MEMASUKKAN ISU - ISU LINGKUNGAN LOKAL DALAM MATA PELAJARAN DI SEKOLAH
Hampir setiap tahun kebakaran lahan selalu terjadi dan sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat di Desa Mekartani, Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Bahkan pada kebakaran tahun ini, sekolah SDN Mekartani sempat diliburkan hampir sebulan. Kejadian kebakaran lahan ini terjadi setiap tahun dan memberi dampak yang buruk bagi kesehatan dan kelancaran kegiatan sehari – hari bagi masyarakat.
Menurut Ibu Marsini, kepala sekolah SDN Mekartani, kebakaran yang terjadi di lokasi mereka saat ini adalah pembakaran lahan dan hutan oleh masyarakat diluar desa Mekartani. Karena angin dan juga api yang menjalar dari bawah tanah, mengakibatkan lahan disana ikut terbakar. Saat ini masyarakat dan sekolah sudah sama-sama menjaga lahan dan hutan agar api tidak menjalar luas di kampung mereka. Kondisi tanah yang didominasi gambut, membuat masyarakat cukup sulit memadamkan api. Sehingga mereka bergotong royong untuk memadamkan api.
Pada tahun 2011, guru-guru SDN Mekartani sepakat mengangkat isu kebakaran lahan dan hutan ke dalam mata pelajaran di sekolah. Tujuannya untuk memberikan pengetahuan tentang kebakaran lahan dan hutan, serta upaya yang bisa dilakukan menanggulangi kebakaran lahan dan hutan.
Setelah diskusi bersama, para guru memutuskan untuk memasukkan isu kebakaran lahan dan hutan ini di kelas IV semester 2. Ini berdasarkan hasil peta berfikir yang mereka buat. Dimana ada tiga mata pelajaran yang bisa mereka ajarkan secara holistik yaitu IPA, Bahasa Indonesia dan PKn. Dari peta berfikir tersebut, para guru mencari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) di Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) yang merupakan standar nasional. Dengan begitu, para guru tidak keluar dari standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Materi pembelajaran untuk tiga mata pelajaran tersebut adalah perubahan Lingkungan pisik terhadap daratan karena kebakaran hutan dan lahan di Mendawai. Metode pembelajaran yang diberikan melakukan wawancara pada petani tentang kebakaran lahan dan hutan dan dampak yang mereka rasakan. Setelah mendapat data, para siswa membuat karangan tentang kebakaran hutan hingga mereka melakukan penanaman dan menjaga pohon di hutan yang terbakar dengan melibatkan masyarakat.
Pemberian materi dengan cara ini membuat murid-murid lebih paham, ungkap Bu Marsini. Ini terlihat dengan karangan yang mereka buat terkait kebakaran hutan padapelajaran bahasa Indonesia.
Cara pembelajaran yang telah dipraktekkan di sekolah ini disosialisasikan juga ke sekolah di kecamatan melalui forum kelompok kerja guru (KKG). Harapannya, kebakaran lahan yang terjadi bisa berkurang dengan banyaknya sekolah-sekolah di kecamatan memberikan pelajaran pada siswa dan penyadaran pada masyarakat. Sehingga pada musim kemarau, mereka tetap bisa melihat langit biru serta udara yang segar.