MENGUNJUNGI PERSINGGAHAN PENJAGA HARIMAU SUMATERA DI CAMP SUNGAI TAPI
Oleh: Natalia Trita Agnika
Ketika pesawat akan mendarat di Pekanbaru, hamparan daratan nan hijau siap menyambut. Namun ketika burung besi makin dekat dengan daratan, hamparan hijau yang saya kira hutan itu ternyata adalah hamparan sawit. Ya, sejauh mata memandang yang nampak adalah perkebunan kelapa sawit.
Perjalanan saya ke Pekanbaru kala itu (08/11) dalam rangka mendampingi kru 360 Metro TV yang akan melakukan pengambilan gambar tentang konservasi harimau Sumatera di kawasan Rimbang Baling, Riau. Tujuan pertama kami adalah Camp Sungai Tapi, sebuah camp milik WWF-Indonesia yang diperuntukkan bagi Tiger Protection Unit. Perjalanan menuju camp ini memakan waktu sekitar 5 jam dari Pekanbaru. Kami menumpang mobil 4WD (mobil dengan tenaga penggerak pada keempat rodanya –Red).
[Tonton video: 360 “Nasib Tragis Harimau”]
Saat hampir memasuki camp, saya tahu alasannya mengapa menggunakan kendaraan tersebut. Jalanan tanah berbatu menyambut konvoi kendaraan yang kami tumpangi. Bergantian, perkebunan sawit, kebun karet, dan hutan alami menyapa kami. Hari sudah menjelang malam saat kami melintas. Goncangan berkali-kali kami rasakan. Kondisi jalan yang gelap merupakan tantangan tersendiri bagi pengemudi. Kami pun harus menyeberangi dua sungai, yang bila sedang surut dapat dilintasi. Lumpur di pinggir sungai sempat membuat mobil selip dan susah melaju. Beruntung Pak Erizal yang akrab dipanggil Ajo mampu membebaskan mobil dari kubangan. Itulah tantangan yang selalu dihadapi oleh tim Tiger Protection Unit (TPU) ketika hendak menuju Camp Sungai Tapi.
Camp Sungai Tapi
Di tengah kegelapan malam, akhirnya kami tiba juga di Camp Sungai Tapi yang lokasinya jauh dari pemukiman dan terletak di tengah-tengah hutan. Ada pondok-pondok kayu yang berfungsi sebagai ruang tidur, ruang pertemuan, ruang makan, dan dapur. Camp yang terletak di pinggir Desa Petai, Kecamatan Sei Tapi, Kabupaten Kuantan Singingi ini dibangun pada tahun 2012 dengan hanya satu bangunan pada awalnya, lalu perlahan-lahan bertambah dengan tenaga swadaya anggota TPU.
Camp Sungai Tapi didirikan di tanah hibah dari H. Badu Ramin, tokoh masyarakat Desa Petai. Beliau menghibahkan tanahnya supaya hutan di daerahnya tetap terjaga serta supaya harimau, satwa yang paling dihormati di daerah itu, tidak dibunuh dan harus dilindungi. Camp ini juga merupakan persinggahan bagi tim TPU usai melaksanakan tugas menjaga kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling.
Ada beberapa kegiatan Tim TPU terkait konservasi harimau Sumatera, yaitu patroli, investigasi, dan penyadartahuan. Tim TPU yang beranggotakan 16 orang tersebut, terdiri dari dua tim untuk kegiatan patroli jalan kaki yang masing-masing tim beranggotakan empat orang (tiga orang TPU dan satu polisi hutan). Sedangkan untuk tim patroli dengan kendaraan bermotor terdiri dari dua orang. Demikian juga dengan tim penyadartahuan dan tim investigasi yang masing-masing terdiri dari dua orang.
Tim patroli jalan kaki menyusuri area untuk mendeteksi ancaman terhadap kelestarian harimau Sumatera di kawasan yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan. Sedangkan tim patroli dengan kendaraan (motor atau mobil) bertugas untuk mendeteksi ancaman secara cepat di kawasan yang bisa dilalui oleh kendaraan. Jerat-jerat yang ditemukan oleh tim patroli akan diselidiki oleh tim investigasi untuk mengetahui siapa yang memasang jerat tersebut. Setelah pelaku diketahui, tim akan melaporkannya ke BBKSDA.
Dulu, ketika ada jerat yang ditemukan, jerat itu akan disita. “Namun kemudian kami berpikir kalau hanya seperti itu terus, tidak akan ada peningkatan. Lalu timbul ide dari saya bagaimana supaya pemburunya itu sendiri sadar, yaitu dengan melakukan penyadartahuan melalui pendekatan secara pribadi. Alhamdulillah, dengan cara seperti itu, untuk saat ini dia tidak lagi melakukan perburuan. Semoga ke depannya tetap terus seperti itu,” jelas Jon Hendra, Koordinator Tiger Protection Unit.
Dalam melakukan tugasnya, tim TPU bisa masuk ke hutan hingga lima hari pada kegiatan cepat (trek pendek) dan selama 10-15 hari pada kegiatan trek panjang. Tak hanya sebagai tempat singgah, Camp Sungai Tapi juga menjadi tempat untuk berdiskusi mengenai berbagai rencana kerja.
Harapannya, keberadaan camp ini juga nantinya dapat menjadi tempat untuk memfasilitasi penelitian bagi para mahasiswa dan pelajar. Camp ini juga dapat digunakan untuk mengenal, mempelajari, dan memahami alam lebih dekat. Memang, berada di “surga” ini akan membuat kita makin dekat dengan alam, seperti yang waktu itu saya rasakan.
Selama tinggal di Camp Sungai Tapi, saya dapat melihat berbagai keanekaragaman hayati yang ada di sana. Pada suatu pagi ketika sedang menunggu pengambilan gambar time lapse, suara kuat kepakan sayap mengagetkan saya. Saat mendongak, ternyata seekor rangkong badak sedang terbang dari satu pohon ke pohon lain, yang kemungkinan adalah sarangnya. Rangkong itu diikuti oleh seekor rangkong lainnya. Mungkin mereka adalah pasangan. Pemandangan indah dan langka itu diiringi dengan suara ""nyanyian"" alam nan merdu. Suara kuow bersahut-sahutan dengan owa, monyet, dan beruk. Dalam kesempatan lainnya, saya melihat elang ular terbang rendah berputar, dua ekor kumbang hitam besar menari-nari, serta capung dengan sayap berwarna merah marun.
Semoga dengan keberadaan Camp Tiger Protection Unit, harimau Sumatera di kawasan ini tetap terlindungi kelestariannya sehingga keberadaan satwa yang lain juga tetap lestari. Kita pun dapat turut menjaga kelestarian harimau dengan menjadi “Tiger Warrior”.