MENGUATKAN PENDIDIKAN UNTUK MEWUJUDKAN MASA DEPAN BUMI LESTARI
Hampir semua orang mengetahui bahwa tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, namun tak sedikit pula yang masih awam dengan pengertian Pendidikan Nasional itu sendiri. Mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa Pendidikan Nasional adalah Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Dimana pada zaman ini, kita dihadapkan pada terancamnya kelestarian alam serta keanekaragaman hayati yang selama ini menopang kehidupan kita sehari-hari. Kita dituntut untuk mampu menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi di masa mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Menjawab tantangan ini, lahirlah suatu sistem Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, dimana bukan hanya tentang guru dan murid saja, namun juga berhubungan dengan kehidupan masyarakat dan kebudayaan setempat.
Sebagai salah seorang volunteer Earth Hour, meskipun saya bukanlah salah seorang tenaga pendidikan, namun melalui pelatihan yang dilakukan oleh WWF-Indonesia, membuka kesempatan saya untuk berkontribusi dalam Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan atau Education for Sustainable Development (ESD). Melalui Aksi Earth Hour Goes to School, saya dan volunteer Earth Hour yang lainnya dapat berbagi ilmu dan pengalaman kepada para siswa Sekolah Dasar dan Menengah, berkaitan dengan lingkungan dan usaha pelestariannya.
Mendukung program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Merdeka Belajar, kami mencoba membuat Pendidikan Lingkungan menjadi sesuatu yang menarik bagi siswa. Seperti yang sudah kami lakukan di beberapa sekolah, yaitu membuat nuansa belajar yang identik dilakukan di dalam kelas menjadi di luar kelas, dengan tujuan agar para siswa lebih mengenal keanekaragaman hayati di lingkungan sekolah dan manfaatnya bagi mereka. Selain itu, kami juga berbagi cara sederhana untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui pengolahan sampah plastik menjadi ecobrick dan juga membuat tas pakai ulang dari kaos bekas. Pembuatan ecobrick mengajarkan para siswa untuk bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan sendiri dari jajanan di sekolah, sedangkan pembuatan tas pakai ulang mengajarkan para siswa untuk memanfaatkan barang bekas menjadi sesuatu yang lebih berguna dan meminimalkan penggunaan kantong plastik.
Melihat antusiasme para siswa selama saya melakukan Aksi ini, membuat saya berfikir bahwa bibit mencintai lingkungan sebenarnya ada pada setiap individu. Kita sebagai fasilitator ataupun tenaga kependidikan hanya perlu memupuknya agar mereka dapat menjaga masa depan Bumi di masa mendatang. Sebagai orang tua ataupun kakak, kita juga dapat membantu tercapainya Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan mulai dari rumah, dengan cara mengenalkan kepada anak-anak atau adik-adik kita dengan cara menanamkan pemikiran bahwa semua yang kita peroleh untuk memenuhi kebutuhan selama ini diperoleh dari alam dan keanekaragamanhayatinya, sehingga kita wajib menjaganya untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Jika semua orang mengambil peran, walaupun dimulai dari hal yang sederhana, maka Pembangunan Berkelanjutan dan Bumi yang lestari bukan hanya sekedar ‘harapan’.