MENJAGA LINGKUNGAN, MEMBANGUN KEPERCAYAAN: PERJALANAN PT DGS MENUJU SERTIFIKASI ASC
PT Delta Guna Sukses (PT DGS) merupakan perusahaan tambak udang asal Indonesia yang telah memiliki sertifikasi Aquaculture Stewardship Council atau ASC, dimana bisnis ini mengimplementasikan praktik perikanan budidaya bertanggung jawab dalam bisnisnya. PT DGS menjadi salah satu contoh dari bisnis lokal yang mampu bertransformasi dan menjawab tuntutan global terhadap keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial.
Dari Windu ke Vannamei: Sejarah Budidaya Udang PT DGS
PT DGS didirikan pada tahun 1988, dan memulai kegiatan budidaya pada tahun berikutnya. Pada awal operasional, PT DGS mengembangkan budidaya udang windu dengan sistem semi-intensif, yaitu metode budidaya dengan jumlah udang yang ditebar tidak terlalu padat danpenggunaan pakan yang masih terbatas. Namun, pada awal tahun 2000-an, penyakit pada udang windu mulai marak yang menyebabkan hasil panen menjadi tidak maksimal.
Melihat kondisi ini, PT DGS beralih membudidayakan udang vannamei, yang dinilai lebih tahan terhadap penyakit dan juga pasar yang luas. Seiring dengan perkembangan perusahaan, PT DGS kemudian mengembangkan budidaya komoditas udang vannamei menggunakan sistem intensif, yaitu metode budidaya dengan jumlah udang yang ditebar lebih padat, dengan dukungan pengelolaan pakan dan kualitas air yang lebih terkontrol serta penerapan teknologi budidaya yang lebih maju. Kini, PT DGS menjadi pemasok udang utama untuk keperluan ekspor bagi PT Mega Marine Pride, sebuah perusahaan pengolahan dan ekspor produk perikanan asal Pasuruan, Jawa Timur.
Menjawab Tuntutan Pasar dan Lingkungan: Mengapa Sertifikasi ASC?
Awalnya, PT DGS hanya memiliki sertifikasi Disease Avoidance Protocol (DAP) yang berfokus pada pencegahan wabah penyakit di budidaya. Namun, seiring dengan perkembangan pasar ekspor terutama di Amerika dan Eropa, PT DGS memutuskan untuk memiliki sertifikasi lainnya, hingga akhirnya mencoba sertifikasi ASC. Sertifikasi ASC merupakan standar global yang dirancang agar praktik akuakultur dapat diterapkan secara bertanggungjawab.
Selain pertimbangan pasar, PT DGS juga melihat bahwa prinsip-prinsip ASC sangat sejalan dengan visi misi perusahaan, yaitu mengembangkan budidaya udang yang memerhatikan keseimbangan antara keberlanjutan lingkungan, tanggung jawab sosial, dan kelangsungan usaha yang sangat baik untuk diterapkan.
"Selain untuk kebutuhan ekspor, kami melihat banyak sekali sisi positif yang ada dalam sertifikasi ini. Maka dari itu, kami memutuskan memiliki sertifikasi ASC," ujar Wahyu Prasetya, Asisten Manajer Produksi PT DGS.
Tantangan di Awal dan Peran Pendampingan
Mendapatkan sertifikasi ASC bukan proses yang mudah, terutama bagi perusahaan seperti PT DGS yang awalnya merupakan usaha perorangan. Berdasarkan pengalaman PT DGS, tantangan-tantangan terbesar yang dialami ialah meliputi kelengkapan dokumentasi, seperti perizinan, legalitas, dan catatan lingkungan. Namun, tantangan ini diatasi dengan pendampingan dari tim WWF-Indonesia, yang membantu PT DGS memahami standar ASC dan memperbaiki aspek-aspek yang belum sesuai.
“Tim WWF-Indonesia membantu kami melakukan gap assessment untuk menilai sejauh mana kondisi perusahaan saat itu sesuai dengan prinsip ASC. Berdasarkan hasil gap assessment tersebut, kami melakukan berbagai perbaikan hingga akhirnya siap dan berani mengikuti proses sertifikasi ASC,” ujar Wahyu.
