PERTEMUAN PERDANAKU SEBAGAI VOLUNTEER PANDA MOBILE WWF-INDONESIA
Oleh: Muhammad Maharoem Novansyah (Volunteer Panda Mobile)
Nama saya Muhammad Maharoem Novansyah. Saya bukan orang yang datang dari kalangan pecinta lingkungan dan saya juga bukan orang yang cukup bijak untuk mengajari seseorang dengan baik tentang cinta lingkungan. Setidaknya saya mempunyai kesadaran sendiri, jika saya selalu memendam bakat ataupun ide, saya tidak mendapatkan timbal balik apapun. Saya memulai aksi dengan cara kecil. Saya mencintai hewan walaupun saya takut dengan kecoa. Saya sering membawa segenggam makanan kucing yang saya kemas dengan plastik sayur. Saat saya melihat kucing yang susah mencari makanan saat berangkat maupun pulang kuliah ataupun sekadar memakan bakso di pinggir jalan, saya beri kucing tersebut makan. Walaupun tidak semua kucing saya berikan karena kondisi tertentu.
Saya sangat suka kucing dan suka berinteraksi dengan hewan, walaupun dengan semut sekalipun. Kesadaran saya akan lingkungan membuat saya terpikir jika hewan yang punah akan membawa bencana karena rusaknya ekosistem. Awalnya saya berpikir untuk melindungi hewan dengan cara menjelaskan kepada khalayak umum dan mengedukasi mereka. Hal tersebut terwujud ketika saya diterima menjadi volunteer Panda Mobile WWF-Indonesia Angkatan 2018 Periode II. Namun di WWF, mereka mengajarkan kepada saya ide-ide edukasi lingkungan yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.
Alhamdulillah saya diterima sebagai bagian dari keluarga WWF. Setelah berjuang dengan kurang lebih 410 orang untuk mendaftar menjadi volunteer pada program Panda Mobile WWF-Indonesia, saya diterima menjadi bagian keluarga besar WWF. Saya bangga pada saat nama saya terpampang jelas di website WWF, tetapi juga malu karena masih banyak sekali hal yang saya harus pelajari.
Saya berpikir hal ini menjadi batu loncatan besar bagi saya karena saya bukan orang yang terlalu ambisius pada segala jenis tindakan menjaga lingkungan dan kadang masih melanggarnya. Saya sangat merasa bersalah akan hal tersebut. Tetapi bagi saya, WWF membuka wawasan saya yang dulunya sempit menjadi sangat luas.
Pada Sabtu (04/08) yang lalu, Panda Mobile WWF-Indonesia mengadakan training untuk para volunteer baru. Yang terlintas pada pikiran saya adalah training pekerjaan yang sangat kaku yang mengharuskan saya untuk berani mengemukakan pendapat dan mengemukakan segala pikiran dengan orang yang sudah sangat expert dalam menjaga lingkungan. Ternyata pandangan saya salah. Kakak-kakak volunteer berkata pada kami, para volunteer baru, bahwa di sini kita semua belajar bersama-sama dan menjaga lingkungan bersama-sama.
Training dimulai dengan perkenalan diri masing-masing anggota mulai dari nama, pekerjaan, kesibukan, dan latar belakang. Setelah itu, kami dikenalkan apa itu WWF dan Panda Mobile secara rinci, mulai dari program-program kerja yang dilakukan WWF, konservasi alam, dan lain-lain. Sangat menyenangkan bagi saya pribadi karena saya justru mendapat pengetahuan dari teman-teman baru yang mempunyai latar belakang yang berbeda.
Training dilanjutkan dengan tata cara memberikan edukasi lingkungan kepada khalayak umum, yang mana kebanyakan dari target audience Panda Mobile adalah pelajar, mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Kami diajarkan cara menghadapi anak TK yang punya rasa penasaran tinggi akan sesuatu hal dan pertanyaan-pertanyaan out of the box. Tidak sembarangan, WWF ternyata sangat serius mengajarkan suatu hal paling kecil sejak dini seperti tentang air yang juga harus dijaga dengan baik dan belajar cara peduli lingkungan dengan hemat air, tidak membuang sampah sembarangan ke sungai, membedakan mana air yang bersih dan tidak. Kami pun dilatih cara mengajari anak-anak tentang kualitas air menggunakan fasilitas mini water lab Panda Mobile.
Lalu ada juga pengetahuan tentang tanaman hidroponik yang harus kami sampaikan ketika kami terlibat dalam kegiatan Panda Mobile. Di sini kami diajarkan secara teknis bagaimana menyampaikan cara menanam tanaman hidroponik secara interaktif. Selain itu, kami juga diminta berkreasi dalam suatu kegiatan unik membuat totebag dari baju bekas. Menurut saya, kegiatan ini aneh tapi lucu karena bentuk totebag-nya yang tidak biasa. Dan satu hal yang pasti adalah kami diajarkan untuk menyampaikan cara memanfaatkan barang sekitar untuk didaur ulang kepada teman-teman kecil kami nantinya.
Pengetahuan lain yang kami dapatkan adalah cara menyampaikan pesan tersirat dan tersurat dengan cara memberi tontonan bermutu tentang konservasi alam. Intinya kami diajarkan untuk bersikap ramah kepada anak kecil maupun kepada orang yang menjadi target penyampaian pesan konservasi.
Saat jeda di sela-sela training, saya banyak bertukar pikiran dengan teman-teman baru. Saya mendengarkan banyak pemikiran tentang dunia ini dari sudut pandang yang berbeda-beda. Selepas beristirahat, kami juga diberi permainan simulasi yang edukatif supaya dapat menjadi public speaker yang baik dan spontan. Salah satunya adalah dengan cara mempresentasikan barang di sekitar yang dapat menjadi ancaman kerusakan lingkungan. Dalam presentasi tersebut kami juga harus memberi solusi dari masalah yang ada dengan cara menarik. Saat presentasi awal, saya sangat gugup. Tapi mengingat bahwa tujuannya baik, saya harus membuang hal itu jauh-jauh.
Training hari itu diakhiri dengan presentasi hangat dari salah satu program kerja WWF, yaitu Freshwater Program. Awalnya saya tidak peduli karena terlalu rumit dan belibet, tapi saya perlahan-lahan mengerti maksud semua program ini. Dibawakan oleh Kak Agus Haryanto, dengan nada bicaranya yang halus, justru saya menikmati apa yang saya tidak mengerti. Bahkan saya juga mendengar beberapa opini dan pertanyaan dari teman-teman tentang isu konservasi air, terutama air tawar. Sungguh miris jika melihat secara nyata bahwa sungai-sungai di Indonesia ini sudah tercemar. Saya merasa beruntung karena saya dapat mengajarkan kepada orang di sekitar saya betapa lingkungan butuh perawatan lebih. Saya juga dapat menjelaskan hubungan antara menjaga Daerah Aliran Sungai (DAS) dan konservasi satwa liar di sekitar DAS.
Setelah penutupan dan foto-foto, kami merapikan kembali tempat training. Kami pulang dengan membawa ilmu baru yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari yang bisa membantu Bumi menjadi lebih baik lagi.