SUPPORTER GATHERING 2017: “DO BETTER FOR EARTH”
Oleh: Natalia Trita Agnika
“Hasil foto (dari camera trap) kita labeli dan ada database-nya. Kalau tidak, foto itu tidak ada gunanya karena tidak dapat dianalisa. Makanya ada jam, tanggal, dan lokasi, serta harus di-set dengan benar,” terang Sunarto, Ekolog Satwa dan Lanskap WWF-Indonesia ketika menjelaskan tentang camera trap kepada para peserta Supporter Gathering 2017 yang sedang berada di pos pengamatan satwa.
Supporter Gathering 2017 yang digelar pada Sabtu (25/11) tersebut mengangkat tema “Do Better for Earth”. Berlokasi di DAS Hulu Ciliwung, Telaga Saat, Bogor, kegiatan apresiasi WWF-Indonesia kepada para Suporter yang telah mendukung upaya WWF-Indonesia dalam melaksanakan kegiatan konservasi di Indonesia tersebut diikuti oleh 65 orang yang terdiri dari Suporter WWF, publik, dan fundraiser.
Dalam pos pengamatan satwa, para peserta mendapatkan penjelasan dan demo penggunaan camera trap dalam kegiatan penelitian untuk konservasi. Penelitian dengan camera trap sudah dilakukan oleh WWF-Indonesia sejak tahun 2004. Para peserta sangat antusias mendengarkan penjelasan terhadap upaya konservasi yang selama ini telah mereka dukung. “Bagaimana cara menentukan lokasi pemasangan camera trap?” tanya Elsha Fenca Inditta, salah seorang Suporter WWF yang setia menjadi Tiger Warrior. Sunarto pun menjelaskan bahwa lokasi pemasangan camera trap ditentukan berdasarkan tujuan penelitian. “Kalau untuk inventarisasi satwa, kamera tersebut dipasang di lokasi-lokasi strategis, seperti di jalur lintasannya. Tapi kalau untuk menghitung populasi, kamera tersebut harus dipasang di wilayah jelajahnya. Misalnya saja untuk di bentang alam Rimbang Baling seluas 140.000 hektare, kita memasang 350 unit kamera,” jelas Sunarto.
Selain penjelasan tentang camera trap, para peserta juga mendapatkan informasi menarik di pos pengamatan burung dan serangga. Di pos pengamatan air, para peserta terlihat takjub melihat DAS Hulu Ciliwung yang sangat jernih, berbeda sekali dengan kondisi Sungai Ciliwung yang ada di hilir. Di pos ini, mereka mengamati berbagai biota yang terdapat di aliran Hulu Ciliwung yang menjadi indikator bahwa air tersebut masih memiliki kualitas yang baik. Agus Haryanto, Payment for Water Service Specialist WWF-Indonesia menjelaskan berbagai biota indikator kualitas air menggunakan mikroskop dan layar monitor. Para peserta pun tergerak untuk menjaga ketersediaan air bersih.
Salah satu upaya untuk menjaga daerah tangkapan air yang mengalir ke Sungai Ciliwung adalah dengan menjaga hutan yang ada di area DAS Hulu Cilliwung. Keberadaan DAS Ciliwung Hulu sangat penting karena daerah ini merupakan daerah tangkapan air dan sering dikaitkan dengan bencana banjir yang terjadi di Jakarta. Di daerah ini terdapat beberapa area gundul yang perlu segera direhabilitasi. Di pos penanaman pohon, para peserta melakukan aksi nyata menanam pohon untuk merehabilitasi lahan kritis di DAS Hulu Ciliwung. Mereka mendapatkan penjelasan dari Dudi Rufendi, Restoration Coordinator WWF-Indonesia, tentang program MyBabyTree, program adopsi pohon yang melibatkan komunitas masyarakat lokal. Melalui program MyBabyTree di DAS Hulu Ciliwung, publik dapat turut mengembalikan fungsi DAS Ciliwung sebagai tempat menahan, menampung, dan mengalirkan air hujan ke tempat yang lebih rendah, sehingga pada saat musim hujan tidak menyebabkan banjir dan pada saat musim kemarau tidak terjadi kekeringan.
Kegiatan Supporter Gathering 2017 juga menghadirkan truk edukasi WWF-Indonesia, yaitu Panda Mobile. Para siswa dari SDN Cikoneng, Bogor diundang untuk mengikuti berbagai kegiatan menarik seputar lingkungan hidup bersama tim dari Panda Mobile di tepi Telaga Saat. Mereka nampak bersemangat bermain “Jelajah Papua”, engklek “Orangutan”, dan permainan ular tangga raksasa.
Para peserta Supporter Gathering 2017 merasa senang dengan kegiatan ini. Selain mengenal alam secara lebih dekat, mereka juga mendapatkan wawasan baru tentang berbagai upaya untuk menjaga Bumi tetap lestari. “Saya senang, kegiatan ini menyenangkan, menarik, dan memberikan pengetahuan baru,” ujar Deny Christian, peserta yang juga merupakan Sahabat Harimau. Deny berharap supaya kegiatan seperti ini dapat kembali diselenggarakan.