PELAYARAN GANGGU ZONA INTI KONSERVASI PAPUA
JAKARTA, KOMPAS - Rencana Pengelolaan Tainan Nasional Teluk Cenderawasih, Papua, sebagai area konservasi laut terluas di Indonesia baru-baru ini disahkan pemerintah. Namun, zona inti untuk perlindungan habitat pemijahan ikan dan terumbu karang masih terganggu jalur pelajaran kapal besar.
""Butuh waktu lama untuk penelitian bahan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih sejak ditetapkan sebagai taman nasional tahun 1997 lalu,"" kata Communication Officer WWF-Indonesia untuk Konservasi Wilayah Papua Lie Tangkepayung, Jumat (31/7), di Jakarta.
Menurut Lie, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan pekan lalu menge-sahkan RPTN dan zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang luasnya 1.45 juta hektar tersebut Seharusnya penetapan ini segera diikuti perubahan kebijakan sesuai zonasi tersebut
Gangguan utama adalah pada jalur itu masih terdapat jalur pelayaran kapal besar, yaitu kapal penumpang dan barang dari Manokwari ke Wasior, ibu kota Kabupaten Teluk Cenderawasih, juga dari Wasior ke Nabire dan Biak dan sebaliknya.
Menurut Direktur Jenderal PHKA Darori, konsekuensi penetapan zona, tei utama pada zona inti, adalah harus dibebaskan dari gangguan, termasuk untuk pela-. yaran kapal-kapal besar. Zona inti merupakan kawasan yang sama sekali tidak boleh dijamah.
Taman Nasional Teluk Cenderawasih memiliki kawasan te-rumbu karang 5,5 persen, pulau-pulau kecil 3,8 persen, pesisir 0.9 persen, dan perairan laut 89,8 persen. Tercatat 150 jenis terumbu karang dari 15 famili tersebar mengitari 18 pulau kecil.
Taman nasional ini juga dikenal paling tinggi keanekaragaman hayati ikannya. Ada 209 jenis ikan. Empat dari tujuh jenis penyu di dunia juga ditemui di pesisir taman nasional ini, seperti penyu sisik (Eretmochelys imbri-catd), penyu hijau (Chelonia my-das), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea).
Beberapa jenis ikan besar, seperti paus biru, hiu, lumba-lum-ba, dan ikan duyung, masih tergolong mudah dijumpai di Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Di kawasan pesisimya masih terdapat jejak peninggalanmasa purba berupa goa alam. Kemudian di salah satu pulau, Pulau Misowaar, terdapat sumber air panas yang mengandung belerang tanpa kadar garam.
Lindungi masyarakat lokal
Menurut Darori, implementasi zonasi taman nasional diutamakan untuk konservasi dan melindungi masyarakat lokal. Kawasan tersebut harus dihindarkan untuk areal bisnis pariwisata atau eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
""Biasanya, setelah ada penetapan RPTN dan zonasi. masyarakat lokal diusir-usir supaya tidak mengambil manfaat dari kawasan konservasi. Masyarakat lokal seharusnya tetap boleh tinggal, hanya butuh sosialisasi supaya sejalan dengan upaya konservasi,"" kata Darori. (NAW)