DEBURAN OMBAK KUSNANTO
Oleh: Nisa Syahidah (WWF-Indonesia)
Menghabiskan dua minggu di atas kapal, bagi Kusnanto (WWF-Indonesia) sama sekali tidak membosankan. Mengambil data benthik dan menggelar meteran roll untuk transek pengamatan dalam tiga hingga empat kali dive di bawah laut setiap hari, baginya tidak melelahkan karena satu hal. Ritual yang dia lakukan setiap ada sinyal, menelepon pacar.
“Suara kamu, kayak deburan ombak,” ucap dia dengan tangan memegang earphone, duduk di dekat Ruang Kemudi sambil memandang jauh ke lautan. Tapi selasar kapal bukan satu-satunya tempat bagi dia melepas rindu dengan perempuan di ujung telepon. Biodiversity Monitoring Assistant WWF-Indonesia yang berbasis di Labuan Bajo ini mengubah setiap sudut Menami jadi tempat milik berdua, tidak peduli berapa pasang telinga di sekitarnya.
“Datanglah bila engkau menangis, ceritakan semua yang engkau mau, percaya padaku aku lelakimu,” suatu malam dia bermanuver menyanyikan Aku Lelakimu. “Mereka nyanyi berdua itu, versi duet,” cerita Kasman (Reef Check Indonesia) berapi-api dengan logat Makassar khas dia.
Kasman jadi salah satu yang paling sering jadi obat nyamuknya Kusnanto. Termasuk dalam satu kasur di depan televisi ruang briefing, ketika dia dan Prakas (Reef Check Indonesia) berusaha tidur, tapi buyar karena suara medok Kusnanto yang ikut membenamkan badannya di sebelah mereka, sambil bersuara lirih, “Yang, mau denger nggak ceritaku hari ini?”
Bagi kami, Kusnanto adalah sumber tawa setiap hari, selain sebagai pemimpin senam jam enam pagi. Lebih cocok dibilang lulusan Sastra Kelautan, dibanding Manajemen Sumber Daya Perairan. Selalu ada gombalan baru yang bikin tertawa sampai sakit perut, sampai lupa kalau kita semua sedang jauh dari rumah – bahkan daratan.
Mungkin Kusnanto jadi orang yang paling meresapi romantisme Menami. Kapal ini dan laut luas yang diarungi, dan kawanan lumba-lumba yang menari, hujan pagi-pagi, terumbu warna-warni, gemintang di atas kami, pari manta yang melompat tinggi, black tip dan white tip shark yang mereka temui – Kusnanto yang mengingatkan kami bahwa itu semua nggak indah kalau nggak dibagi. Dan Kusnanto yang selalu senyum ini memutuskan membagi kebahagiaannya dengan kami juga.
“Bukan cuma bintang-bintang di atas kapal yang nemeni malam Minggu aku, tapi juga kamu,” kata Kusnanto pada malam lainnya. “Dan bukan cuma senam pagi yang bikin aku seger setiap hari, tapi kamu,” lanjut dia, yang langsung membuat saya dan Irwan (WWF-Indonesia) pegal seketika. Karena kami sedang duduk bertiga, tapi bagi Kusnanto hanya ada dia – dan deburan ombak di telinganya.