MENJADI PENGAMAT BENTHIK
Oleh: Rusydi (Universitas Muhammadiyah Kupang, University Consortium for Sustainable Fisheries/UNICONSUFISH)
Ada dua spesialisasi peneliti dalam tim penyelam #XPDCALORFLOTIM: pengamat karang dan ikan. Komposisi inilah yang selalu ada dalam setiap tim peneliti. Dalam ekspedisi ini, saya berperan sebagai pengamat bentik atau terumbu karang. Dalam formasi tim penyelaman, saya berada di belakang – mengamati bentuk pertumbuhan hidup (life form) dari terumbu karang.
Ada satu hal yang cukup membuat pengamat bentik sedih. Ketika rekan-rekan peneliti, terutama pengamat ikan, saling membanggakan ikan-ikan yang mereka temui saat penyelaman. Pamer keunikan bawah laut Alor dan Flores Timur ini menjadi bentuk “pertemanan sehat” antar tim, yang menjadi dinamika tersendiri setiap harinya.
Saat itu biasanya saya hanya terdiam. Sebab saya hanya banyak melihat dan memahami bentik ketimbang ikan.
“Kami lihat hiu black tip 2-4 ekor di transek 1, 2.”
“Kami juga lihat ikan yellow fin tuna (Thunnus obesus) panjang 1,5 meter, lihat penyu sisik (Recmochelis imbrichata), dan napoleon (Cheilinus undulatus).”
Lagi-lagi saat itu saya hanya tersenyum, kadang mengungkapkan pada mereka, saya sedih tidak melihat sesuatu di sana. Mungkin, saya terpaku dengan data life form dan genus karang sehingga tidak sempat mengangkat kepala menjelajah kiri dan kanan dan atau ke atas. Sesekali juga saya katakan kepada tim ikan, mohon ceritakan yang lain saja. Karena, rasanya iri dengan pengalaman luar biasa mereka.
Namun, adakalanya, pengamat ikan yang harus terdiam mendengar cerita saya. Misalnya, ketika di perairan Alor Timur bagian selatan, saya menceritakan terumbu karang dari genus Porites, Goniastrea Seriotopora, Platygyra, Symphyllia, Favites, Acropora, dan Pectinia mengalami pemutihan (bleaching), yang dapat berakibat pada kematian karang.
Karang lunak juga mengalami bleaching, terlihat di selatan Pulau Pura. Sedangkan jenis karang masif dari genus Stylophora dan Diploastrea terpantau bleaching di perairan Pulau Kangge dan Pulau Rusa Pantar Barat, belum diketahui penyebabnya.
Saya menduga, paparan air hangat dari selat Ombay memicu bleaching terumbu karang di perairan tersebut. Rata-rata substrat di sekitar karang bleaching didominasi substrat berpasir, patahan karang, dan karang mati. Pasir berpotensi menyimpan panas dari sinar matahari.
Jika asupan panas air laut hingga dasar substrat meningkat, beberapa jenis karang keras di atas termasuk acropora bisa mengalami bleaching. Berbeda dengan melihat hiu, melihat bleaching karang, saya rasa siapapun akan sedih.
Dalam ekspedisi ini, ekspresi kekerabatan tidak mengenal apakah kamu pengamat bentik atau ikan. Kami memiliki hak dan kewajiban yang sama di sini, menginput data hasil pengamatan. Secara profesional, kami bekerja sesuai protokol WWF-Indonesia sebagai acuan metodologis #XPDCALORFLOTIM. Data yang kami kumpulkan adalah tanggung jawab moral untuk menyediakan data yang valid yang akan bermanfaat untuk pengelolaan ke depannya.
Ekspedisi ini adalah perjalanan yang mengungkap peran manusia sebagai pemimpin di muka bumi. Kitalah yang bertugas menjaga, dan bertanggungjawab atas segala bentuk kerusakan sumber daya alam di darat maupun di laut.