PENINGKATAN KAPASITAS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) KEPADA GURU FORMAL & NON-FORMAL DI KAMPUNG WANINGGAP NANGGO, KABUPATEN MERAUKE
Terletak di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan, Indonesia, Kampung Waninggap Nanggo merupakan lokasi menawan yang sarat akan makna budaya. Kampung ini berada dalam wilayah adat Marind Rahuk, wilayah yang kental dengan kisah-kisah kuno dan warisan leluhur masyarakat Marind yang perjalanannya telah membentuk lanskap sejarahnya. Waninggap Nanggo adalah kata dari Bahasa Marind yang berarti "Baik." Kata ini terkait dengan berbagai kelompok masyarakat yang disebut klan, seperti klan Samkakai, klan Mahuze, klan Gebze, klan Kaize, dan klan Baslagaize. Merauke menawarkan kekayaan alam yang sangat beragam, meliputi hutan bakau yang rimbun, hutan pesisir yang berwarna-warni, dan rawa-rawa luas yang dipenuhi satwa liar Papua yang unik, termasuk kanguru yang menjadi ikon daerah tersebut. Potensi kekayaan alam ini merupakan harta karun yang harus dilestarikan dan dijaga dengan seksama untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang. Namun, berbagai ancaman membayangi kekayaan alam daerah tersebut saat ini. Perambahan lahan pertanian, praktik pembuangan limbah yang tidak tepat, dan erosi pantai yang tak henti-hentinya menghadirkan tantangan signifikan yang memerlukan tindakan kolektif dan kolaborasi dengan pemerintah untuk mengatasinya secara efektif.
Amelius Mansawan /@WWF ID
Untuk menjawab tantangan tersebut, Yayasan WWF Indonesia berkolaborasi bersama Pemerintah Kabupaten Merauke serta Paroki Bunda Kudus untuk mengatasi ancaman hilangnya sumberdaya alam di Kampung Waninggap Nanggo melalui peningkatan kapasitas, edukasi dan kampanye. Salah satu proyek WWF Indonesia Program Papua yaitu Global Methan Hub (GMH), proyek ini memberikan peningkatan kapasitas pendidikan lingkungan hidup. Peserta program peningkatan kapasitas pendidikan lingkungan hidup menunjukkan antusiasme yang nyata, wajah mereka memancarkan kegembiraan saat terlibat dalam inisiatif tersebut. Program diawali dengan penilaian menyeluruh yang dilakukan oleh narasumber utama, yang meliputi Pastor dan Suster dari Paroki Bunda Hati Kudus, pendidik dari Bevak Pintar, guru dari TK Sam Kai, dan perwakilan dari Serikat Kepausan Misionaris Anak dan Pemuda (SEKAMI). Penilaian ini bertujuan untuk mengumpulkan wawasan berharga mengenai jumlah siswa yang terdaftar, kurikulum yang ada, dan berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan di Desa Waninggap Nanggo.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa lembaga pendidikan di Desa Waninggap Nanggo telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pembelajaran, termasuk rumah kaca, kebun organik, kebun bunga, dan area rekreasi untuk anak-anak. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kapasitas pendidikan lingkungan hidup. Program pusat pembelajaran Holey Narey, yang mencakup inisiatif seperti Panda Day's Out dan Panda Goes to School di Desa Waninggap Nanggo, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas ini dengan berfokus pada pengembangan rencana pembelajaran, pendidikan lingkungan hidup, dan identifikasi serta klasifikasi bahan ajar yang didasarkan pada Solusi Berbasis Alam (Nature Based Solutions). Lebih jauh, program ini menggabungkan metodologi pengajaran yang bersifat auditori, kinestetik, dan visual, yang disesuaikan dengan tingkat keterlibatan peserta dengan Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan. Pendekatan ini dirancang untuk memberdayakan peserta untuk mengelola dan melindungi potensi sumber daya alam lingkungan mereka secara berkelanjutan.
Peningkatan kapasitas mendapatkan respon positif dari kepala sekolah TK Samb Kai yaitu Sr. Dolorosa Sinaga, menurut beliau pendidikan lingkungan yang diberikan sangat bagus dan bermakna karena guru mengetahui cara-cara kreatif untuk mendampingi anak-anak memperkenalkan tentang sampah organik dan non organik. Hal serupa juga dituturkan oleh Sr.Vincen Nainggolan selaku Perwakilan bevak pintar dan juga pembina SEKAMI menurut beliau peningkatan kapasitas membuka wawasan guru sehingga kita menghargai alam dan tidak merusaknya salah satu contoh dalam pelatihan adalah memilah-milah sampah sesuai dengan jenisnya.
Sebanyak 15 pendidik dari Bevak Pintar, TK Sam Kai, SD YPPK Santi Yosep Wendu, dan Kelompok Kategorial Serikat Kepausan Misionaris Anak dan Pemuda (SEKAMI) berkolaborasi mengembangkan tema pendidikan lingkungan hidup, khususnya yang berfokus pada "Memilah Sampah Berdasarkan Jenisnya", "Aku Cinta Bumi", dan "Ayo Menanam Pohon". Kegiatan yang berfokus pada pemilahan sampah dilaksanakan oleh guru-guru untuk anak-anak di TK Sam Kai dan Bevak Pintar, sedangkan kegiatan penanaman pohon dilakukan oleh Bunda Hati Suci bekerja sama dengan SEKAMI. Melalui upaya kolaboratif ini, para pendidik berusaha menciptakan dampak yang berarti dan berkelanjutan pada pemahaman anak-anak tentang pengelolaan lingkungan.