#XPDCMBD: ‘SCHOOLING PARADISE’
Penulis: Amkieltiela (WWF-Indonesia)
Hari ini (4/11) saya dan Tim Laut melakukan penyelaman di perairan Pulau Kisar. Ini merupakan penyelaman kedua kami di Ekspedisi Maluku Barat Daya. Sejak kemarin, keindahan bawah laut di Maluku Barat Daya memukau saya. Laut biru dan jernih, jarak pandang bawah laut (visibility) dapat mencapai 20 meter, serta dihiasi hamparan beragam terumbu karang yang sehat dan berbagai macam jenis ikan karang. Tapi menurut saya, ‘juara’ bawah laut hingga saat ini adalah titik penyelaman ketiga di hari ini.
Pada awalnya semua berjalan seperti biasa. Ubun (WCS) dan Indra (IPB) melakukan pengamatan ikan kecil hingga ikan besar. Saya sendiri, sebagai roll master, berada di belakang mereka dan membentangkan roll meter (transek) pada kedalaman sepuluh meter agar pengambilan data karang yang dilakukan oleh Begin (WCS) berjalan lancar. Namun tidak lama kemudian, saat tim mulai memasuki transek kedua, kami semua serentak terdiam melihat segerombolan – atau dikenal dengan istilah ‘schooling’ – ikan ekor kuning (Caesio lunaris, Caesio pterocaesiotile, Caesio cunning, dan Caesio teres) berjumlah sekitar lebih dari 600 ekor. Kelompok ikan yang memiliki ciri khas warna tubuh biru dan ekor berwarna kuning dengan tanda bulat hitam di bagian atas dan bawah ekor ini berenang ke arah kami seakan ingin menyerbu! Kami pun menghentikan sebentar proses pengamatan untuk menikmati pemandangan luar biasa ini. Namun ketika kami melanjutkan pengamatan hingga transek terakhir, ternyata segerombolan ikan ekor kuning ini masih kami temukan. Gerombolan ikan ini memang terdiri dari ikan-ikan berkelompok dan umumnya berasal dari jenis yang bercampur aduk namun tetap satu genus yang sama.
Ikan ekor kuning merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Walaupun jumlah populasinya masih terhitung banyak, namun cara penangkapan yang dilakukan oleh sebagian besar nelayan di Indonesia untuk jenis ikan ini masih menjadi sorotan beberapa pihak, terutama di perairan Pulau Jawa. Banyak dari nelayan tersebut menangkap dengan menggunakan muroami, sejenis alat tangkap jaring yang diseret di area terumbu karang untuk meraup ikan ekor kuning sebanyak-banyaknya.
Temuan luar biasa mengenai ikan ekor kuning ini tidak hilang begitu saja saat kami naik ke permukaan dan kembali ke Seven Seas. Kami pun menjuluki lokasi itu sebagai ‘Schooling Paradise’, sebagai pengingat jika suatu hari nanti kami kembali ke lokasi penyelaman yang sangat indah ini.