KUALITAS AIR SUNGAI MENDALAM DI KAPUAS HULU MULAI MEMBAIK
Hasil Analisa Kegiatan Monitoring Hidrologi Program EPWS di Sub DAS Mendalam Kapuas Hulu
PONTIANAK (18/10) – Ekosistem hutan menyediakan berbagai macam jasa lingkungan yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat luas. Jasa tersebut meliputi jasa air, karbon, keanekaragaman hayati dan keindahan lansekap. Laporan Millenium Ecosystem Assessment (2005) menyatakan 60% dari jasa lingkungan di dunia telah mengalami degradasi lebih cepat dari kemampuan memperbaikinya. Khusus untuk jasa air di Indonesia, sebanyak 62 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia seluas 18,5 juta hektar dilaporkan dalam kondisi kritis. Kondisi itu memicu penurunan cadangan sumber air, fluktuasi debit air, serta meningkatnya laju sedimentasi dan erosi. Dampak kondisi ini akan meningkatkan biaya pengolahan air baku dan memperburuk kualitas pelayanan air bersih serta merugikan pengguna transportasi sungai.
“Untuk mengatasi permasalahan kualitas sungai di Propinsi Kalimantan Barat, WWF-Indonesia, CARE dan IIED, yang didukung oleh DGIS melalui WWF Belanda melaksanakan Program EPWS (Equitable Payment for Watershed Services) atau Kesetaraan Imbal Jasa DAS di Sungai Mendalam, Kabupaten Kapuas Hulu yang dimulai sejak tahun 2006,” kata M. Hermayani Putera, Manajer Program Kalimantan Barat, WWF-Indonesia.
Disampaikan oleh Emanuel Haraan Ryanto, Direktur PDAM Tirta Dharma Kabupaten Kapuas Hulu bahwa dari studi kualitas sungai sejak 2007-2009 di Sungai Mendalam diketahui tidak kurang 4-15 ton/tahun sedimentasi berasal dari sungai tersebut. Paling sedikit 37 lokasi longsor yang panjangnya lebih dari 100 meter terjadi di tepian Sungai Mendalam, serta lebih dari 76 lokasi longsor lainnya yang kurang dari 100 meter. Tutupan hutan di sub-DAS Mendalam hanya sekitar 40%.
“Sungai ini merupakan salah satu sumber air baku bagi PDAM Tirta Dharma di Kota Putussibau. Kekeruhan air di sungai ini juga mencapai 16 Nephelometric Turbidity Unit (NTU), jauh di atas standar baku air minum menurut Kementerian Kesehatan RI, yaitu 5 NTU. Jika kecenderungan ini bisa dipertahankan, tentu akan berdampak pada peningkatan kualitas pengolahan air baku bagi PDAM, sehingga ke depan hasil olahan air distribusi PDAM akan lebih layak dikonsumsi dan sesuai standar minimum peraturan Menteri Kesehatan. Kami mengucapkan terima kasih atas upaya yang dilakukan oleh WWF untuk memperbaiki lingkungan hidup secara khusus di sub-DAS Mendalam sehingga dampaknya sangat berguna bagi masyarakat yang menggunakan air PDAM,” tambah Emanuel.
Selama program EPWS berlangsung, telah dilakukan restorasi di areal longsor sepanjang tepian Sungai Mendalam dengan kegiatan pemetaan areal kritis, penanaman 140.000 bibit pohon dengan jenis budidaya seperti coklat, karet lokal dan karet unggul, juga jenis-jenis tanaman lokal bermanfaat seperti belian, tengkawang dan gaharu. Total luasan areal restorasi di 5 desa mencakup lebih kurang 212 hektar. Di samping itu, program ini juga ikut meningkatkan kapasitas masyarakat melalui studi banding tentang pengelolaan karet ke PTPN XIII di Sintang, pelatihan pembibitan sampai dengan penanaman, pelatihan pengukuran debit air sungai, teknik pengambilan sampel air, dan pengukuran volume longsor. Program ini juga telah memasang 3 unit alat ukur curah hujan (automatic rain gauge) dan 2 unit alat ukur tinggi-rendah permukaan air sungai (automatic water level recorder). Semua kegiatan monitoring dan kajian konsentrasi sedimen ini melibatkan masyarakat di 5 desa di tepian Sungai Mendalam.
Zainal A.M, Kepala Desa Nanga Sambus menyampaikan bahwa masyarakat di sub-DAS Mendalam berharap program Imbal Balik Jasa Lingkungan antara hulu dan hilir ini bisa terealisasi, sehingga dapat menambah semangat masyarakat yang berada di hulu untuk terus menjaga kualitas air sungai, khususnya Sungai Mendalam, serta dapat meningkatkan sumber pendapatan masyarakat sekitar sungai. “Kita sama-sama menjaga. Kalau masyarakat yang tinggal di hulu sungai menjaga lingkungan dengan baik, artinya dampaknya bagi masyarakat yang tinggal di hilir sungai akan baik juga. Masyarakat hilir akan merasakan perbaikan yang dilakukan di wilayah hulu,” ujarnya.
