MENENGOK NASIB SUNGAI INDONESIA DI HARI SUNGAI SEDUNIA
Menurut Barbara J. Downes dalam bukunya yang berjudul Monitoring Ecological Impacts: Concepts and Practice in Flowing Waters, sungai merupakan sebuah ekosistem yang terbentuk dari aliran air tawar alami yang mengalir dari hulu hingga ke hilir. Sungai sejatinya merupakan ekosistem yang berperan penting dalam keberlangsungan hidup banyak makhluk hidup di Bumi ini, termasuk manusia. Selain sebagai sumber air dan menjadi habitat banyak biota air tawar, sungai juga berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dan budaya kita.
Sejak dulu hingga saat ini, sungai masih banyak dimanfaatkan sebagai jalur transportasi, sumber energi berkelanjutan, sumber pangan, tempat melakukan budidaya, menjadi tempat rekreasi, hingga menjadi tempat yang memberikan mata pencaharian bagi masyarakat di sekitar sungai. Sayangnya, sungai hingga saat ini masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Sungai dianggap sebagai “halaman belakang”, tempat membuang sampah dan limbah yang instan sehingga membuat banyak sungai tercemar, hulu sungai pun banyak yang tidak dijaga sehingga hal tersebut menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem yang menjadi sumber kehidupan kita.
Dalam rangka memaknai Hari Sungai Sedunia tahun 2020, pada 27 September 2020 lalu, Yayasan WWF Indonesia mendukung salah satu komunitas pemerhati sungai bernama Hakikat Ciliwung dalam penyelenggaraan rangkaian kegiatan bertajuk “Dari Indonesia untuk Dunia”. Kondisi pandemi Covid-19 pun tidak menyurutkan semangat Hakikat Ciliwung dalam upayanya mengajak masyarakat untuk kembali ke sungai melalui aksi dan kampanye secara daring.
Kegiatan-kegiatan dalam acara ini diselenggarakan di salah satu sungai ikonik di Indonesia, yakni Sungai Ciliwung yang mengalir dari Gunung Pangrango melintasi kota Bogor, Depok, Jakarta, hingga akhirnya bermuara di Teluk Jakarta. Pada tanggal 24, 26, dan 27 September 2020, masyarakat dunia—khususnya masyarakat Indonesia diajak menengok bagaimana kondisi aliran Sungai Ciliwung dalam live streaming melalui akun Instagram @suparnojumar yang merupakan co-founder dari Hakikat Ciliwung. Metode ini dipilih karena dinilai paling efektif untuk menjangkau publik guna meningkatkan kesadartahuan masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian ekosistem sungai di tengah situasi pandemi ini.
“Sungai Ciliwung, salah satu sungai penting untuk Jakarta. Permasalahan di Ciliwung cukup pelik seperti pelanggaran aturan dengan berdirinya bangunan di atas garis sepadan sungai, membuang saluran tinja langsung ke sungai, pelaku usaha yang membuang limbah dan sampah ke sungai hingga sub daerah aliran sungai,” jelas Suparno.
Tak hanya menyebarkan pesan konservasi sungai melalui media sosial, Hakikat Ciliwung juga menyelenggarakan webinar bertema “Sungai dan Segala Permasalahannya” pada 25 September 2020. Webinar ini menghadirkan beberapa narasumber, di antaranya Broer Nicko (Jagakali Cirebon), Suparno Jumar (Hakikat Ciliwung), Bjonar Hotvedt (Kedutaan Besar Norwegia untuk Indonesia), dan dimoderasi oleh Priadi Wibisono. Seperti temanya, dalam bincang daring ini para narasumber memaparkan berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan dan konservasi sungai di Indonesia. Melalui diskusi dalam kegiatan ini, diharapkan solusi dan peluang kolaborasi untuk menjawab berbagai permasalahan dalam konservasi sungai ke depan.
Broer Nicko dari komunitas Jagakali Cirebon menyampaikan bahwa sebagai upaya kolektif untuk meningkatkan kepedulian terhadap sungai, setiap individu perlu mengambil peran. “Sebagai pekerja seni, kami memasukkan pesan-pesan kepedulian terhadap sungai dilakukan melalui berbagai kegiatan seni budaya seperti lagu, tarian, drama, dan mengolah limbah sampah menjadi barang berdaya guna. Kami merasa cara ini cukup efektif untuk menarik perhatian masyarakat agar memiliki wawasan lingkungan,” pungkasnya.
Tak dapat dipungkiri, sungai merupakan salah satu ekosistem penting yang turut menopang kesejahteraan dan keberlangsungan hidup manusia masih menghadapi banyak problematika, seperti persoalan sampah, rusaknya ekosistem hulu, hingga pendangkalan badan sungai. Berbagai permasalahan itu pun pada akhirnya menimbulkan bencana seperti banjir yang pada akhirnya berdampak negatif bagi kehidupan kita. Hari Sungai Sedunia ini menjadi momentum penting yang mengingatkan kita semua untuk mulai membuka mata dan peduli pada kelestarian ekosistem ini.
Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mulai berkontribusi dalam menjaga ekosistem sungai di sekitar kita. Kita bisa mulai mendukung pemeliharaan dan restorasi hutan di hulu sungai, mendukung kebijakan pemerintah yang melindungi kelestarian sungai, tidak membuang limbah dan sampah ke sungai, memperhatikan aturan pemanfaatan sungai dan bantaran sungai, turut serta dalam kegiatan pemeliharaan sungai, dan juga mendukung kampanye pelestarian sungai.
Sudah saatnya kita menjaga ekosistem sungai. Karena dengan menjaga sungai, sama artinya dengan turut menjaga sumber kehidupan kita untuk sekarang dan masa depan.