MENELUSURI KONEKTIVITAS GENETIK PENYU BELIMBING PULAU BURU
Oleh: Syarif Yulius Hadinata – Marine Species Assistant WWF Indonesia Inner Banda Arc Subseascape
Penelusuran konektivitas genetik pada penyu merupakan salah satu teknik terkini untuk mengungkapkan asal-usul penyu hasil pemanfaatan. Pada tahun 2018 ini, WWF Indonesia – Inner Banda Arc Subseascape melakukan kajian Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) pada penyu belimbing (Dermochelys coriacea) yang datang untuk bertelur di Pantai Peneluran Penyu Pulau Buru bagian Utara. Riset ini dilakukan untuk mengetahui struktur komposisi genetik, hubungan konektivitas antara pantai peneluran serta mengetahui jenis dan asal usul penyu yang diperdagangkan di Pulau Buru.
Langkah awal riset DNA dimulai dengan Pelatihan Pengambilan Sampel DNA Penyu yang dilakukan di Waspait Resort Buru (5/3). Peserta yang terdiri dari BKSDA Maluku, LPSPL Sorong, dan WWF Indonesia berjumlah 11 orang dan diharapkan mampu saling membantu dalam pengambilan sampel. Tidak hanya teori, drh. Maulid Dio Suhendro, M. Si dari Universitas Udayana selaku pemateri langsung mengajak peserta untuk praktek pengambilan sampel. Namun sayang penyu belimbing belum berhasil ditemukan, hanya 2 individu penyu lekang yang ditemukan dan dijadikan objek praktek pengambilan sampel DNA penyu.
“Pengambilan sampel DNA ini penting dalam perlindungan penyu dengan didampingi oleh tenaga yang berkompeten, utamanya dalam konteks lacak penyu yang terjaring dalam kegiatan patroli peredaran tumbuhan dan satwa liar yang biasa dilakukan oleh BKSDA. Sehingga dapat dipetakan peredaran jaringan illegal perdagangan penyu guna dapat melakukan tindak lanjut baik itu berupa sosialisasi perlindungan penyu maupun untuk aspek penegakan hukumnya”, jelas Zulham, Staf Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan di BKSDA Maluku yang turut serta dalam kegiatan.
Pengambilan sampel pada penyu haruslah dilakukan setelah penyu selesai bertelur agar tidak mengganggu proses peneluran. Secara umum proses pengambilan sampel penyu diawali dengan pengukuran panjang dan lebar karapas. Kemudian mengambil sampel jaringan kulit pada flipper kiri untuk keseragaman koleksi sampel penyu Belimbing Pulau Buru. Pengambil sampel haruslah cekatan karena setelah bertelur penyu akan bergerak kembali lagi ke laut. Sampel yang diambil dimasukkan ke dalam tube dan ditandai dengan pengkodean WWF_BR_NB_ddmmyy_A1 dan seterusnya. Setelah pengambilan sampel selesai, dilakukan pemasangan microchip atau pit tag agar tidak ada sampel ganda yang diambil. Pendokumentasi dilakukan dengan pengisian form koleksi sampel yang sudah di input dalam aplikasi Akvo Flow untuk memudahkan pengolahan database. Sampel DNA penyu yang sudah terkumpul selanjutnya menjalani proses isolasi, ekstraksi, amplifikasi, elektroforesis dan sekuensing, serta analisis.
Konservasi penyu tidak hanya sebatas melindunginya karena manfaat penyu yang justru tanpa disadari penyu juga melindungi manusia. Penyu memiliki peran ekologi menyebarkan kesuburan di laut dan membantu pertumbuhan terumbu karang dengan memangsa sponge yang merupakan kompetitor terumbu karang. Selain itu, penyu juga menjaga stok perikanan dengan memangsa ubur-ubur yang merupakan predator bayi-bayi ikan (juvenile) dan memangkas helai-helai lamun tua untuk memudahkan lamun muda tumbuh sehingga lamun beregenerasi. Oleh karena itu, punahnya penyu akan mengganggu rantai makanan di alam dan justru dapat merugikan manusia dari sisi ketersedian ikan dan komoditi laut lainnya.
Sementara dari sisi aspek sosial-ekonomi, penyu memiliki arti penting bagi masyarakat pesisir jika pemanfaatannya dilakukan secara lestari sesuai yang tercantum di dalam UU No.5/1990. Misalnya, dari sektor ekowisata penyu mampu menjadi daya tarik kunjungan wisatawan. Akan tetapi pemanfaatan yang dilakukan malah bertentangan dengan manfaat-manfaat diatas karena masih adanya perburuan dan pencurian telur penyu. Akibatnya terjadi penurunan populasi yang dapat berdampak pada kepunahan satwa kharismatik ini.
Kasim Wayolu salah seorang warga Desa Wamlana yang tergabung dalam Tim Monitoring mengatakan, “Saya mengambil telur penyu sejak kecil, baru melihat tukik menetas setelah adanya monitoring. Inilah yang harus kita lindungi agar telur-telur terus menetas. Padahal dari dulu sudah jalan ke pantai hampir setiap hari juga. Hanya bedanya dulu mengambil dan sekarang mengamankan”. Virus kepedulian seperti inilah yang harus disebar demi kelestarian penyu di Pantai Peneluran Penyu Pulau Buru Utara. Karya kemitraan melalui riset DNA ini akan menjadi salah satu bagian penting dalam penyusunan strategi konservasi dan kolaborasi penegakan hukum baik bersifat regional maupun multi-nasional. Pada proses ini peran masyarakat desa setempat menjadi ujung tanduk, apakah turut melindungi atau hanya ingin dilindungi.