku, fasilitator dari WWF akan mengunjungi desa dan singgah. Seperti di suatu sore yang cerah di awal Agustus ini ketika floating library singgah ke Desa Tanjung Belit. Sesaat setelah kontainer diturunkan dari piyau, anak-anak langsung menyerbu memilih buku. Rafselia Novalina, Rimbang Baling Tiger-Habitat Conservation Program Support Officer WWF-Indonesia menutup kunjungan dengan membacakan sebuah buku cerita dalam Bahasa Inggris. Farhan, Reva, Roza, dan Patirul mendengarkannya dengan seksama. Sesekali mereka ditanya tentang arti kosakata dalam Bahasa Indonesia.
“Dalam pelaksanaannya, floating library ini akan berkolaborasi dengan konsorsium IMBAU yang terdiri dari WWF-Indonesia (khususnya untuk proteksi habitat Harimau Sumatera, YAPEKA (Perkumpulan Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam) yang khusus menangani alternatif energi terbarukan di desa-desa di Subayang ini, dan INDECON (Indonesia Ecotourism Network) yang khusus menangani ecotourism di daerah ini. Dalam sebulan, akan ada dua atau tiga kali kegiatan di desa. Dan selama tiga hari di masing-masing desa itu akan ada kegiatan yang dilaksanakan IMBAU,” jelas Rafselia.
Melalui kegiatan yang akan menyasar desa-desa di sepanjang Sungai Subayang tersebut, diharapkan anak-anak dan masyarakat dapat lebih terbuka wawasannya dengan membaca buku. Selain itu, dengan adanya berbagai kegiatan yang dilaksanakan di desa-desa, diharapkan mereka dapat semakin mencintai dan menjaga alam Rimbang Baling.
Terima kasih atas piyau ini. Semoga berkontribusi positif untuk Bumi yang lestari!