SELAMATKAN HABITAT GAJAH, WWF-INDONESIA MENANAM BIBIT ASLI HUTAN TESSO NILO
Taman Nasional Tesso Nilo adalah kawasan hutan dataran rendah berlokasi di Provinsi Riau, Indonesia dan merupakan salah satu dari 200 lokasi Ecoregions yang dimiliki WWF Global. Oleh karenanya, WWF-Indonesia senantiasa berkeinginan untuk menghubungkan hutan-hutan yang terdapat di kelima kawasan Tesso Nilo-Bukit Tigapuluh dan menjadikannya habitat yang layak bagi gajah, harimau, serta juga berbagai spesies lain yang hidup di dalamnya.
Berdasarkan hasil studi Center for Biodiversity Management, Australia i yang telah menyurvei lebih dari 1.800 plot hutan tropis di dunia menunjukkan bahwa tidak ada plot lain di dunia yang memiliki jumlah tanaman sebanyak hutan Tesso Nilo. Hal tersebut juga ditambahkan hasil studi dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang menemukan bahwa dari seluruh lokasi hutan yang ada di Pulau Sumatera, Hutan Tesso Nilo lah yang memilki jumlah spesies terbanyak dibanding hutan lainnya.
Degan kekayaan dan keanekaragaman hayati yang ada, pada tahun 2004 Taman Nasional Tesso Nilo dibuat dan diperluas dua kali lipat pada tahun 2009. Meskipun tempat ini didirikan sebagai taman nasional, area perluasannya merupakan hutan terdegradasi yang ditinggalkan oleh para industry kayu komersial. Setelahnya, perambah illegal menebangi pohon dan mengubahnya menjadi perkebunan kelapa sawit dalam skala besar dan membuat banyak spesies satwa liar kehilangan tempat tinggal.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut, WWF bersama Toyota Motor Corporation sejak 2016 melalui program “Living Asian Forest Project” telah berkomitmen untuk merestorasi kondisi hutan Tesso Nilo dengan kegiatan penanaman pohon agar dapat merehabilitasi habitat satwa liar. Program ini bertujuan untuk mempercepat transisi global menuju keberlanjutan, mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati, meningkatkan kesadartahuan tentang lingkungan serta mempercepat perubahan menuju masyarakat bebas karbon. Tidak hanya itu, program ini juga akan berupaya meningkatkan keberlanjutan sumber daya alam dan komoditas seperti kayu, kertas, sawit, dan karet alam agar ancaman deforestrasi dan kepunahan spesies dapat berkurang.
Dalam rangka merayakan Hari Menanam Pohon Nasional yang jatuh pada tanggal 28 September, kami ingin berbagi cerita tentang kegiatan penanaman pohon kembali yang kami lakukan di hutan Tesso Nilo. Kegiatan tersebut dimulai dari pembibitan, penanaman hingga pengecekan (monitoring) yang keseluruhannya melibatkan masyarakat sekitar/komunitas. Edi, salah satu staf WWF-Indonesia yang bertugas di Taman Nasional Tesso Nilo untuk merestorasi kondisi hutan bercerita tentang aktivitas penanaman pohon yang telah dimulai sejak 2011 silam. “Saya menanam berbagai jenis bibit asli pohon yang telah hidup di hutan ini sehingga kekayaan hutan yang hilang dapat dikembalikan kembali dengan berbagai dukungan dari warga masyarakat sekitar,” cerita Edi.
Kemudian Edi melanjutkan ceritanya tentang rangkaian aktvititas yang dijalani, mulai dari mencari bibit asli yang ada di hutan. Pencarian bibit pun bukan hal yang mudah karena Edi bersama rekannya yang lain harus berhati-hati karena banyaknya lebah, pacet, dan semut tentara yang datang menggigit. Tak hanya itu, masih ada tantangan selanjutnya, yakni menanam bibit di persemaian untuk bertumbuh dengan tinggi yang cukup.
Lebih lanjut Edi juga menjelaskan bahwa setiap bibit yang ditanam harus dirawat dengan baik dan pemeliharaannya dapat membutuhkan waktu minimal tiga tahun. “Walaupun upaya penanaman pohon ini memakan waktu yang lama dan membutuhkan perhatian ekstra, tetapi hal tersebut tidak mengurangi semangat saya dalam upaya reforestasi ini karena saya bermimpi menjaga Hutan Tesso Nilo untuk menjadi habitat yang layak bagi para Gajah,” ujar Edi.