KAKABAN KIAN REDUP
Pulau Kakaban, adalah salah satu dari gugusan Kepulauan Derawan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang dinominasikan sebagai sebuah kawasan yang di tetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Berau Nomor : 70 Tahun 2004 sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah. Pulau Kakaban ini merupakan salah satu warisan dunia (World Heritage). Bagi anda penyuka wisata bahari, kawasan yang mempunyai luas 774.2 hektar ini memiliki populasi dan keragaman ubur-ubur yang paling banyak di dunia, yaitu empat spesies unik ubur-ubur yang tidak menyengat. Ya, itu lah uniknya danau di Pulau Kakaban, penuh dengan ubur-ubur yang tidak menyengat. Satu lagi lokasi di dunia yang memiliki kemiripan serupa, berada di Palau, sebuah negara yang secara geografis menjadi bagian dari Kepulauan Micronesia di tepi barat daya Samudera Pasifik.
Dermaga kecil untuk merapat ke Pulau Kakaban. © WWF-Indonesia / Rusli ANDAR
Di kaki tebing Pulau Kakaban ketika anda mendarat di dermaga kecil terdapat tangga kayu yang menanjak kemudian menurun berjarak 300 meter, menuntun anda ke tepi danau di balik bukit. Tangga ini terbuat dari kayu ulin dan di kiri kanan tangga tampak rerimbunan pohon bakau (Rhizophora sp) diselingi pohon tropis lain yang menjulang tinggi membentuk hutan mangrove, seperti tanjang (Bruguiera sp), apiapi (Avicennia sp), dan pidada (Sonneratia sp).
Sebagai pulau atol yang memiliki laguna berair payau di dalamnya, Kakaban cukup unik, sebab, selain menjadi salah satu dari dua lokasi di dunia yang memiliki keunikan berupa danau dengan ubur-ubur yang tidak menyengat, Pulau Kakaban ternyata berbentuk menyerupai angka “9"", pada bagian yang melingkar di sebelah utaranya merupakan atol atau batu karang berbentuk cincin. Di dalamnya terbentuk laguna yang dinamai penduduk setempat Danau Kakaban.
Danau Kakaban berisi air payau yang dihuni beragam biota laut yang mengalami evolusi selama terkurung di dalamnya, hingga memiliki sifat dan tampilan fisik yang berbeda dengan spesies sejenisnya yang berada di laut. Salah satu diantaranya adalah ubur-ubur berbadan bening layaknya piring kaca (Aurelia aurita) dan beberapa jenis lainnya yang tampak jauh lebih mungil seukuran ujung jari telunjuk (Tripedalia cystophora). Sedangkan yang sekepalan tangan, ibarat bola lampu pijar berwarna biru kecoklatan (Mastigias papua) jumlahnya lebih dominan di antara lainnya. Bersama ketiga jenis ubur itu, terdapat juga spesies ubur-ubur Cassiopeia ornata yang menjadi trade mark Pulau Kakaban. Yang membedakan spesies endemik ini dengan ubur-ubur di laut lepas adalah hilangnya kemampuan menyengat. Sedangkan kebiasaan unik Cassiopeia adalah berenang secara terbalik. Dengan menghadapkan “kaki” atau tentakel ke atas.
Jenis Mastigias papua. © WWF-Indonesia / Rusli ANDAR
Ada delapan jenis ikan di Danau Kakaban, empat di antaranya adalah serinding (Apogon lateralis), puntang (Exyrias puntang), teri karang (Antherinomorus endrachtensis) dan ikan julung-julung (Zenarchopterus dispar). Pada akar Rhizopora yang terbenam di tepian Danau Kakaban banyak ditemukan alga Halimeda dan Caulepa, yang mirip anggur kecil berwarna hijau. Kakaban bisa dikatakan sebagai benteng terakhir tempat biota laut di kawasan terlindung dari serbuan manusia yang populasinya sudah kian meningkat.
Sisi luar Pulau Kakaban merupakan tebing yang tinggi dan curam yang langsung masuk ke laut, dengan terumbu karang-nya yang sangat indah, bergua-gua dan lorong-lorong, menjadi surga bagi penyelam. Siapapun yang menjelajahi Danau Kakaban dengan perlengkapan selam/snorkel, atau menonton dokumentasi video bawah air akan memahami mengapa Kakaban patut menjadi sumber kebanggaan nasional dan bahkan internasional. Dunia penyelaman telah mengenal beberapa titik penyelaman disekitar Pulau Kakaban yaitu : Barracuda Point, The Drift, Cabbage Patch, The Wall, Blue Light Cave, The Plateau, Rainbow Run, Diver’s Delight dan The North Face. Variasi dari berbagai tipe lokasi penyelaman ini sangat menarik bagi para penyelam pemula sampai yang berpengalaman.
Tangga kayu yang perlu perawatan intensif. Tangga ini adalah akses masuk ke eksotisme Danau Kakaban. © WWF-Indonesia / Rusli ANDAR
Medan yang sulit, berbahaya dan tidak adanya tempat berlabuh di Pulau Kakaban menjadikan lokasi selam ini penuh tantangan. Catatan para penyelam juga memberikan gambaran, hewan-hewan yang ada di danau ini mempunyai cahaya lebih berwarna warni.
Namun sayangnya secara nasional dan internasional Pulau Kakaban ini sudah di kenal oleh dunia kerena banyaknya kunjungan wisata yang datang hanya untuk melihat keindahan Danau Kakaban yang terkenal dengan 4 jenis ubur-ubur yang mungil dan tercatat sebagai ubur-ubur yang hanya ada di dua lokasi di dunia tidaklah seperti apa yang kita bayangkan. Kondisi fasilitas dan infrastruktur di Kakaban saat ini sudah mulai tidak terurus misalnya sampah dan kotoran mulai menumpuk. Sampah dari pengunjung yang tidak bertanggung jawab serta dari hanyutan ombak bercampur menjadi satu. Tangganya pun sudah mulai ada yang lepas serta ada pohon tumbang menghalangi tangga untuk masuk ke Danau Kakaban. Sungguh sangat memprihatinkan mengingat Kakaban adalah salah satu warisan dunia yang harus di lestarikan maka perlu kepedulian dari semua pihak agar Kakaban masih tetap terjaga dan terpelihara demi generasi anak cucu kita di masa mendatang.
Kontak:
Rusli Andar, Pimpinan Proyek WWF di Berau, randar@wwf.or.id