PENETAPAN UNIT PENGELOLAAN HUTAN DENGAN IDENTIFIKASI POTENSI SUMBER DAYA ALAM
Oleh: Jelfi
Koordinator Komunikasi di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, WWF-Indonesia
Menindaklanjuti keberhasilan mendukung P2RK (Kelompok Tani Rotan Katingan) untuk memperoleh sertifikasi FSC pada rotan mereka, yang bisa dibilang yang pertama untuk mendapatkan sertifikasi FSC dari kelompok tani rotan di Indonesia, WWF dengan dukungan dari IKEA melanjutkan upayanya dalam mengamankan dan meningkatkan nilai pasar rotan di tingkat petani dengan berkolaborasi dengan para mitra di Kalimantan Tengah. Salah satu contohnya adalah berkolaborasi dengan Forest Management Unit (FMU) dari Katingan Hulu/FMUXVII.
Forest Management Unit memiliki peran yang sangat strategis dalam melestarikan dan mengelola produk hutan non-kayu dan jasa lingkungan bersama dengan masyarakat setempat yang akan mengumpulkan pendapatan tambahan bagi masyarakat setempat. Namun, mengingat FMU baru saja dibentuk dan kekurangan sumber daya manusia serta pendanaan, terjadi proses yang sulit untuk mengetahui potensi sumber daya alam yang ada di dalam Unit Pengelolaan Hutan (UPH). Itulah mengapa FMU Katingan Hulu dan WWF-Indonesia berkolaborasi dalam melakukan studi identifikasi produk hutan non-kayu dan jasa lingkungan selama Mei - Juni 2018.
Studi ini dilakukan dengan dukungan dari Universitas Palangka Raya, yang bersama dengan KPH Katingan Hulu dan WWF-Indonesia melakukan penelitian yang mencakup 16 desa di dalam yurisdiksi FMU Katingan Hulu. Berdasarkan hasil studi, telah teridentifikasi 17 jenis hasil hutan bukan kayu, yang paling potensial adalah rotan dan bambu yang ditemukan hampir di setiap desa yang disurvei. Terdapat 7 jenis rotan yang ditemukan, 2 jenis yang dibudidayakan oleh lokal dan 5 jenis rotan liar endemik. Beberapa jasa lingkungan diidentifikasi seperti sumber daya air di Sepan Apoi dan Sepan Takabah, potensi ekowisata seperti air terjun dan Danau Mare.
Seperti yang disebutkan oleh Dr. Renhart Jemi, (Dosen Fakultas Kehutanan di Universitas Palangka Raya), bahwa FMU merupakan regulator, motivator dan fasilitator untuk kesejahteraan masyarakat lokal yang hidup di dalam kawasan KPH. Produk hutan non-kayu khususnya rotan, memiliki ikatan emosional dengan budaya lokal terutama orang Dayak yang menggunakan rotan dalam upacara budaya, furnitur dan bahkan sebagai hidangan yang lezat.
Sudirman, kepala bagian pemberdayaan masyarakat dan perlindungan sumber daya alam FMU Katingan Hulu menyatakan bahwa, WWF-Indonesia telah mendukung KPH Katingan Hulu untuk melakukan penelitian. Semoga di masa depan, WWF-Indonesia juga dapat mendukung sertifikasi rotan dan menghubungkan petani dengan pembeli yang relevan.
Studi identifikasi produk hutan non-kayu dan jasa lingkungan merupakan bagian penting yang dapat digunakan sebagai referensi yang diikuti untuk bekerja pada rencana bisnis dan strategi pengembangan ekowisata UPH Katingan Hulu yang akan dilaksanakan sesudahnya.