KLUB OASE MELIHAT AKTIVITAS MASYARAKAT SEKITAR SUNGAI SUBAYANG MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI
Selamat datang di Desa Tanjung Belit. Sebuah desa yang berada di bentang alam Bukit Rimbang, Bukit Baling. Dari Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, dibutuhkan 7-8 jam perjalanan menggunakan mobil. Kita akan berpetualang menuju stasiun lapangan air di Rimbang Baling, Stasiun Air Subayang.
Rabu pagi, Klub Oase yang merupakan sebuah komunitas anak-anak homeschooling mengikuti kegiatan Panda Mobile Virtual Class. Tiga puluh anak-anak berusia 7-11 tahun fokus menatap layar laptop di rumahnya masing-masing. Namun, semuanya saling terhubung dalam aplikasi Zoom. Mereka sibuk mendengarkan clue dari beberapa ciri khas satwa payung yang disampaikan oleh Kak Hanna Astaranti dari tim Panda Mobile WWF-Indonesia (01/07).
Materi yang disampaikan oleh tim Panda Mobile tak hanya pengenalan satwa payung saja, peserta diajak untuk mengenal keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia lebih jauh. Kak Sani Firmansyah membawa adik-adik dari Klub OASE untuk mengunjungi salah satu lokasi kerja WWF-Indonesia, Stasiun Air Subayang di Provinsi Riau. Lokasi yang pertama dikunjungi sebelum sampai ke stasiun air adalah Desa Tanjung Belit. Sebuah desa yang berbatasan langsung dengan Bukit Rimbang, Bukit Baling. Lokasinya ada di tepian Sungai Subayang. Bagi masyarakat, sungai menjadi sarana transportasi untuk ke desa yang berada di sekitar Bukit Rimbang Baling.
Petualangan ke lokasi tujuan ditempuh dengan menggunakan piyau (perahu). Piyau ini dapat disewa dari masyarakat setempat untuk menyusuri Sungai Subayang ke desa-desa yang ada di pedalaman. Berbagai aktivitas masyarakat dapat dilihat bersama, ada yang mengambil ikan, mengangkut hasil panen durian menggunakan piyau, dan masyarakat lainnya yang menggunakan piyau untuk sampai ke desa sebelah. Setelah melakukan perjalanan virtual menggunakan piyau, sampailah para peserta Panda Mobile Virtual Class di stasiun lapangan air. Di sana, peserta dari Klub OASE bertemu dengan Pak Ucok dan Pak Kus. Mereka bertugas sebagai tim survei dan monitoring Harimau Sumatera yang akan menemani berpetualang.
Stasiun Air Subayang yang di kunjungi merupakan tempat penelitian keanekaragaman hayati, pusat pendidikan dan pelatihan konservasi dan sumber daya alam. Tak hanya itu, stasiun air tersebut digunakan sebagai pusat pengembangan ekowisata yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, sebagai pusat informasi untuk penunjang perlidungan Bukit Rimbang Baling. Para peneliti di sana kebanyakan anak muda yang tinggal di desa sekitar Sungai Subayang. Jiwa muda para peneliti ini diiringi semangat membara untuk menjaga keanekaragaman hayati di Rimbang Baling. Sebelum masuk hutan, para peneliti diberikan pelatihan di pusat pendidikan Stasiun Lapangan Subayang.
Usai berkeliling di stasiun air, dengan menyusuri hutan secara virtual peserta Panda Mobile dapat melihat rekaman dan foto Harimau Sumatera yang tertangkap kamera jebak atau camera trap. Perjalanan pun dilanjutkan ke air terjun Batu Dinding. Air terjun tersebut merupakah salah satu sumber mata air yang digunakan hewan-hewan di hutan dan dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar Desa Subayang. Dalam kelas virtual bersama Panda Mobile, banyak tempat yang dapat dieksplor bersama. Hal ini pun mendapatkan respon positif dari salah satu orang tua yang tergabung dalam Klub homeschooling OASE.
“Bentuk kegiatannya sudah bagus, interaktif dan ada virtual tour. Jadi anak-anak bisa membayangkan berada di habitat asli satwa-satwa tanpa menganggu mereka,” ujar Seni, orang tua dari Ferdinand Lintang.