PERAN PEREMPUAN DALAM KONSERVASI DI PAPUA
Peran perempuan dalam segala bentuk aktivitas sangatlah penting. Melihat peranan perempuan dalam bidang sosial, ekonomi, dan ekologi sebagai penggerak dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, WWF menginisiasi seri belajar bersama bertema “Perempuan dan Konservasi”. WWF Indonesia – Papua Program melaksanakan kegiatan Traning of Trainers (ToT) dan Shared Learning “Perempuan dan Konservasi – Perempuan Sebagai Agen Perubahan dalam Ekonomi Rakyat.” Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari, 4-6 Mei 2015 di Merauke.
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan perempuan dari daerah dampingan program WWF Indonesia- Papua Program di Merauke, Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Kabupaten Jayapura, Wamena, Mappi, dan Asmat beserta staf WWF yang menjadi fasilitator pendamping di masing-masing daerah.Seri belajar ini merupakan bagian dari program pemberdayaan perempuan yang diprioritaskan untuk wilayahtimur Indonesia, khususnya Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Kepulauan Kei, dan Papua. Kegiatan ini ini bertujuan untuk mendalami pengetahuan tentang peranan perempuan dalam wilayah konservasi di mana WWF bekerja, memetakan kondisi dan potensi, memperkuat suara perempuan dalam kebijakan konservasi.
Kegiatan hari pertama diberi judul Hari Perkenalan. Semua peserta saling memperkenalkan diri dan program kegiatan beserta capaian dan kendalanya. Perwakilan dari Merauke menjelaskan program kerja dan peranan perempuan dalam produksi minyak kayu putih. Perwakilan dari Asmat dengan program usaha anyaman, Mappi dengan usaha perkebunan karet, Kabupaten Jayapura dengan usaha perkebunan cokelat, Taman Nasional Teluk Cenderawasih dengan usaha minyak kelapa dan kerajinan tangan, Wamena dengan usaha perkebunan kopi dan madu.
Kegiatan hari kedua diberi judul Hari Pembekalan. Di hari kedua ini peserta diberikan pembekalan tentang bagaimana mengelolaa keuangan, manajemen waktu, perencanaan dan pengembangan usaha kecil yang difasilitasi oleh tim pengajar dari Universitas Musamus- Merauke. Peserta juga berkesempatan untuk menyusun draft proposal pengembangan usaha. Mama Sofia Kwano, salah satu peserta dari Kabupaten Jayapura menyampaikan komentar, “Mama dan perempuan di kampung su banyak terlibat di kegiatan budidaya cokelat tetapi masih kurang paham dengan bagaimana atur uang. Kalau su ada informasi seperti ini jadi bisa mengerti mana kebutuhan dan mana keinginan. Harus dahulukan yang kebutuhan.”
Kegiatan hari ketiga diberi judul Hari Jalan-jalan. Peserta berkunjung ke salah satu wilayah pengembangan usaha produksi minyak kayu putih di Desa Yanggandur. Di sini, peserta dapat langsung melihat aktivitas produksi minyak kayu putih yang dilakukan oleh masyarakat.
Pendekatan yang perlu diutamakan dalam seri belajar ini bukan sebuah pendekatan yang esklusif namun pendekatan yang ‘empowering’ bagi kalangan perempuan yang suaranya dan aspirasinya belum selalu terdengar atau terakomodir dengan baik. Sebuah pendekatan ‘empowering’ bagi perempuan adalah pendekatan di mana pertemuan dan diskusi dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan perempuan berkumpul dan membahas bersama tentang permasalahan yang dihadapi, dan merumuskan solusi dan rekomendasi sesuai perspektif dan sudut pandang kepentingan atau kebutuhan perempuan.
Pendekatan ‘empowering’ adalah pendekatan yang mencipatakan ruang diskusi dan belajar untuk dan bersama perempuan dengan tujuan menguatkan posisi tawar dan suara perempuan untuk dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan dan pemanfaatan SDA.
WWF sejauh ini telah mengadopsi kebijakan tentang kesetaraan gender dalam konservasi. Oleh karena itu, WWF juga mengadopsi pendekatan ini untuk mendukung dan menguatkan peranan perempuan dalam dunia konservasi dan pembangunan berkelanjutan. Secara lebih khusus, seri belajar bersama tentang perempuan dan konservasi diharapkan menjadi peluang untuk menambah ketrampilan dan meningkatkan kapasitas pendampingan dan fasilitasi yang ‘empowering’ bagi staf lapangan dan membuka peluang untuk membentuk jaringan belajar bersama mitra.
Paschalina Rahawarin – Southern Papua Leader, WWF Indonesia menjelaskan, “workshop ini melibatkan perwakilan perempuan dari kelompok tani, nelayan, dan penggrajin seni dari Papua, Papua Barat, Kei, Maluku, dan NTT. Mereka semua adalah mitra kerja WWF yang telah aktif menjalankan aktivitas peningkatan ekonomi rumah tangga dan juga memahami pentingnya konservasi lingkungan. Mereka belajar bersama dan saling bertukar pengalaman.”
Secara lebih rinci, seri belajar bersama ini ditujukan untuk: melakukan pembelajaran bersama peningkatan alternatif ekonomi perempuan dalam kawasan konservasi untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, peningkatan kemampuan baik peserta perempuan dan tokoh masyarakat di wilayah masing-masing maupun staf WWF sebagai fasilitator dan pendamping di lapangan. Selain untuk pembelajaran dan peningkatan kemampuan, seri belajar ini juga diharapkan dapat membatu penguatan peranan dan potensi perempuan sebagai aktor ekonomi dan ekologi dalam pembangunan berkelanjutan di wilayah masing-masing dan merumuskan beberapa rekomendasi untuk menguatkan kondisi sosial, finansial, ekonomi dan ekologi untuk mendukung secara optimal peranan perempuan dalam ekonomi berbasis SDA dan konservasi. (Andhiani M. Kumalasari)