KELESTARIAN PENYU DAN ANCAMAN SAMPAH PLASTIK
Oleh: Natalia Trita Agnika
Siang itu, Rabu ( 15/02), di bawah terik matahari, sekitar 20 siswa dan dua orang guru dari sebuah sekolah di Bangladesh yang sedang mengikuti kegiatan edukasi koservasi bersama WWF-Indonesia nampak tekun memunguti sampah di tepi Pantai Serangan, Bali. Kegiatan yang mereka lakukan merupakan bagian dari kegiatan Beach Cleanup. Lebih dari 10 kantong sampah besar penuh terkumpul hanya dalam waktu dua jam. Rata-rata, sampah yang berhasil mereka kumpulkan berupa sampah plastik seperti gelas plastik kemasan, botol plastik bekas, sedotan, dan kantong plastik.
Banyaknya sampah yang berada di pinggir pantai itu merupakan salah satu contoh dari kondisi pantai yang ada di Indonesia. Isu pencemaran sampah, terutama terkait isu pencemaran sampah di laut telah menjadi perhatian publik dan Pemerintah Indonesia sejak dipublikasikannya hasil penelitian Jambeck, Jena R., et.al, 2015 yang berjudul “Plastic Waste Inputs from Land into the Ocean” (www.sciencemag.org, February 12, 2015) yang menyatakan potensi sampah plastik yang ada di lautan Indonesia mencapai 187,2 juta ton/tahun. Hasil penelitian ini pun menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara kedua terbesar di dunia yang menyumbang sampah ke laut setelah Cina.
Padahal, sampah-sampah terutama sampah plastik, merupakan musuh bebuyutan satwa laut, khususnya penyu. Kantong plastik yang hanyut di laut sering dikira ubur-ubur yang merupakan makanan favorit penyu. Jika termakan, plastik yang tidak dapat terurai dapat menutup saluran pencernaan dan meracuni tubuh penyu. Pemandangan memprihatinkan pun pernah terjadi ketika penyu terlihat tersiksa karena sedotan plastik yang menyumbat hidungnya. Sampah-sampah plastik juga akan menghalangi penyu-penyu yang akan menepi dan kembali ke laut.
Sampah plastik mengancam kelestarian penyu. Kita tak bisa tinggal diam melihat kondisi tersebut. Salah satu hal yang dapat dengan mudah kita lakukan adalah dengan mengurangi penggunaan plastik dan tidak membuangnya sembarangan. Gerakan #SejutaAksi yang diinisiasi oleh Komunitas Earth Hour Indonesia merupakan perwujudan dari pengurangan penggunaan kantong plastik. Gerakan ini mengajak satu juta individu (atau kelompok) agar membuat dan mendonasikan kaus bekas untuk dijadikan tas belanja (reusable shopping bag) dalam upaya mengurangi penggunaan kantong plastik. Aksi ini akan berlangsung selama satu tahun hingga Maret 2018 mendatang. Mendukung Gerakan #SejutaAksi secara tak langsung berkontribusi bagi kelestarian penyu di laut.
Selain sampah plastik, kelestarian penyu juga menghadapi ancaman karena hancurnya habitat dan tempat bersarang, penangkapan, perdagangan ilegal, dan eksploitasi yang membahayakan lingkungan. Anda dapat secara langsung mendukung upaya konservasi penyu di Indonesia dengan bergabung menjadi Turtle Warrior WWF-Indonesia. Informasi lebih lanjut, kunjungi wwf.id/turtlewarrior.