“Kami menyambut baik kerjasama para pihak ini dalam mengintegrasikan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial secara komprehensif dalam pembangunan di sub-DAS Mendalam. Semoga ini bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya,” kata Drs. Suparman, Kepala Bappeda Kabupaten Kapuas Hulu.
Hasil studi analisis kualitas air di Sungai Mendalam selama 4 tahun terakhir (2009 – 2012) oleh WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat bekerjasama dengan ICRAF, LIPI serta PDAM Tirta Dharma, menunjukkan penurunan signifikan pada tingkat kekeruhan air dan konsentrasi sedimen di Sungai Mendalam. “Studi ini menunjukkan penurunan konsentrasi rata-rata kekeruhan, dari 13,2NTU pada Juli 2009 menjadi 8,4NTU (36,4%) dalam pengukuran Juni-Juli 2012. Konsentrasi sedimen juga cenderung menurun sekitar 41,6%, dari 26,4mg/liter (2009) menjadi 15,4mg/liter pada 2012,” jelas Iwan Ridwansyah, MSc, peneliti Limnologi dari LIPI.
“Dengan adanya penurunan pada tingkat kekeruhan air dan konsentrasi sedimen, hal ini menjadi indikasi awal bahwa terdapat dampak yang positif dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada Program EPWS di Sungai Mendalam. Untuk meningkatkan dampak yang lebih luas, kami merekomendasikan kegiatan seperti ini perlu dilakukan di 2 sungai lainnya, yaitu Sungai Sibau dan Sungai Kapuas,” tegas Hermayani.
Untuk informasi lebih lanjut, kontak narasumber:
WWF Indonesia
Albertus Tjiu
HP: 08125624019
Email: albertus@wwf.or.id
Puslit Limnologi-LIPI
Iwan Ridwansyah, MSc.
HP: 0816635801
Email: iwanridwansyah@gmail.com
PDAM Tirta Dharma Kapuas Hulu
Slamet Sugianto, Amd
HP. 081257846888
Email: tirtauncakkapuas@yahoo.com
Catatan untuk editor:
Tentang EPWS Project
Pada tahun 2006, sebuah kemitraan antar tiga lembaga internasional terbentuk untuk mengeksplorasi aspek bisnis PWS (Payment for Watershed Services). Proyek ini dinamakan “Kesetaraan Imbal Jasa Daerah Aliran Sungai (DAS)”. Kegiatan dilaksanakan melalui 2 tahapan.
Fase I: Membangun Kasus Bisnis (2006 – 2009)
Tujuan Fase I adalah menyiapkan dan membangun kasus bisnis nyata untuk pembeli dan penjual dari PWS yang sesuai pada lokasi-lokasi target proyek. Pendekatan ini penting untuk meyakinkan pembeli dan penjual potensial bahwa mekanisme PWS yang akan diimplementasikan berdasarkan kondisi ekologis dan ekonomis. Pada akhir Fase I, bisnis antara pembeli dan penjual di setiap lokasi dianggap sukses bila telah melakukan penandatanganan kesepakatan kerjasama. Kegiatan di Fase I meliputi studi baseline: hidrologi, kelembagaan, mata pencaharian (livelihood), dan kasus bisnis (cost-benefit).
Fase II: Mengimplementasikan Kesetaraan Imbal Jasa DAS (2010 – sekarang)
Tahap implementasi akan berhubungan dengan mitra-mitra di tingkat lokal, nasional dan internasional, sektor swasta, dan instansi-instansi pemerintahan yang relevan. Hasil yang diharapkan pada Fase II adalah kesuksesan pelaksanaan/implementasi mekanisme PWS di lokasi-lokasi target proyek. Selain itu diharapkan dapat menunjukkan adanya pengelolaan atau manajemen sumberdaya alam yang berkesinambungan dan berdampak pada perbaikan penghidupan atau mata pencaharian (livelihood) bagi masyarakat. Kegiatan di Fase II meliputi restorasi, pengayaan tembawang, dan hidrologi.
Tentang WWF-Indonesia
WWF adalah organisasi konservasi global yang mandiri dan didirikan pada tahun 1961 di Swiss dan pada tahun 1998 menjadi bagian dari jaringan global WWF. Di Indonesia bergiat di lebih dari 25 wilayah kerja lapangan dan 17 provinsi. Misi WWF-Indonesia adalah menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak ekologis aktivitas manusia melalui: Mempromosikan etika konservasi yang kuat, kesadartahuan dan upaya-upaya konservasi di kalangan masyarakat Indonesia; Memfasilitasi upaya multi-pihak untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan proses-proses ekologis pada skala ekoregion; Melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakkan hukum yang mendukung konservasi, dan; Menggalakkan konservasi untuk kesejahteraan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Selebihnya tentang WWF-Indonesia, silakan kunjungi website utama organisasi ini di http://www.panda.org/; situs lokal di http://www.wwf.or.id/ dan situs keanggotaan WWF-Indonesia di http://www.supporterwwf.org/