AKSI EKONOMI HIJAU – ACRE DAN SABAH DI KTT RIO+20
Dalam salah satu konferensi di KTT Rio+20 di Brasil, Juni 2012, yang bertema Forest Green Economy and South-South Cooperation, dua kawasan yang terletak di belahan bumi yang berbeda, menunjukkan langkah-langkah yang telah diambil untuk melestarikan hutan hujan mereka.
Delegasi Acre – sebuah kawasan hutan yang terletak di pedalaman Amazon, Brazil – dan Delegasi Sabah – kawasan Borneo yang merupakan ‘rumah’ bagi satwa ikonik orangutan – bertemu dan mendiskusikan upaya-upaya mereka untuk menuju sebuah ekonomi hijau.
Kedua delegasi tersebut menjelaskan bagaimana langkah-langkah yang berhasil mereka temukan dalam pemanfaatkan hutan secara berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan pemasukan dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal di kawasan mereka masing-masing, sementara pada saat yang bersamaan, sekaligus dapat mengurangi dampak aktivitas manusia yang merugikan dan tetap menjaga keseimbangan alam.
Konferensi ini memprofilkan sebuah momen bersejarah, yaitu penandatanganan Nota Kesepakatan baru antara Acre dan Sabah untuk mencapai sebuah ekonomi hijau dengan menekankan pada kerjasama selatan-selatan. Kedua delegasi tersebut telah berkomitmen untuk menjaga keberadaan hutan di masa depan.
Gubernur Acre, Tiao Viana, mengatakan “Kini kami dapat menunjukkan kepada Brasil dan dunia, sebuah peraga yang mendemonstrasikan bahwa anda dapat hidup, menghasilkan dan melestarikan Amazon.”
Tiao Viana berbicara mengenai kebutuhan akan pendanaan lebih dari sektor privat untuk membantu realisasi ekonomi hijau secara nyata, sebagaimana realisasi itu juga sedang mereka upayakan di Amazon.
Direktur Kehutanan Sabah, Datuk Sam Mannan, berbicara mengenai kebutuhan akan aksi praktis untuk mengatasi deforestrasi – dan sebuah pemikiran baru untuk membangun sebuah ekonomi berlanjut dalam istilah ekonomi dan lingkungan hidup.
Menurut Maria Cecilia Wey de Brito, CEO WWF-Brasil yang hadir di momen signifikan untuk pergerakan Ekonomi Hijau, kolaborasi antara Acre dan Sabah menunjukkan tindakan-tindakan konkrit menuju pembangunan berkelanjutan, dimana dapat memberikan inspirasi bagi kita semua.
“Persamaan dari kedua pemerintah subnasional ini merupakan demonstrasi bahwa dua kawasan dengan kemiripan fitur dan keanekaragaman hayati yang menakjubkan, walaupun terletak di jarak yang berjauhan, dapat bertukar pikiran satu sama lain,” kata Maria.
WWF bekerja dalam kemitraan dengan Pemda Acre dalam sebuah sistem hijau dimana warganya didukung untuk hidup dari hutan yang masih ada. Sementara itu, di Sabah, WWF dan Pemda bekerja sama untuk menghentikan gelombang perusakan oleh produksi kelapa sawit dengan menerapkan pelarangan akan praktik pengarapan tanah. Hal ini adalah salah satu dari banyak contoh tentang bagaimana WWF bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah daerah di lapangan untuk membangun sebuah visi Ekonomi Hijau.
Untuk mengetahui bagaimana cara kerja Ekonomi Hijau, terutama di kawasan Heart of Borneo, dengan sebuah perkenalan dari Sir David Attenborough, silahkan kunjungi www.hobgreeneconomy.org dan unduh laporan Heart of Borneo: Investing in Nature for a Green Economy.