KELAS BAWAH AIR
Oleh: Bima Prasena (Escapade)
Hari itu, kami menyelam di tiga titik sekitar perairan Pulau Solor. Pada dive kedua, saya memutuskan untuk mendampingi Pak Rusydi (Universitas Muhammadiyah Kupang), peneliti benthik (mahluk hidup yang berada di atas substrat) karena peneliti ini selalu berada paling belakang, mengamati terumbu karang dengan ritme yang paling santai.
Saya membawa lensa makro yang membuat gerakan lambat karena harus memperhatikan setiap inci untuk keberadaan mahluk-mahluk mini. Saya dan Irwan (WWF-Indonesia) bertugas untuk mengambil gambar, jadi kami bergerak lebih bebas dari anggota tim yang lain. Kami melihat cukup banyak ikan eksotis seperti hiu black tip (Carcharhinus limbatus) dan juga pari blue spotted (Taeniura lymma). Hanya sebatas memandangi, kecepatan mereka bergerak dan bidikan kamera tidak bisa mengambilnya, gigit jari saja jadinya.
Udang mantis, anemone fish, dan berbagai ikan karang lainnya menjadi obat gigit jari. Saat sedang menunggu moray eel keluar sarangnya untuk memotret bagian mukanya, Pak Rusdy memanggilku. Berkomunikasi melalui tulisan di atas sabak, ia mengajakku untuk memotret sebuah karang di transek dua yang saat itu diragukan genusnya. Kami pun menyusuri kembali transek sambil menggulungnya.
Di tengah transek dua, Pak Rusdy berhenti dan memberikan tanda bahwa kami sudah sampai di karang yang ia maksud. Karang itu berbentuk seperti bola, berwarna putih gading, dan kasar. Dia menunjukkan buku reef identification anti air, ia membolak balik halaman bergambar itu sambil merinci satu persatu jenis karang di buku itu dan memberikan tanda bahwa belum ada yang cocok seperti karang di bawah kami ini.
Saya mengangguk sambil memperhatikan buku itu, dan saat itulah ia berhenti di satu gambar yang ia curigai. Jarinya menunjuk tulisan angka ukuran meandering dari karang untuk mengidentifikasi , kemudian ia membuka halaman paling belakang yang ternyata memiliki mistar ukur. Ditempelkanlah mistar itu untuk mengukur karang yang seperti bola bowling itu, aku memberikan tanda ‘OK’ untuk menunjukkan bahwa karang ini adalah sama dengan karang yang ada di buku itu.
Buku itu kembali dibolak balik untuk meyakinkan kembali bahwa tidak ada lagi karang lain di gambar yang mirip dengan karang bola bowling ini, akhirnya kami berkesimpulan bahwa karang ini adalah bergenus Hydnopora.
Setelah sehari sebelumnya aku dan Pak Rusdy ngobrol soal benthik, di hari berikutnya tanpa dinyana ternyata dia memberikanku kelas di lapangan secara langsung. Ternyata tidak mudah menjadi peneliti benthik. Tak sekedar pusing soal banyaknya jenis dan bentuk pertumbuhan karang, kita juga harus mengetahui nama Latinnya, mencatatnya, dan harus selalu siap dengan kondisi arus bagaimanapun juga.
Betugas menjadi peneliti benthik itu selalu kesepian, selalu melihat ke bawah sambil mencatat. Tetapi, mereka punya peran besar untuk melihat bagaimana kesehatan ekosistem terumbu di titik itu, keren.