WWF DAN TN KOMODO PERPANJANG KERJA SAMA 5 TAHUNAN UNTUK PENGUATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
Oleh: Nisa Syahidah (Communication & Campaign Assistant, WWF-Indonesia)
Hari itu (14/09/2018), kantor Program Marine and Fisheries WWF-Indonesia di Denpasar, Bali kedatangan tamu istimewa dari Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat. Budhy Kurniawan, Kepala Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), tampak mengobrol santai dengan Erdi Lazuardi dan Khaifin, tim WWF-Indonesia program Lesser Sunda dari kantor WWF di Labuan Bajo. Acara penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara WWF-Indonesia dan BTNK akan segera dimulai.
“Sejak 2013, WWF-Indonesia telah bekerja untuk mendukung penguatan upaya konservasi sumber daya alam perairan di Kawasan Taman Nasional Komodo. Kami mengapresiasi bahwa kehadiran WWF bisa diterima baik di Taman Nasional Komodo,” buka Imam Musthofa, Direktur Program Marine and Fisheries, WWF-Indonesia.
Sebelumnya, WWF-Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Balai TN Komodo sejak 22 Mei 2013. PKS tersebut berakhir di bulan Mei 2018, dan diperpanjang melalui persetujuan Dirjen KSDAE Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup pada 7 Agustus 2018.
“Meski komodo sebagai domain utama, habitat penyangga ekosistem perairan yang mendominasi TN Komodo perlu dijaga melalui empat program utama, yaitu perlindungan satwa laut terancam, perikanan berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan, dan pengelolaan kawasan konservasi perairan,” lanjut Imam Musthofa, memaparkan empat program yang menjadi fokus kerja WWF-Indonesia yang tertuang dalam PKS bersama TNK untuk digarap selama lima tahun ke depan.
Keempat program dalam ruang lingkup kerja sama WWF-Indonesia dan BTNK tersebut dijalankan melalui pengelolaan kolaboratif antar stakeholder dan peningkatan kapasitas mitra baik BTNK, Pemkab Mabar, masyarakat dan sektor swasta, serta mendorong kebijakan-kebijakan yang berpihak pada efektivitas pengelolaan kawasan.
“Banyak tantangan dalam pengelolaan TN Komodo, yang saat ini tengah disoroti dunia. Namun tujuan pengelolaan yang utama adalah konservasi yang mendukung kesejahteraan masyarakat,” ungkap Budhy Kurniawan, Kepala Balai TN Komodo.
“Dalam perkembangan pengelolaan taman nasional ke depannya, kami akan memperbanyak kegiatan pemantauan (monitoring) sumber daya alam secara berkala. Dengan meningkatkan kegiatan penelitian ilmiah, harapannya kita bisa menghimpun sebuah database saintifik, yang akan berguna untuk rekomendasi dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan,” terangnya. “Semoga dengan kolaborasi dengan WWF, dapat mensinergikan program untuk pengelolaan kawasan perairan TN Komodo yang lebih baik selama lima tahun ke depan,” lanjut Budhy.
Tantangan dan Upaya Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan di TN Komodo
Saat ini, di tengah tekanan aktivitas wisata yang terus meningkat, TN Komodo memang dituntut untuk melakukan upaya terbaiknya untuk memprioritaskan kelestarian kawasan yang berjalan seiring dengan kesejahteraan masyarakatnya. Konservasi yang berjalan bersama masyarakat, lahir melalui pembinaan yang baik sejak dini.
Misalnya sebelum ini, melalui kerja sama WWF dan BTNK, 180 siswa di 3 desa dalam Kawasan TN Komodo telah mendapatkan pembinaan cinta alam melalui pengenalan satwa laut TN Komodo pengenalan dampak sampah plastik terhadap satwa laut. Sebanyak setidaknya 62 naturalist guide pun telah mengikuti pelatihan pemanduan wisata dengan dukungan dari Himpunan Pramuwisata Indonesia, Komodo Survival Program, dan WWF-Indonesia.
Kegiatan wisatawan pun perlu dipantau dengan baik agar tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem. Budhy Kurniawan, dalam acara penandatangan PKS dengan WWF-Indonesia, juga mengungkap bahwa pihak taman nasional saat ini tengah mengembangkan sebuah aplikasi yang memungkinkan pelaporan real-time oleh wisatawan terhadap pelanggaran yang ditemui di dalam kawasan.
Dalam hal pengelolaan sampah, melalui Surat Kepala BTN Komodo Nomor S.2216/T17/TU/REN/8/2017, TN Komodo menargetkan Komodo Bebas Sampah 2020 melalui pelarangan botol air mineral sekali pakai di dalam kawasan. Koperasi Serba Usaha (KSU) Sampah Komodo di Labuan Bajo, inisiatif masyarakat pertama dalam pengelolaan sampah, pun terus menggencarkan usahanya dalam mengelola setidaknya 42 ton sampah, dengan 4 pengurus aktif dan anggota lebih dari 50 ibu rumah tangga.
“Saat ini, dalam aspek pariwisata berkelanjutan, sebanyak 8 penyedia jasa wisata, baik hotel dan dive operator di Labuan Bajo telah berkomitmen sebagai anggota dalam platform pelaku wisata bertanggung jawab Signing Blue dari WWF-Indonesia,” papar Khaifin, Komodo MPA Site Coordinator, WWF-Indonesia, memaparkan rencana kerja selama lima tahun ke depan bersama Taman Nasional Komodo.
“Dengan kolaborasi yang baik, kita dapat menargetkan 50% penyedia jasa wisata di Labuan Bajo untuk berkomitmen dalam pelestarian lingkungan bersama Signing Blue,” tambah Imam Musthofa.
“Semoga, melalui perjanjian kerjasama ini, efektivitas pengelolaan kawasan perairan dalam Taman Nasional Komodo bisa lebih optimal dengan memastikan sumber daya alam perairan terjaga baik dan mampu memberi manfaat keberlanjutan bagi masyarakat,” tutup Imam Musthofa, diamini kami semua yang hadir hari itu.