DISKO WWF-INDONESIA RAMAIKAN DEEP & EXTREME INDONESIA 2018
Oleh: Adella Adiningtyas (Marine and Fisheries Campaign and Social Media Assistant)
“Kamu tahu gak apa itu duyung dan lamun? Kamu tertarik untuk dapat informasi lengkapnya gak? Yuk, mampir ke booth kami untuk bermain sambil belajar seru.”, ajak Bayu, volunteer DSCP Indonesia, kepada pengunjung Deep & Extreme Indonesia.
WWF-Indonesia juga mengajak pengunjung menjadi wistawan bertanggung jawab melalui Diskusi Konservasi atau DisKo: #TemanTamanLaut dan #SigningBlue. DisKo sebagai wadah edukasi yang rutin diselenggarakan WWF-Indonesia bertujuan untuk mengajak publik semakin peduli terhadap kelesatarian bumi. Pengunjung yang hadir di booth WWF-Indonesia juga mendapatkan banyak kejutan menarik seperti, bermain mini stack berhadiah, photo booth, dan face painting satwa.
Sheyka N Fadela, Marine Species Program WWF-Indonesia bersama Sekar Mira, Peneliti Mamalia Laut LIPI, bercerita dalam DisKo: Ada Apa dengan Duyung (Terdampar)?, kalau mamalia laut ini kerap ditangkap untuk dimakan dagingnya. Padahal Duyung sudah resmi dilindungi oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Ini membuktikan kalau masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal apa itu duyung dan lamun.
Selain membawa manfaat untuk duyung, lamun juga memiliki peran yang penting untuk kita. Lamun yang tumbuh membentuk padang rumput di dasar perairan pesisir yang dangkal dapat menyaring limbah dan menjaga kualitas air. Dalam DisKo: Lamun untuk duyung dan kita, Ahmad Sofiullah, Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut-KKP, menjelaskan lamun juga menjadi rumah dan tempat mencari makan bagi banyak biota laut.
“Cara yang bisa kita lakukan untuk lestarikan lamun cukup mudah, dengan hindari dan konsumsi plastik kita bisa mengurangi pencemaran air laut. Sehingga lamun yang menjadi rumah bagi banyak biota laut dapat lestari,” ucap Arifin Putra dalam DisKo: Lamun untuk duyung dan kita.
Pada kegiatan yang berlangsung selama empat hari, WWF-Indonesia telah menyelenggarakan Diskusi Konservasi (DisKo) pada tanggal 9 – 11 Maret silam. Suryani Mile, Ketua Asosiasi Jaringan Kapal Rekreasi Indonesia dan Indarwati Aminuddin, Marine and Tourism Coordinator WWF-Indonesia, memaparkan tata cara agar wisatawan dan operator wisata mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dan lebih kritis dalam menentukan atau menyediakan paket perjalanan wisata.
WWF-Indonesia juga memastikan ada cara mudah yang bisa dilakukan untuk menjadi pelaku wisata yang bertanggung jawab melalui aplikasi Marine Buddies. Melalui Marine Buddies pengunjung dapat meningkatkan akses dan informasi tentang praktik pariwisata bahari yang bertanggung jawab kepada publik melalui penggunaan panduan terbaik. Dwi Aryo, Campaign Coordinator WWF-Indonesia, mendampingi Ichwan Susanto, Perwarta KOMPAS, yang berbagi pengalaman menjadi #TemanTamanLaut saat menjelajah terumbu karang.
Menurut Ichwan, Indonesia masih memiliki kesempatan besar untuk melestarikan terumbu karang melalui aktivitas pariwisata bertanggung jawab. “Harapannya pengunjung di sini juga mau peduli pada terumbu karang agar kelestariannya terus terjaga,” tutup Ichwan dalam diskusinya.
Semoga apa yang telah dibagikan WWF-Indonesia melalui DisKo mengenai konsep pariwisata bahari bertanggung jawab kepada pengunjung yang hadir dapat terlaksana dengan baik, ya. Kita bisa mewujudkannya dengan unduh aplikasi Marine Buddies untuk menjadi #TemanTamanLaut!