LANGKAH PENTING PEMKAB MERAUKE MENUJU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Merauke, 12 Oktober 2011–Sebagai upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Merauke, Pemerintah Kabupaten Merauke bekerjasama dengan WWF-Indonesia Program Papua mengadakan diskusi bersama para pemangku kepentingan dan mitra pembangunan dalam sebuah lokakarya bertajuk “Integrasi Pembangunan dan Konservasi di Kabupaten Merauke. ” Lokakarya yang diselenggarakan selama tiga hari sejak 12-14 Oktober 2011, dibuka secara resmi oleh Bupati Kabupaten Merauke Drs. Romanus Mbaraka, MT, Rabu (12/10).
Lokakarya ini bertujuan antara lain untuk membangun pemahanan bersama dan komitmen para pihak mengenai arah dan kebijakan pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Merauke, mengidentifikasi isu dan program strategis dan rencana kerja pembangunan ekonomi rendah karbon di wilayah Kabupaten Merauke.
Wilayah Kabupaten Merauke dan daerah sekitarnya secara ekologi dikenal dengan sebutan TransFly Ecoregion yang membentang dari daerah hutan monsoon di Merauke hingga wilayah Negara Papua New Guinea. Tipe ekosistem yang ada di wilayah ini terdiri dari ekosistem mangrove, reparian, savana dan hutan moonson. Khusus untuk tipe hutan monsoon, merupakan salah satu tipe ekosistem yang hanya terdapat di wilayah ini di Papua. TransFly adalah daerah yang dataran rendah yang unik dengan aksesibilitas yang cukup baik sehingga turut menimbulkan ancaman bagi pembukaan kawasan hutan lindung dan daerah sumber air di sekitarnya.
Faktor aksesibilitas dan areal yang luas ini juga menjadi alasan pemerintah pusat merencanakan pengalokasian lahan secara besar-besaran untuk mendukung pembangunan sub-sektor pertanian dan perkebunan di Kabupaten Merauke, yang saat ini menjadi isu prioritas. Melalui program Merauke Integrated Food and Energy Estated (MIFEE), pemerintah pusat ingin menjadikan Kabupaten Merauke menjadi lumbung pangan di negeri ini. Selain itu dengan pengembangan pertanian skala besar, diharapkan ke depan akan memberikan sumbangan untuk mendukung pengembangan energi alternatif khususnya yang berasal dari bahan nabati.
Direktur Program Konservasi Hutan dan Air Tawar WWF-Indonesia Ir. Anwar Purwanto pada sambutannya kembali mengingatkan bukan saatnya lagi mempertentangkan antara pembangunan dan konservasi tetapi kini adalah saatnya untuk mengintegrasikan pembangunan dan konservasi. Lebih lanjut lagi ia menambahkan, pembangunan yang berkelanjutan dapat dicapai apabila direncanakan dengan baik dan didukung dengan data dan informasi. Pada akhir sambutannya mewakili WWF-Indonesia, disampaikan terima kasih atas inisiatif Bupati Merauke dan seluruh SKPD terkait dan semoga lokakarya ini menghasilkan tindak lanjut yang akan bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Merauke.
Sementara Bupati Kabupaten Merauke Drs. Romanus Mbaraka, MT pada pidatonya sebelum membuka lokakarya mengemukakan harapannya agar lokakarya tersebut mampu melahirkan beragam ide-ide konstruktif yang ke depannya akan diadopsi dalam program pemerintah baik di tingkat pusat maupun di Merauke serta meningkatkan sinergi positif antara pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat dan para investor (sektor swasta). “Saya juga berharap pembangunan di Merauke tetap mengacu kepada green investment dan juga mengacu kepada panduan spatial atau tata ruang yang telah ditetapkan,” imbuhnya.
Salah satu bentuk komitmen pemerintah kabupaten Merauke dalam mensinergikan pembangunan dan konservasi adalah program pemetaan tempat sakral kerjasama pemerintah daerah dan WWF yang telah dilaksanakan. Lokakarya diikuti oleh Bapeda Provinsi Papua, SKPD dan badan terkait serta kepala-kepala distrik di Kabupaten Merauke, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Donor di Merauke dan Perguruan Tinggi, dengan narasumber dari Bappeda Provinsi Papua, Bappeda Kabupaten Merauke dan WWF-Indonesia.