PENDIDIKAN, TAK SEKADAR MENDIDIK MENJADI PINTAR DI SEKOLAH
Oleh: Natalia Trita Agnika
Masih teringat dalam memori saya ketika mengikuti Ekspedisi Saireri K.M. Gurano Bintang pada Juni 2016 silam. Kapal monitoring dan pendidikan milik WWF-Indonesia ini mengunjungi Kampung Sawendui yang terletak di Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, untuk melakukan pengambilan data dan memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada anak usia sekolah di sana.
Saya sempat tersentak ketika menjumpai anak usia kelas 3 SD yang belum mengenal warna. Di sana, banyak diantara anak usia sekolah dasar yang belum bisa membaca. Ternyata kampung tersebut memang tak memiliki sekolah. Untuk mendapatkan pendidikan secara formal di sekolah, anak-anak tersebut harus naik perahu ke sekolah yang berlokasi di daerah lain. Terkadang, setibanya di sekolah, tidak ada tenaga guru yang mengajar atau jumlah guru yang mengajar sangat terbatas, tak sesuai dengan jumlah kelas. Ada pula beberapa anak yang dititipkan selama satu minggu di daerah lain untuk bersekolah dan pulang ke Kampung Sawendui pada akhir pekan. Kondisi yang memprihatinkan tersebut menjadi gambaran tentang kurang meratanya pendidikan di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil serta jauh dari jangkauan.
Melihat kurangnya pendidikan bagi anak-anak di daerah terpencil di wilayah Papua, khususnya di daerah pesisir di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), WWF-Indonesia melalui K.M. Gurano Bintang berusaha memberikan pendidikan bagi anak-anak di kampung-kampung yang menjadi daerah tujuan penelitian. K.M. Gurano Bintang sebenarnya merupakan kapal konservasi yang melakukan pengawasan terhadap kawasan laut dan populasi Whale Shark/ Hiu Paus. Namun tak jarang para peneliti yang bertugas di atas kapal motor ini juga pernah ikut mengajar anak-anak seputar lingkungan hidup, terutama lingkungan laut dan cara-cara konservasinya.
Sebagai lembaga konservasi, WWF-Indonesia meyakini bahwa pendidikan memiliki hubungan erat dengan upaya konservasi. Pendidikan tak melulu terkait dengan hal-hal akademis. Dalam program Sustanaible Development Goals (SDGs) dari UNESCO, anak-anak diharapkan dididik bukan hanya sekadar pintar saja tapi juga pendidikan untuk dunia. Pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang holistik, cinta lingkungan, masalah kesehatan, dan sebagainya. Pendidikan merupakan ibu dari solusi berbagai masalah.
Melalui misi penelitian dan pendidikan, K.M. Gurano Bintang hadir untuk membangun kepedulian masyarakat pada kelestarian kekayaan hayati yang mereka miliki serta membentuk generasi baru yang memiliki wawasan alam. Tim Outreach K.M. Gurano Bintang pun melakukan kunjungan ke desa-desa untuk menjangkau anak-anak yang tinggal di desa-desa terpelosok di wilayah Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Nabire, dan Kabupaten Waropen dan Yapen supaya mereka nantinya tergerak secara sukarela menjaga potensi sumber daya alam yang mereka miliki. Dalam SDGs, terdapat juga tujuan yang terkait dengan perubahan iklim, kehidupan bawah laut, dan kehidupan di darat. Aplikasinya adalah dengan bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan yang berkelanjutan, serta melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, dan mengelola hutan secara berkelanjutan.
Hadirnya pendidikan tentang lingkungan hidup bagi anak-anak yang tinggal di kawasan TNTC diharapkan dapat memengaruhi model pendidikan di kampung-kampung yang akan berkontribusi bagi kelestarian alam dan meningkatkan kesejahteraan. Pendidikan lingkungan yang disampaikan kepada anak-anak tak sekadar membuat mereka menjadi pintar secara akademik, tetapi membangun karakter yang peduli terhadap kelestarian alam dan memanfaatkannya secara bertanggung jawab. Anda juga dapat mendukung kegiatan K.M. Gurano Bintang tersebut dengan memberikan donasi melalui wwf.id/donate.
Selamat Hari Pendidikan Nasional!