PENYELAM PELAWAN ARUS PERAIRAN ALOR
Oleh: Mayawati NH (MyTrip Magazine)
Saat menceburkan diri ke air pada penyelaman hari ke-5 di depan Pulau Pura, salah satu anggota tim berteriak, “Wuihhhh...airnya dingin banget!”
“Pipis aja kalau kedinginan. Cuma penyelam yang menghangatkan badan dengan air seni sendiri. Hahaha,” timpal saya. Iya, rasa-rasanya, cuma para penyelamlah yang terbiasa pipis di celana, eh, wetsuit, tanpa merasa malu. Kegiatan menghangatkan badan ini sangat menyenangkan terutama kalau air sedang dingin, seperti pagi itu di mana suhu air mencapai 24 derajat celcius.
Tenang saja, kami sadar sering “mengotori” wetsuit. Kami selalu menyiram atau merendamnya dengan air bersih usai penyelaman, atau b langsung membilasnya saat masih berada di dalam air dengan menyemprotkan sisa udara dari octopus (alias selang napas cadangan).
Tapi menyelam saat arus kencang, kami jarang melakukannya. Lebih baik tidak buang-buang udara percuma hanya untuk bilas wetsuit karena dalam kondisi arus kencang, penyelam lebih boros udara. Memang, selain airnya yang dingin, perairan Alor juga terkenal dengan arus kencangnya.
Tim #XPDCALORFLOTIM beberapa kali turun di site berarus kencang. Sudah kicking sekuat tenaga, tetap saja susah maju. Bahkan Sila (Reef Check Indonesai) dan Prakas (Reef Check Indonesia) dari Tim B sempat terjebak arus di kedalaman 6 meter, sebelum akhirnya terpaksa naik dengan cepat.
Saya sendiri punya pilihan, begitu transek kelima selesai, bisa ikut pengamat ikan kecil dan ikan besar dan melakukan long swim sepanjang 300 m atau 15 menit sekalian safety stop, atau ngintilin roll master menggulung balik meteran yang sudah dibentangkan sampai transek ke-3 atau ke-4.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, beberapa kali ikut roll master saya kelelahan harus melawan arus. Maka pada penyelaman hari ke-4, saya memutuskan ikut pengamat ikan kecil dan besar, Fikri (WWF-Indonesia) dan Kasman (Reef Check Indonesia) melakukan long swim dan ternyata, kena melawan arus juga! Sampai-sampai kami tidak berhasil ke slope di kedalaman 5 meter sekalian safety stop, tapi terjebak di 9 meter terus. Akhirnya, kami pun safety stop di kolom (blue water) sambil terus terseret arus.
Dalam kesempatan lain dengan Prakas (Reef Check Indonesia) dan Pak Izaak (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT), kami muncul di permukaan saat ombak besar, ditambah ada arus permukaan. Kami juga harus menunggu cukup lama untuk dijemput oleh perahu cepat Simba.
Begitulah kurang lebih beberapa pengalaman-pengalaman seru yang saya alami, selama sebanyak 13 kali turun menyelam bersama tim ekspedisi WWF-Indonesia di Alor.