Mengelola Limbah, Menanam Mangrove, Menjaga Alam
Salah satu investasi penting yang dilakukan PT DGS adalah pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berskala besar. Hal ini dilakukan agar air buangan dari tambak tidak mencemari lingkungan sekitar. Di sisi lain, kegiatan penanaman mangrove terus dilakukan secara berkala sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. PT DGS sadar jika usaha budidaya ini sangat bergantung pada alam. Jika tidak menjaga alam, maka keberlanjutan bisnis pun terancam.
Dari sisi lingkungan, sebenarnya PT DGS sudah mulai melakukan upaya konservasi sejak lama. Sejak tahun 2008, perusahaan telah melakukan penanaman mangrove sebagai bagian dari sistem budidaya yang berkelanjutan. "Mangrove penting bagi kami, karena membantu menstabilkan ekosistem perairan di sekitar tambak," tambah Wahyu. Sertifikasi ASC semakin memperkuat komitmen perusahaan dalam menjaga ekosistem perairan dan meningkatkan kualitas lingkungan budidaya.
Menjaga kualitas lingkungan tambak tidak hanya memastikan kelangsungan produksi, tetapi juga mendukung kelestarian keanekaragaman hayati dengan menciptakan habitat yang seimbang antara budidaya dan alam. Kajian keanekaragaman hayati di lokasi pertambakan PT DGS menemukan 31 spesies burung, terdiri dari 12 spesies dilindungi dan 19 spesies tidak dilindungi. Berdasarkan IUCN Red List, sebagian besar berstatus Least Concern, dengan satu spesies Vulnerable dan satu Near Threatened. Spesies Bubut Jawa (Centropus nigrorufus) yang berstatus Vulnerable ditemukan di area konservasi dan sempadan sungai. Selain itu, keberadaan berang-berang cakar kecil (Aonyx cinerea) juga teridentifikasi di area konservasi, dengan empat individu teramati. Spesies ini belum dilindungi di Indonesia namun berstatus Vulnerable secara global.
Tanggung Jawab Sosial yang Memberi Manfaat Nyata
Prinsip ASC juga menekankan aspek sosial, baik di lingkungan kerja maupun masyarakat sekitar. Berada di wilayah yang dulunya tergolong terpencil, PT DGS berkontribusi membawa perubahan dengan dampak nyata. Dulunya, wilayah sekitar tidak memiliki akses listrik maupun infrastruktur jalan yang memadai. Dengan hadirnya PT DGS, akses listrik pun masuk ke daerah tersebut dan masyarakat sekitar ikut merasakan manfaatnya. Jalan-jalan mulai dibangun, dan peluang kerja terbuka lebar bagi masyarakat lokal.
Saat ini, mayoritas tenaga kerja PT DGS berasal dari masyarakat sekitar, dengan jumlah karyawan mencapai 25.000 orang. Semua karyawan sudah terdaftar dalam program BPJS dan dipastikan bekerja sesuai dengan ketentuan upah minimum, usia kerja, serta standar kesehatan dan keselamatan kerja.Perusahaan juga rutin mengadakan kegiatan sosial seperti pengobatan gratis setiap bulan untuk karyawan dan masyarakat dengan bekerja sama dengan puskesmas setempat. Masyarakat juga dapat mengajukan proposal untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan, air bersih, atau bahkan bedah rumah, dan PT DGS akan membantu sesuai kemampuan.
Tak hanya itu, PT DGS juga menyediakan fasilitas pemeriksaan kesehatan udang yang dapat diakses oleh petambak lokal, serta mengadakan berbagai program penyuluhan bagi masyarakat.
Dengan memiliki sertifikasi ASC, PT DGS semakin bertanggung jawab dalam menjalankan program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, memastikan kesejahteraan karyawan, serta menilai apakah yang perusahaan berikan sudah sesuai dengan prinsip yang berlaku.
Budidaya Bertanggung Jawab demi Masa Depan
Bagi PT DGS, sertifikasi ASC bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari komitmen jangka panjang terhadap praktik budidaya yang bertanggung jawab. Visi perusahaan ke depan adalah terus memperkuat keseimbangan antara produksi, kesejahteraan masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan.
“Kami ingin terus tumbuh bersama alam dan masyarakat. Budidaya yang baik adalah budidaya yang tidak hanya menguntungkan, tapi juga menyejahterakan dan menjaga.”
