MENJADI #TEMANTAMANLAUT: EUFORIA HARI PERTAMA
Oleh: Nisa Syahidah (WWF-Indonesia)
“Putar ke kiri e, nona manis putarlah ke kiri, ke kiri, ke kiri, dan ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri Manise…” lantunan lagu Ge Mu Fa Mi Re dari Maumere berusaha menandingi suara mesin Menami yang mulai berlayar hari ini. Om Erdi (WWF-Indonesia) memetik ukulelenya semangat sekali, ditimpali suara nyanyi peserta ekspedisi dan awak media yang memenuhi dek Menami.
Akhirnya, setelah dua hari pelaksanaan workshop, kapal ini bergerak untuk mengelilingi gugus demi gugus pulau di Alor. Melego jangkarnya di Pelabuhan Dulionong, Kalabahi, kami dilepas oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dan Dinas Pariwisata Kabupaten Alor pagi tadi.
Istimewanya, pada ekspedisi tahun ini, beberapa awak media nasional maupun lokal mendapat kesempatan untuk berlayar bersama Menami dalam rangkaian trip peluncuran aplikasi Marine Buddies di Alor. Aplikasi berbasis Android ini mengajak publik untuk mengenali, mengunjungi, dan mengawasi kawasan konservasi perairan di Indonesia – menjadi #TemanTamanLaut.
Menuju titik penyelaman pertama, Pulau Ternate, kapal ini begitu gempita. Bukan hanya oleh penumpangnya, tetapi juga oleh atraksi lumba-lumba. Alor memang dikenal sebagai rumah bagi berbagai jenis mamalia laut – makanya tak lama kami berlayar, beberapa kelompok lumba-lumba menari tak jauh dari kami. Berkali-kali.
Kapal ini hanya sejenak sepi ketika awak media snorkeling dan tim peneliti memulai penyelaman pertama. Saat itulah, sebuah kapal kecil bernama “Gadis Imut” mengitari kapal Menami, bolak-balik tiga kali sebelum akhirnya merapatkan diri pada kami.
“Gadis Imut” membawa mama-mama dari Desa Ternate yang menjajakan warna-warni cantik kain tenun Alor dari atas kapal. Ternyata, mereka melakukan hal yang sama pada setiap kapal besar yang melintas. Katanya, sih, desa ini dikenal dengan berbagai motif satwa dalam corak tenunnya. Ada penyu, gajah, ikan – semuanya memiliki makna yang diturunkan dari masa ke masa. Penyu, misalnya, konon dahulu adalah penjaga Kerajaan Munaseli, salah satu kerajaan tertua di Pulau Pantar, Alor.
Hari itu, tim #XPDCALORFLOTIM jadi penglaris kain tenun Desa Ternate, Alor. Sampai kapal “Gadis Imut” perlahan menjauhkan diri dari Menami. Namun tiba-tiba…
“Byurrrr!!!” Saya jadi salah satu yang kaget ketika Irwan (WWF-Indonesia) tiba-tiba melompat ke laut, berenang mendekati “Gadis Imut” untuk mengambil dan menukar selendang yang kadung basah. Ternyata, selendang tenun yang dibeli Sila (Reef Check Indonesia) terjatuh di laut di tengah-tengah transaksi antar kapal ini.
Hanya pagi itu saja Menami seperti pasar. Menjelang tengah hari, awak media dan tim WWF-Indonesia memisahkan diri dari kapal, kembali ke daratan. Kami melambai tangan pada dinghy yang mengantar mereka pulang. Perjalanan sebenarnya dimulai sekarang.