SURVEI NILAI KONSERVASI TINGGI DI KABUPATEN TAMBRAUW, PEGUNUNGAN ARFAK, MANOKWARI SELATAN DAN SUPIORI
Manokwari – WWF-Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Papua melaksanakan survey nilai konservasi tinggi (NKT) di tiga kabupaten yakni Kabupaten Tambrauw di wilayah kampung Senopi dan Inam, Kabupaten Pegunungan Arfak di wilayah kampung Anggi dan Testega dan Kabupaten Manokwari Selatan di kawasan kampung Wama dan dataran Isim. Kampung-kampung tersebut terletak dalam satu jalur yang saling berhubungan satu dan lainnya. Survey yang dilaksanakan pada tanggal 6-21 Agustus 2018 ini melibatkan Universitas Papua, Universitas Cenderawasih, Universitas Ottow Geissler, Litbang Kehutanan Manokwari, Yayasan Paradisea dan didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Tambrauw, Manokwari Selatan dan Pegunungan Arfak.
Survei ini merupakan tindak lanjut dari komitmen Pemprov Papua Barat sebagai provinsi konservasi yang menargetkan peningkatan luas kawasan lindung di provinsi Papua Barat. Untuk mendorong upaya tersebut, WWF-Indonesia bersama pemprov Papua Barat berinisiatif untuk meningkatkan fungsi lindung sebesar 3-5% di kabupaten-kabupaten tersebut. Peningkatan fungsi lindung ini sejajar dengan temuan di lapangan selama survei berlangsung atas beberapa jenis species endemik baik flora dan fauna yang bernilai penting untuk menjaga fungsi ekologi lingkungan juga bermanfaat secara sosial budaya masyarakat tradisional yang mendiami wilayah tersebut.
Melalui Survei NKT identifikasi dilakukan atas enam atribut pendukung NKT yakni kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati penting, kawasan bentang alam yang penting bagi dinamika ekologi secara alami, kawasan yang mempunyai ekosistem langka atau terancam punah, kawasan yang menyediakan jasa-jasa lingkungan alami, kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal dan kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional komunitas lokal. Untuk efektifitas survei, atribut tersebut diakomodir dalam enam taxa yakni Aves, Ekologi hutan, Taksonomi tumbuhan, mamalia, serangga, reptil dan amphibi. Juga disertakan pemetaan tempat-tempat penting untuk melengkapi data sosial budaya masyarakat setempat.
Hasil survei menunjukan bahwa kawasan yang menjadi usulan pengembangan koridor di ketiga kabupaten tersebut memilik lima tipe ekosistem yang berbeda, mulai dari padang rumput, hutan campuran dataran rendah, hutan dataran rendah tergenang, hutan pegunungan Coniver dan Lithocarpus, serta hutan pegunungan nothophagus. Perbedaan tipe tersebut mempengaruhi budaya tradisional lokal masyarakatnya berikut juga dengan fungsi penting terhadap pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal. Survei yang dilakukan mulai dari ketinggian 100-2.800 meter dpl menunjukan keragaman flora dan faunanya. Tidak kurang dari 1.253 jenis flora diidentifikasi, dengan 210 jenis endemik, dan 4 jenis diantaranya masuk dalam kategori dilindungi berdasarkan PP No. 20 Tahun 2018 yakni Agathis labillardieri Warb., Intsia palembanica Miq., Nepenthes maxima Reinw. ex Ness. dan Pigafetta filaris. Sementara itu 70 jenis masuk dalam redlist IUCN tahun 2018, dengan kategori 2 jenis kategori CR (Critically Endangered), 6 jenis kategori EN (Endangered), 15 jenis kategori VU (Vulnerable), 4 jenis kategori NT (Near Threatened), 17 jenis kategori LC (Least Concern), 20 jenis kategori LR (Low Risk), 6 jenis kategori DD (Data Deficient).
Temuan di lapangan juga menunjukan bahwa kawasan penting di tiga kabupaten tersebut merupakan habitat, jalur transit, tempat bermain dan mencari makan bagi beberapa jenis satwa seperti Mallomys rochscildi, Psedochirulus mayeri juga beberapa jenis burung endemik salah satunya jenis burung Namdur (Amblyornis inornatus) atau yang biasa dikenal sebagai burung pintar.
Tantangan kedepan bagi kawasan tersebut adalah berbagai tekanan yang muncul melalui investasi perkebunan, penebangan liar dan pertambangan ilegal, perkembangan kampung dan distrik, pembangunan infrastruktur, perburuan dan perdagangan satwa serta perubahan nilai masyarakat adat dalam pengelolaan sumber daya alam. Hasil survei tersebut diharapkan menjadi data dasar yang dapat diintegrasikan dalam dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan revisi RTRWP Papua Barat serta rekomendasi usulan koridor untuk peningkatan fungsi lindung kawasan.
Pada kesempatan yang sama, survei serupa juga dilaksanakan di Kabupaten Supiori, Provinsi Papua; survei tersebut menghasilkan temuan menarik khususnya jenis burung endemik seperti Gerygone magnirostris hypoxantha, Tanysiptera riedelii, Ptilinopus viridis geelvinkiana, Centropus chalybeus, Myzomela obscura rubrobrunnea, Eos cyanogenia, Lorius lory cyanauchen, Trichoglossus haematodus rosenbergii, Aplonis magna magna, Aplonis metallica inornata, Zosterops mysorensis. Juga jenis yang tergolong Near Threatened (NT) seperti Tanysiptera riedelii, Centropus chalybeus, dan Zosterops mysorensis serta Jenis yang tergolong Vulnerable (VU) seperti mambruk jenis Goura Victoria dan Eos Cyanogenia. Salah satu rekomendasi hasil survei NKT di kabuoaten Supiori adalah integrasi arahan pencadangan kabupaten Supiori sebagai Kabupaten konservasi di Provinsi Papua.