MITRA SIGNING BLUE PERHATIKAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM OPERASIONAL WISATA
Griya Santrian
Rekanan Signing Blue yang lain, yakni Griya Santrian, berbicara tentang lingkungan dan upayanya memelihara banyak pohon yang tumbuh di sekitar hotel dalam memberikan rasa nyaman bagi tamu, khususnya tamu dari Eropa yang memiliki tiga musim. “Mereka tidak selalu melihat lingkungan yang hijau, sehingga dengan memberikan mereka melihat pohon adalah suatu hal yang menarik,” ujar Ida Bagus Gede Sidhiarta Putra, pemilik Group Santrian.
Menurut Gusde, sapaan akrabnya, pariwisata adalah tentang international transaction. Tak heran jika pengunjungnya merupakan orang-orang yang memang sadar lingkungan. Untuk itulah Griya Santrian sangat memerhatikan aspek lingkungan dalam operasionalnya sehari-hari.
Dalam penggunaan energi, misalnya, di tempat ini pada pukul 23.00 WITA sistem otomatis lampu akan mati dengan sendirinya. “Untuk penggunaan air kami kompresi tinggi, artinya air yang digunakan menjadi lebih sedikit karena air yang keluar seperti embun karena dorongan angin yang tinggi,” jelasnya.
Untuk pengolahan limbah, Griya Santrian melakukan pemilihan sampah organik dan nonorganik. Serta mencoba mengurangi limbah kertas dengan melakukan penghematan berupa penggunaan kertas yang bolak balik. Hal ini sudah menjadi kebijakan tersendiri dari pimpinan atau owner. “Kebijkan-kebijakan tersebut kami terapkan semuanya di tiga lokasi yang kami miliki yakni The Royal Santrian (Tanjung Benoa), Puri Santrian dan Griya Santrian,” tutur Gusde.
Kata Gusde, sustainability adalah sesuatu yang sangat penting. Oleh karena itu, perlu suatu hotel melakukan tindakan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan. Hal ini bisa menjadi nilai plus, sehingga nilai jualpun akan lebih tinggi. Sebab memiliki daya tarik dari sisi lingkungan.
Di sisi lain, dengan menjaga lingkungan akan menjadi suatu yang dapat diwariskan ke anak cucu nantinya. “Supaya anak cucu kita nanti tetap bisa menikmati indahnya alam,” pungkasnya.
Apa Makna Pariwisata yang Bertanggung Jawab?
Fritzgerald William Wenur selaku Signing Blue Engagement menambahkan, bertanggung jawab dalam hal ini artinya mampu mengikuti kaidah-kaidah yang sudah ditetapkan. Mulai dari pengelolahan energi, pelaku pariwisata mampu menggunakan peralatan yang hemat energi serta mengikuti program-program yang dikembangkan. Seperti program Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) pada Proyek Pembangunan Sewerage di Denpasar Bali yang merupakan program pengolahan limbah terpadu oleh pemerintah.
Aspek lingkungan bertanggung jawab terhadap biodiversitas dan jejak ekologi. Sementara itu, pemberdayaan sosial, ekonomi, dan budaya merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap kepatuhan adat. Efektif managemen juga tak lepas dari taanggungjawab pada legalitas perusahan, hak-hak pekerja, dan kemampuan perusahaan untuk dapat menggali kreativitas karyawannya.
Seiring berjalannya waktu, tampak yang mendominasi menjadi anggota Signing Blue di Bali berangkat dari bidang perhotelan. Hal ini dikarenakan jumlah hotel di Bali lebih banyak dibandingkan daerah wisata lainnya. “Sedangkan, bidang kapal rekreasi yang bekerja sama dengan Signing blue jumlahnya belum sebanyak perhotelan, tepatnya 80 persen dari hotel dan 20 persen sisanya adalah kapal rekreasi,” papar Gerald.