KWATISORE, TEMPAT FAVORIT BAGI HIU PAUS MUDA UNTUK BERMAIN DAN MENCARI MAKAN
Oleh: Evi Nurul Ihsan (Monitoring & Surveilance Officer Teluk Cenderawasih)
Perairan Kwatisore di dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) dikenal sebagai salah satu lokasi untuk mengamati hiu paus. Dalam enam tahun terakhir (2011-2016), tercatat ada 16.424 wisatawan yang berkunjung memasuki kawasan TNTC untuk berinteraksi bersama ikan raksasa ini. Berdasarkan data dari Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC), jumlah tersebut sudah memberikan pemasukan kepada negara yang bukan berasal dari pajak sebesar Rp2.057.592.000,00.
Sejak tahun 2011, WWF-Indonesia telah melakukan pemantauan kemunculan hiu paus di kawasan Kwatisore, TNTC. Sejak saat itu pula, WWF bersama para mitra, seperti Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC), pemerintah daerah, masyarakat setempat, perguruan tinggi, dan Kali Lemon Resort telah mengumpulkan sedikitnya 10.556 foto, 606 data kemunculan hiu paus, dan 135 individu yang berbeda.
Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kebanyakan hiu paus yang muncul masih relatif muda dengan panjang rata-rata 4,4 meter. Kehadiran hiu paus di TNTC didominasi oleh jantan sebanyak 114 individu, betina 4 individu, dan yang tidak diketahui jenis kelaminnya sebanyak 17 individu.
Pola kemunculan hiu paus di TNTC terkait dengan nelayan bagan dan ada atau tidaknya ikan puri di bagan tersebut. Ikan puri diyakini menjadi alternatif makanan hiu paus di Kwatisore, selain udang krill, zooplankton (crustacea dan copepoda). Penelitian tambahan yang telah dilakukan berdasarkan monitoring hiu paus secara rutin juga memperkuat hipotesis tersebut.
Dari hasil komposisi zooplankton di perairan Kwatisore dan sekitarnya, terlihat bahwa komposisi jenis zooplankton di perairan Kwatisore sepanjang 4 mil ke arah laut dari pesisir pantai memang didominasi oleh jenis crustacea dan copepoda. Faktor lain yang terkait dengan pertumbuhan dan kelimpahan zooplankton di suatu perairan juga diuji.
Hasil penelitian dari 10 titik lokasi kemunculan hiu paus dengan frekuensi terbanyak menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-a di perairan Kwatisore cukup tinggi dan terjadi sepanjang tahun. Hal ini memperkuat hipotesa sebelumnya dan memperkuat hasil penelitan terhadap kelimpahan jenis zooplankton. Klorofil-a memegang peranan penting di perairan laut sebagai pupuk organik dan berperan utama dalam hal produktivitas primer bersama cahaya matahari. Konsentrasi kloforil-a yang tinggi ditambah dengan cahaya matahari yang cukup akan memperlancar proses fotosintesis pada fitoplankton yang merupakan makanan utama dari zooplankton.
Hipotesa lainnya yang muncul adalah bahwa hiu paus dan ikan puri ternyata memiliki preferensi makanan yang sama, yaitu zooplankton jenis crustacea dan copepoda. Hal ini diperkuat dengan data kemunculan hiu paus yang cukup tinggi dan terjadi sepanjang tahun. Pada Agustus 2017 lalu, tim monitoring berjumpa lagi dengan ikan hiu paus dengan identitas ID013 yang terakhir muncul pada April 2015. ID013 ini pertama kali muncul pada Juni 2012.
Berdasarkan pengalaman tim monitoring di lapangan yang terus memantau hiu paus sejak 2012, hipotesa mengerucut kepada dua hal. Pertama, perairan Kwatisore adalah tempat terbaik sebagai ruaya bagi para hiu paus muda untuk tinggal. Kedua, selain tempat terbaik untuk tinggal, perairan Kwatisore juga menjanjikan kebutuhan makanan sehari-hari yang dibutuhkan oleh ikan hiu paus muda tersebut supaya dapat terus mempertahankan hidup dan melangsungkan keturunan untuk masa depan.