BELAJAR MENGENAL NAMA-NAMA IKAN
Oleh: Mayawati NH (MyTrip Magazine)
Hari pertama rangkaian #XPDCALORFLOTIM, saya berdecak kagum dalam diam. Para peneliti ini fasih sekali menyebut nama-nama ikan, dalam bahasa Latin pula! Saya sudah menyelam selama 10 tahun, tapi cuma bisa menyebut grouper, snapper, dan trevally.
Paling jauh, saya cuma bisa membedakan white tip, black tip, dan nurse shark, itu pun bukan dalam bahasa Latinnya. Nah, ini mereka fasih membedakan trevally (yang cuma saya tahu giant trevaly) menjadi bigeye, golden, bluefin, dan giant trevally dalam bahasa Latin,, kalau disuruh sebut lagi, saya nggak mampu.
Workshop pada hari pertama Ekspedisi Terumbu Karang di Perairan Alor dan Flores Timur bersama WWF-Indonesia memberikan saya banyak pelajaran, salah satunya bagaimana mengenal ikan sampai ke species-nya. Saya gagal sih, tetap nggak hapal! Membedakan ribbon dan many spotted sweetlip fish saja susah.
Untuk melakukan pemantauan dan pengumpulan data di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) dan di luar kawasan, anggota tim ekspedisi mengikuti protokol yang sudah ditetapkan oleh WWF-Indonesia. Metode ini dinamakan underwater visual census (UVC), yang salah satunya dengan mencatat penemuan 16 famili ikan yang memiliki nilai ekonomis dan mempengaruhi kesehatan terumbu karang. Sebut saja salah duanya Serranidae (grouper) dan Scaridae (parrot fish).
Nah, beberapa jenis ikan herbivora yang termasuk dalam 16 famili itu memakan alga yang tumbuh di terumbu karang, yang membuat larva-larva di terumbu karang bisa berpindah tempat mengikuti arus lalu hinggap di satu tempat yang cocok untuk kemudian bertumbuh.
Jadi kalau sampai keberadaan ikan-ikan ini terganggu, pertumbuhan terumbu karang pun akan terganggu. Oleh karena itu, penting untuk memantau keberadaan ikan-ikan ini. Begitu penjelasan Ketua Tim Ekspedisi dari Tim Marine Conservation Science WWF-Indonesia, Christian Novia Handayani.
Lalu, yang membuat saya penasaran bagaimana mereka menghapal segitu banyak ikan berikut nama-nama Latinnya? Dari hasil bincang-bincang dengan beberapa anggota ekspedisi, Sila (Reef Check Indonesia), Kasman (Reef Check Indonesia), dan Pak Izaak (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur), mereka rata-rata kuliah di Jurusan Kelautan, tapi kemampuan mereka mengenali beragam jenis ikan berasal dari keikutsertaan di klub selam.
“Ditambah memang ada minat ke situ, baru cepat bisa,” jelas Pak Izaak. “Sekitar tiga tahun lah, baru lumayan menguasai,” sambung Sila.
Saya juga hobi banget nyelam, minat banget melihat ikan-ikan karang yang cantik-cantiktapi tetap nggak pernah bisa mengenali ikan sedetil mereka.Kalau dengan teman-teman diving saya biasanya, setiap kali bertemu ikan yang bentuknya unik atau bikin penasaran, saat itu juga kami merasa harus membuka buka buku ikan karang. Itu pun kadang tetap nggak nemu, dan berujung kami berdebat mengenai apa jenis ikan itu. Teman-teman saya yang beberapa sudah mencapai level instruktur pun belum tentu bisa hapal nama-nama ikan seperti mereka ini. Salut!