PELATIHAN PENANGANAN PENYU DI ATAS KAPAL SEBAGAI UPAYA KONSERVASI DI KALIMANTAN BARAT
Oleh: Sanny Tri Utami (Bycatch and Sharks Conservation Assistant)
Kegiatan Pelatihan Penanganan Hasil Tangkapan Sampingan Penyu di Atas Kapal kembali dilakukan. Setelah Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur, pada tanggal 8 Oktober – 25 November 2016 WWF-Indonesia kembali melakukan pelatihan di Provinsi Kalimantan Barat. Dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kematian penyu yang tertangkap secara tidak sengaja (bycatch) pada alat tangkap jaring dan rawai, pelatihan ini diikuti oleh 767 nelayan yang berasal dari 35 desa atau pelabuhan di lima kabupaten di Kalimantan Barat, yaitu Kabupaten Sambas, Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya.
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi tangkapan sampingan biota Endangered, Threatened, and Protected (ETP) tinggi. Pesisir Kalimantan Barat juga merupakan habitat penting migrasi dan area peneluran penyu yang bersinggungan langsung dengan daerah penangkapan ikan sehingga penyu sering tertangkap secara tidak sengaja oleh nelayan yang mayoritas alat tangkapnya menggunakan jaring insang (Gillnet). Jenis penyu yang ditemukan di perairan Kalimantan Barat antara lain Penyu Sisik, Penyu Hijau, Penyu Lekang, dan Penyu Belimbing. Penyu sering ditemukan bertelur dan tidak sengaja tertangkap jaring nelayan di daerah Temajuk dan perairan sekitar Pulau-Pulau Kecil yang tersebar di Kabupaten Bengkayang dan Mempawah. Terutama di daerah Paloh yang berada di ujung utara, menjadi pantai peneluran penyu terpanjang di Indonesia yang memiliki ancaman tangkapan sampingan hingga 500 ekor penyu per tahun.
Tim melakukan dua cara pendekatan untuk menarik perhatian nelayan agar ikut serta dalam pelatihan, yaitu menghampiri nelayan yang sedang memperbaiki jaring di kapalnya masing-masing serta mengumpulkan nelayan yang tergabung dalam kelompok nelayan. Waktu pelatihannya pun diatur sesuai dengan waktu luang nelayan di malam atau pagi hari sebelum berangkat melaut. Satu jurus yang digunakan untuk mengumpulkan nelayan agar bersedia ikut di kegiatan ini ialah dengan menyediakan kopi dan makanan kecil.
Berdasarkan hasil penilaian peningkatan kapasitas nelayan mengenai penanganan penyu yang diambil dari nilai pretest dan post test setelah mengikuti pelatihan adalah sebesar 48%. Selain itu, tim WWF-Indonesia juga melatih para nelayan untuk melepaskan kembali penyu yang tertangkap secara tidak sengaja pada jaring. Penanganan penyu tangkapan sampingan ini bisa meningkatkan kelangsungan hidup penyu setelah dilepaskan kembali hingga 90%. Melalui kegiatan ini, nelayan diharapkan mampu menerapkan teknik penanganan tangkapan sampingan penyu di atas kapal sesuai dengan Better Management Practices (BMPs). Sehingga dapat berdampak terhadap peningkatan jumlah tangkapan sampingan penyu yang mampu bertahan hidup paska penanganan. Selanjutnya, akan dilakukan pendampingan kepada nelayan Jaring Insang dan Rawai di Kalimantan Barat yang telah mengikuti pelatihan sebagai upaya penerapan panduan penanganan tangkapan sampingan (bycatch) penyu di atas kapal.