TOKOH SUKU BAJO SAMBUT BAIK FILM “THE MIRROR NEVER LIES”
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Jakarta (26/04)-Film produksi Pemerintah Kabupaten Wakatobi, WWF-Indonesia, dan SET Karya Film yang mengangkat kehidupan suku Bajo di Wakatobi,”The Mirror Never Lies” mendapat reaksi positif dari perwakilan suku Bajo se-asia Tenggara. Film layar lebar yang disutradarai oleh sineas muda Kamila Andini tersebut merupakan media yang efektif untuk memperkenalkan kebudayaan suku Bajo pada khalayak luas sekaligus mematahkan anggapan bahwa suku Bajo adalah “perusak” lingkungan.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Suku Bajo se-Asia Tenggara, Sadar, dalam Konferensi Pers, The Mirror Never Lies yang digelar di FX Music, Jakarta Selatan, Selasa (26/04). Menurutnya, selama ini suku pengembara laut itu seringkali dianggap sebagai kelompok yang paling bertanggung jawab terhadap maraknya praktik perikanan destruktif di kepulauan Wakatobi.
“Menangkap ikan dengan menggunakan bom dan potassium bertentangan dengan nilai –nilai dan kearifan budaya Bajo yang selalu menangkap ikan dengan arif dan bijaksana serta mengambil secukupnya, hanya demi mencukupi kebutuhan pangan sehar-hari. Secara spesifik kami menyatakan bahwa para pengebom itu bukanlah masyarakat Bajo. Masyarakat Bajo punya kehidupan di laut, punya kebun di laut dan menghabiskan waktu di laut. Kalau laut itu dirusak, lalu kami akan kemana?” tegas Sadar.
Salah satu adegan dalam film tersebut juga menampilkan kebudayaan masyarakat Bajo yang sarat akan nilai konservasi, yakni ritual “Duata Sangal.” Ritual ini dilakukan ketika musim paceklik tiba yaitu dengan mengambil beberapa jenis ikan kecil yang terancam punah dan melepaskannya kembali kelaut sebagai simbol bahwa jenis ikan tersebut sudah terancam dan perlu perlindungan seerta dalam kurun waktu tertentu tidak boleh ditangkap.
Sementara itu, Bupati Wakatobi, Ir. Hugua yang juga turut memproduseri film ini menyatakan, sebagai negara maritim yang 75 % wilayahnya terdiri dari perairan, Indonesia perlu menjadikan kebudayaan laut suku Bajo ini sebagai salah bagian dari kultur penting bangsa.
“Masyarakat Bajo memiliki sejuta kearifan. Ada nilai pendidikan disana, ada nilai kebudayaan, serta ada nilai keseimbangan alam,” jelasnya.
Hugua berharap, film The Mirror Never Lies akan mampu mendorong sektor pariwisata bahari di Wakatoi serta mempromosikan wilayah perairan itu sebagai pusat penelitian biota laut dunia.
""Tidak hanya kebudayaan suku Bajo yang unik. Kepulauan Wakatobi juga merupakan pusat segitiga terumbu karang dunia dimana terdapat 750 spesies karang dan 942 spesies ikan khas yang perlu dijaga kelestariannya. Saya berharap melalui film ini, akan semakin banyak lagi pihak yang peduli serta membantu upaya konservasi di Wakatobi,” imbuhnya.
Pengembangan upaya konservasi di Wakatobi yang dicanangkan Bupati selaras dengan misi kerja WWF di wilayah ini yang sudah dimulai sejak tahun 2002. Melalui bentuk kemitraan dengan The Nature Conservancy (TNC), WWF mendorong pengelolaan Taman Nasional Wakatobi secara berkelanjutan.
""Film ini diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan publik terhadap laut Indonesia, sumber daya alam yang ada di dalamnya, serta kebudayaan laut yang diwakili oleh suku Bajo di Wakatobi. Bahwa sesungguhnya konservasi tidak hanya menjamin keberlanjutan alam dan sumber dayanya, tetapi juga kehidupan manusia dan budayanya, dan yang lebih penting lagi menjaga keutuhan identitas suatu bangsa,"" jelas Direktur Marketing dan Komunikasi WWF-Indonesia Devy Suradji.
The Mirror Never Lies rencananya akan diputar pada kegiatan kebaharian nasional tahunan, Sail Wakatobi-Belitong (SWB) 2011, dimana Wakatobi akan menjadi tuan rumahnya. Perhelatan bahari bertaraf internasional itu merupakan ajang investasi serta promosi budaya dan wisata bahari di Wakatobi dan Belitong.
Sementara bagi para penikmat film lainnya, The Mirror Never Lies akan diputar serentak pada tanggal 5 Mei di sejumlah bioskop di lima kota besar di Indonesia.
Seluruh keuntungan yang didapat dari produksi ""The Mirror Never Lies"" sepenuhnya akan diberikan untuk mendukung upaya konservasi di kabupaten Wakatobi.