PESISIR ADALAH RUMAHKU
Pagi itu sekolah tampak sepi, beberapa anak datang menghampiri kami. “Kaka Nona, hari ini kami libur sekolah, saya dan Bapak mau pergi ke kebun pungut jagung,” sapa mereka. Padahal satu hari sebelumnya kami mengunjungi rumah salah satu guru di Desa Lamma, namun Beliau sedang pergi ke kebun. Bulan ini memang saatnya panen jagung dan hasil kebun lainnya, mengingat sebentar lagi akan beranjak menuju musim kemarau panjang, bukit hijau yang kita lihat saat ini akan berubah menjadi kuning karena semuanya mengering.
Hari itu kami kembali mengunjungi SD Tulay di Desa Lamma, Kecamatan Pantar Barat Laut – Kabupaten Alor, NTT. Sekolah yang sederhana beratapkan alang-alang dan terdiri dari 3 ruangan kelas tersebut telah berdiri sejak tahun lalu. Enam belas teman kecil kami (kelas 1, 2 dan 3) selalu meramaikan suasana ditengah hembusan angin di pesisir pantai setiap harinya, namun kami merasa sangat sepi saat menginjakan kaki di sekolah.
“Ibu, tunggu sebentar eee, saya panggil anak-anak dulu. Pak Yahya juga datang sebentar lagi,” sambut Bu Dorkas dengan tergesa-gesa sambil menghampiri kami di depan sekolah. Sambil menunggu anak-anak datang, Bu Dorkas bercerita bahwa teman kami dari WWF datang tempo hari untuk bertemu dengan orang tua dan bapa mama di desa.
Memang pada bulan Februari lalu, rekan kami dan juga relawan di Alor sepakat untuk berbagi tugas dalam membangun minat baca anak-anak, salah satunya adalah mendorong masyarakat setempat untuk peduli akan pentingnya membaca. Hal tersebut bermula dari obrolan ringan tentang potensi laut di Kabupaten Alor, kemudian beranjak kepada obrolan serius tentang bagaimana mengelola semua itu dan menjadikan warga lokal sebagai aktor utama. Sampai akhirnya kami tercetus untuk membangun perpustakaan dengan tema “Pesisir adalah Rumahku” untuk anak-anak SD, karena karakter dan pengetahuan dapat kita bangun semenjak duduk di bangku sekolah dasar.
Tak lama setelah itu, anak-anak mulai berdatangan dengan pakaian seragam lengkap “merah putih” tentunya. ”Selamat pagi anak-anak!” sapa Bu Dorkas di dalam ruangan kelas. “Pagi, pagi, pagi, yes!” jawab mereka dengan lantang.
Senyum kecil dan manis keluar dari wajah-wajah pejuang SD Tulay. Kemudian dengan semangat kami menyanyikan lagu selamat pagi, “Selamat pagi semua, salam-salam. Sapalah kanan-kirimu, salam-salam.”
Beberapa kartu bergambar saya keluarkan dari dalam tas. Kartu-kartu yang berisi gambar biota laut beserta ciri-cirinya. “Namaku Celo, aku mempunyai baju karapas yang sangat kuat, kalian pernah melihatku?” tanya Jonas kepada teman-temannya. “Itu penyu, saya biasa pergi lihat di laut dengan bapak,” jawab Alelang. Begitulah cara kami bermain untuk mengenal biota laut.
Di bawah pohon besar, kami membaca buku “Dongeng Bawah Laut”. Mereka mulai mengenal gurita sebagai Mona yang mengeluarkan tinta hitam untuk menakuti teman-temannya. Adapula Hiu sebagai teman akrab Lili, si ikan nemo kecil di dalam laut.
Selain buku Dongeng Bawah Laut, beberapa buku lain pun kami bawa untuk mengisi perpustakaan di SD Tulay. Pada bulan sebelumnya, warga setempat sepakat menyumbang kayu untuk membuat rak buku di perpustakaan. Oleh karena itu, saat kami kembali bulan depan nanti untuk berbagi cerita dengan anak-anak, buku-buku sudah terpasang rapi pada rak buku kayu sederhana.
Sembari menemani anak-anak membaca buku, kami bersama guru-guru disana membuat kesepakatan untuk memasukan program Story Telling atau mendongeng sebagai kegiatan sekolah. Melalui program tersebut, anak-anak bisa lebih aktif untuk membaca buku, melatih keberanian dalam bercerita di depan kelas, mendorong anak-anak untuk lebih peduli akan lingkungan pesisir dan laut. Sekali lagi, membaca benar-benar menjadi jendela dunia, dimana anak-anak bisa melihat dunia, belajar banyak hal dari membaca.
Anak-anak cepat sekali belajar tentang biota dan alam dengan membaca. Namun, ketersediaan buku cerita tentang biota laut sangat susah dicari di sini. Semoga kami bisa terus membawa buku cerita bergambar baru untuk mereka baca.
Penulis: Ade Novia Putri (Community Development Officer for Solor-Alor)